Bab 15

121K 7.3K 162
                                    

Gibran pulang lebih awal dari biasanya. Thania sedang menyiram tanaman dihalaman depan bingung melihat kedatangan mobil Gibran.
Thania menghentikan aktivitasnya dan mengikuti Gibran masuk ke dalam rumah.

"Gibran."

Pria itu tidak menjawabnya. Ia terus berjalan sampai masuk ke kamarnya, diikuti oleh Thania juga. Pintu kamarnya tidak ia tutup, sehingga Thania masuk begitu saja ke dalam. Tidak biasanya ia membuka pintu, biasanya pria itu selalu menutup pintunya.

Gibran mengambil koper miliknya. Membuka lemari pakaiannya dan memasukkan beberapa baju disana. Thania mengernyitkan dahinya bingung. Apa dia mencoba untuk pergi dari rumah? Batin Thania bertanya.

"Papa suruh gue keluar kota selama seminggu buat urus pekerjaannya disana." Ucap Gibran yang sepertinya tau apa isi pikiran Thania.

"Oh kalau gitu aku bantuin kamu."

"Gak perlu."

"Tapi-"

"Tolong jangan membantah perkataan gue."

Karena Thania juga menjaga privasi Gibran, akhirnya dirinya mengalah dan pergi dari kamar pria itu. Thania tidak benar-benar meninggalkan kamar Gibran, tetapi ia menunggu didepan kamar sampai Gibran keluar.

Thania yang melihat Gibran sudah keluar dari kamarnya dengan membawa satu koper besar, langsung menghampirinya.

"Gibran, izinin aku bantuin kamu."

"Gue bilang gak perlu, lagipula ini koper berat." Kemudian pria itu berlalu menuruni anak tangga.

Mereka sudah sampai dihalaman depan rumah. Gibran menghentikan jalannya dan membuat Thania bingung akan hal itu.

"Gibran kamu bawa mobil?"

"Engga. Gue naik taxi."

Thania mengangguk mengerti. Tak lama kemudian taxi yang dipesan Gibran sudah datang.

Tanpa berlama-lama Gibran segera membuka bagasi belakang dan menaruh koper besarnya disana. Setelah itu Gibran beralih membuka ke pintu sebelah kiri mobil. Namun sebelum itu, ia sempat melihat ke arah Thania sebentar.

"Jangan lupa kunci pintu dan jangan terima tamu sembarangan." Dan ia akhirnya masuk ke dalam mobil.

Thania mengangguk paham dan tersenyum. Ia terus melihat kepergian mobil berwarna biru itu meninggalkan halaman rumahnya hingga menghilang dibelokkan.

***

Thania POV.

Oke, jadi ini adalah hari pertama aku ditinggal sendiri oleh Gibran. Biasanya aku memang sering sendiri di rumah. Rumah sebesar ini hanya ditinggali oleh aku dan Gibran saja. Apalagi Gibran jarang di rumah jadi aku hanya tinggal sendiri. Ya di rumah besar ini hanya aku yang tinggal.

Sebenarnya aku merasa rumah ini tidak cocok untuk aku tinggali. Aku lebih nyaman dengan rumah yang sederhana dan tidak terlalu besar. Tapi mau bagaimana lagi? Ini adalah rumah Gibran, aku harus mengikuti kemanapun suami aku tinggal. Lagipula Gibran memang sudah seharusnya tinggal di rumah mewah ini, terlebih lagi keluarganya yang berasa dari kalangan atas.

Terkadang aku sering merasa kesepian karena tidak ada siapapun disini. Jika aku punya anak, mungkin aku bisa lebih produktif mengurus anakku daripada hanya diam di rumah. Tapi, apakah aku benar-benar akan mempunyai keturunan dengan Gibran? Membayangkannya saja sudah terasa tidak mungkin, apalagi pernikahan kami yang tidak didasari oleh cinta membuat semua planning keluarga bahagia jadi impossible.

Apa yang kamu pikirkan Thania? Sudah jangan mengkhayal terlalu tinggi, nanti kalau jatuh sakitnya gak ada obat!

Baiklah Thania. Tugasmu hanya menjadi istri yang baik untuk Gibran. Kamu akan menemaninya sampai dia menemukan cinta sejatinya. Semangat Thania! Jangan sampai kamu jatuh cinta pada dia! Aku memperingatkan diriku sendiri.

Sudah malam dan aku pikir Gibran juga pasti sudah sampai tujuan. Aku tidak bisa menghubunginya karena nomorku diblokir olehnya. Aku berharap semoga dia baik-baik saja dan beristirahat yang cukup.

Aku masuk ke kamarku. Mengganti pakaianku dan berbaring diatas kasur empuk. Aku mencoba memejamkan mataku. Tidak bisa. Aku tidak bisa tidur. Entahlah kenapa aku tiba-tiba jadi tidak bisa tidur seperti ini.

Karena aku tidak bisa tidur, akhirnya aku memutuskan untuk menulis buku diaryku.

Dear Diary.
Malam ini aku ditinggal oleh sang bulan.
Bulanku tidak ada didekatku.
Tapi tidak apa.
Meskipun ia jauh disana tapi aku masih bisa menitipkan salamku untuk sang bulan.

Kepada langit malam.
Aku berpesan untuk bulanku agar selalu melindunginya dimanapun dia berada.
Kita terpisah oleh jarak, tetapi kami masih memandang langit yang sama.

Kepada sang bintang.
Tolong untuk selalu mendampinginya disituasi apapun.
Jangan biarkan dia kesepian diruang gelap.
Aku tidak bisa selalu berada didekatnya, tetapi bintang selalu setia menemani sang bulan.

Kepada semesta.
Aku ingin berterimakasih untuk selalu memberi ruang kepada sang bulan.
Terima kasih karena selalu memberinya kesempatan untuk bersinar.
~Selamat malam bulanku.

Aku menutup kembali bukuku. Perasaanku mulai lega setelah menulis diary. Akhirnya aku bisa memejamkan mataku dan bertemu sang bulan di alam mimpi. 

---

Tinggalkan Vote bagi yg belum dan komennya ya, Thank you!

Thania [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang