Gibran dan Thania sudah sampai di rumah mereka. Thania yang terlebih dahulu keluar dari mobil tersebut, lalu diikuti Gibran.
Mereka masuk ke dalam rumah secara bersamaan. Thania langsung berjalan menuju kamarnya sedangkan Gibran berhenti ditempat melihat wanita itu yang berlalu pergi meninggalkannya. Ia menghela nafasnya lalu setelah dilihatnya Thania sudah masuk ke kamarnya, baru ia berjalan menaiki tangga.
06.00
Thania bangun pagi dan menyiapkan sarapan untuknya dan Gibran. Setelah makanan sudah siap, beberapa saat Gibran juga sudah keluar dari kamarnya.
Pria itu duduk dibangku dan masih tidak melakukan apapun. Thania masih berkutik dengan dapurnya, tidak melihat bahwa pria itu sudah duduk manis. Setelah selesai wanita itu baru menoleh melihat Gibran lalu ia menghampirinya.
"Kamu gak makan?"
"Menurut lo?"
"Kenapa?"
"Dari tadi gue udah nungguin lo tapi lo lama."
"Nungguin aku? Kenapa? "
Walau Gibran berbicara dengan nada dinginnya namun pria itu tetap bisa berhasil membuat wajah Thania memerah.
"Mau sampai kapan berdiri disitu terus?"
"Iya-iya." Thania langsung mengambil tempat duduk didepan Gibran.
Gibran menghembuskan nafasnya. "Sabar Gibran. Perempuan emang gak peka." Batinnya.
"Gue mau makan."
"Terus kenapa kamu bilang ke aku?"
Rasanya ingin gebrak meja.
"Lo sebagai istri harusnya melayani gue!" Tanpa sadar Gibran menaikkan nada bicaranya. Thania yang sadar dengan ucapan Gibran barusan langsung dengan sigap mengambilkan piring serta lauk-pauk untuk pria tersebut.
Setelah selesai sarapan, Thania membereskan piring-piring kotor tersebut. Membawanya ke dapur lalu mencuci semua peralatan dapur yang tadi digunakan.
"Lo gak kerja?" Tanya Gibran yang sudah berada dibelakang wanita itu.
"Kerja. Tapi aku selesaikan pekerjaan di rumah dulu."
Akhirnya pekerjaan Thania selesai juga. Dirinya kembali ke kamar untuk mengganti bajunya serta mengambil tas.
Thania berjalan keluar rumah. Ia kaget sekaligus bingung karena mobil milik Gibran yang masih terparkir didepan halaman rumahnya. Dan melihat Gibran yang sedang berdiri sembari bersandar pada mobilnya.
"Kamu belum berangkat?"
"Masuk."
Thania masih diam ditempatnya, ia masih mencoba untuk mencerna kata-kata Gibran, sampai akhirnya suara klakson menyadarkannya. Wanita itu baru-buru masuk ke mobil sebelum pria itu marah padanya.
Beberapa menit Gibran sampai di gedung tempat Thania bekerja. Namun wanita itu tidak langsung keluar, melainkan celingak-celinguk memperhatikan sekelilingnya dari dalam mobil.
"Lo gak mau turun?"
"Itu aku nunggu sepi."
"Kenapa?"
"Kamu harusnya turunin aku dijalan aja Gibran, gak usah sampai sini. Nanti kalau ada yang liat gimana?"
"Emang kenapa?"
"Aku gak mau orang lain salah sangka sama kita berdua Gibran."
Gibran menghela nafasnya, lalu keluar dari mobilnya. Thania melihatnya dengan bingung. Gibran berjalan ke arah pintu sisi yang lain dan tiba-tiba pria itu membukakan pintu Thania.
"Keluar."
Thania harus mengikuti perkataan Gibran. Toh juga ia tidak mungkin lama-lama didalam mobil.
"Makasi Gibran karena udah anterin aku. Lain kali kamu gak perlu anterin aku lagi." Tuturnya yang langsung berlalu melewati Gibran begitu saja.
***
Gibran sedang berkutat dengan laptopnya sampai tidak mengetahui bahwa ada seseorang yang masuk ke dalam ruangannya.
"Lama tidak bertemu Gibran."
Seketika pria yang dipanggil itupun mengangkat kepalanya dan melihat dihadapannya sudah berdiri seorang wanita cantik yang sangat ia kenali.
"Amara." Gumamnya.
Wanita itu tersenyum manis ke arah Gibran. Senyum yang selalu ia rindukan namun juga membuatnya tersiksa selama ini. Amara berjalan menghampiri Gibran, tanpa aba-aba ia pun langsung memeluk tubuh Gibran.
Gibran membeku dengan perilaku Amara padanya. Kenapa wanita itu melakukan ini padanya?
"Aku kangen kamu." Ucapnya dengan semakin mempererat pelukannya. Namun Gibran tidak membalas pelukan tersebut.
"Selama ini aku tersiksa jauh dari kamu."
"Maafin aku karena gak bisa hadir dalam acara pernikahan kita."
"Pernikahan yang udah kita rencanakan bersama-sama untuk membangun keluarga yang bahagia tapi aku malah menghancurkan semuanya."
"Aku tau kamu pasti kecewa banget sama aku, tapi kamu taukan kalau aku tiba-tiba pergi karena untuk mengejar cita-cita aku yang dari dulu pengen banget aku capai."
"Kamu harusnya bisa ngertiin aku Gibran."
Amara melepas pelukannya lalu menatap sendu ke arah pria yang ada didepannya.
Dia tersenyum lalu berkata, "Kita bisa memulai semuanya dari awal lagi."
"Aku menyesal karena ninggalin kamu, dan aku udah memutuskan untuk kembali kesini lalu kita bisa melanjutkan pernikahan kita lagi."
Memulai semuanya dari awal? Melanjutkan pernikahan? Bagaimana bisa? Dirinya bahkan sekarang sudah menikah dengan perempuan lain.
"Gibran, kamu jawab aku. Kamu mau kan kalau kita merancang pernikahan kita sekali lagi?"
Wanita itu menggoyang-goyangkan lengan Gibran guna meminta jawaban dari pria tersebut.
"Maaf Ra gak bisa."
"Kenapa? Kenapa gak bisa? Bilang sama aku kenapa gak bisa? Apa kamu udah gak cinta lagi sama aku? Iya?"
Menghela napas sebentar, lalu Gibran menjawab, "Aku sudah menikah dengan perempuan lain."
Air mata Amara berhasil lolos dari matanya.
"Gimana bisa? Gimana bisa kamu menikah dengan perempuan lain? Kamu itu cinta banget sama aku Gibran! Gak mungkin kamu semudah itu lupain aku! Kamu bohong kan? Kamu pasti bohongin aku!"
Amara memukul dada bidang Gibran beberapa kali sampai pria itu menghentikan tangan Amara.
"Aku gak bohong. Aku serius."
"Aku terpaksa harus menikahi seorang perempuan yang gak pernah aku cintai, dan itu semua gara-gara kamu." Lanjutnya dengan menekankan di setiap kata yang dikeluarkannya.
"Ya udah kalau begitu kamu tinggal ceraikan dia lalu kita bisa menikah. "
Menceraikan Thania? Bagaimana bisa Gibran melakukan hal itu? Perceraian adalah hal yang paling ia benci dan ia sudah berkomitmen bahwa dirinya hanya akan menikah sekali dalam seumur hidupnya.
"Aku gak bisa."
"Kenapa? Kenapa gak bisa? Kamu gak cinta sama dia dan selama ini kamu pasti menderita dengan pernikahan itu."
Menderita? Tidak. Bukan ia yang menderita, tetapi Thania.
"Kenapa kamu harus kembali disaat aku sudah mencoba membuka hati untuk istriku. Kenapa?"
---
Vote dan komen lagi yuk, lanjut besok ya teman2. Thank you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Thania [END]
Romance(Publish ulang karna Revisi) Bagaimana jadinya jika kamu harus menggantikan posisi pengantin wanita yang kabur saat hari pernikahannya? Thania, seorang wanita yang awalnya tak sengaja menolong seorang pria tua dijalan lalu pria itu membalasnya deng...