Bab 56

97.5K 5.5K 148
                                    

Thania berlari ke kamar mandi karena merasa mual dan memuntahkan semua isi perutnya. Gibran yang khawatir langsung mengikutinya dari belakang.

"Kamu gak apa-apa?" tangannya tidak tinggal diam, ia bantu memijat leher Thania.

"Aku gak apa-apa."

"Kita ke rumah sakit aja ya, aku takut kamu kenapa-kenapa atau salah makan."

"Gak usah, aku baik-baik aja. Mungkin cuma masuk angin aja sedikit."

"Kamu yakin?" Thania mengangguk.

"Ya udah. Ayo kita lanjutin sarapannya."

Gibran menuntun Thania dan kembali ke meja makan.

"Gibran aku udah gak mau makan."

"Ya udah kalau gitu minum susu aja, tadi kamu baru makan nasi sedikit." Gibran menyodorkan segelas sus dan meminumkannya pada Thania.

"Udah, aku kenyang."

"Habisin ya?"

Thania menggeleng, "gak mau."

Gibran menghela napasnya, "ya udah kalau gak mau."

Setelah selesai, Thania selalu mengantarkan Gibran sampai depan halaman rumah.

"Kamu baik-baik ya." Gibran mengelus puncak rambut Thania.

"Iya."

"Aku berangkat ya, sayang." Ia mengecup kening dan bibir Thania sekilas lalu pergi masuk ke dalam mobil.

Saat ingin masuk kembali ke dalam, tiba-tiba wanita itu ingin pergi ke mall. Thania langsung naik ke kamarnya dan bersiap-siap. Tidak lama kemudian ia turun dengan pakaian yang sudah rapi. Salah satu ART di rumah tersebut bertanya kepada Thania, karena melihat penampilannya.

"Nyonya mau kemana?"

"Saya mau pergi sebentar, bi."

"Lebih baik nyonya jangan pergi, nanti kalau Tuan Gibran tau gimana?"

"Bi, saya bosen di rumah pengen keluar jalan-jalan sebentar aja masa gak boleh."

"Ya sudah, tapi jangan lama-lama ya nyonya."

"Iya, bi."

Thania keluar rumah, dan lagi-lagi ia dihadang.

"Nyonya mau kemana?"

"Mau keluar sebentar."

"Maaf nyonya, nyonya tidak dibolehkan pergi kemana-mana. Ini perintah Tuan Gibran."

"Saya cuma mau pergi jalan-jalan, bukan mau kabur."

"Iya tapi tetap saja ini perintah dari Tuan Gibran."

"Tapi saya juga mau bebas pergi kemanapun, saya bosen di rumah."

Laki-laki itu nampak berpikir sejenak, "baiklah, tapi nyonya harus saya antar."

"Selalu."

Laki-laki itu adalah supir yang disewa Gibran untuk menjaga Thania. Kemanapun wanita itu ingin pergi, ia harus selalu didampingi olehnya.

Jujur saja Thania agak risih karena harus terus diikuti kemana-mana. Ia tidak bisa bebas. Waktu itu Thania pernah bicara dengan Gibran kalau ia tidak perlu sampai segitunya, tapi ya tau sendiri bagaimana sifat pria itu? Sekali beku ya tetap saja beku.

Thania merasa sudah seperti tahanan karena supirnya itu selalu mengikutinya bahkan sampai masuk ke mall. Tapi sudahlah, biarkan saja daripada suaminya nanti ngamuk, malah lebih merepotkan.

"Ini lucu banget." girangnya saat melihat boneka beruang besar disalah satu toko.

Ingin membeli tapi tidak mau. Akhirnya wanita itu lanjut berjalan sembari melihat-lihat ke kanan dan kirinya.

Thania [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang