Chapter 6 - The devil

4.4K 633 14
                                    

Sepulang sekolah Lian berlari kecil menerobos gerimis yang mulai deras. Ia membuka kunci kamarnya begitu sampai di kost-an nya dan seketika matanya membulat terkejut melihat Kylo tergeletak dengan mulut berbusa.

“Kylo!” Berteriak kaget, Lian berlari mengecek kondisi anjing itu. Tidak bergerak sama sekali. Dadanya bergemuruh hebat disertai rasa takut yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

“Ka-kamu kenapa? Hey!” Lian mengguncangkan tubuh kecil anjing tersebut dengan keras. Masih tidak ada pergerakan. Mata Lian mulai berkaca-kaca.

Apa yang sudah terjadi.

Lian bergerak panik. Matanya tak sengaja melihat sosis yang tersisa setengah. Lian mengambilnya. Ia menatap nanar pada makanan itu.

Kejam sekali!

Bibir Lian terkatup. Ia menutup matanya erat menetralisir amarahnya. Napasnya memburu. Siapapun dia, Lian mengutuk keras perbuatannya. Hatinya benar-benar sakit.

Sambil menggendong tubuh Kylo yang tak berdaya. Hanya satu orang yang dia pikirkan sekarang.

“Dokter...”

Tanpa menunggu lebih lama dirinya langsung berlari meninggalkan kamarnya yang masih terbuka lebar. Tidak peduli hujan deras, meski masih memakai tasnya, Lian terus berlari dengan air mata yang berlinang.

Hatinya benar-benar takut. Dia harus membawa Kylo secepatnya ke klinik atau semuanya akan terlambat. Dan dia akan kehilangan anjing itu selamanya.

Lian terus berlari sekencang mungkin menerobos hujan deras. Ia tak peduli seragamnya basah, tak peduli semua bukunya akan rusak karena air, tak peduli kakinya sakit karena tak berhenti berlari. Yang dia pikirkan hanya keselamatan Kylo.

Air matanya masih berlinang menjadi satu dengan air hujan. Ia terus mendekap erat anjing itu di pelukannya sambil berlari. Sesampainya di klinik yang dituju, ia langsung berteriak memanggil Gwen. Beruntungnya dia masih ingat lokasi klinik wanita itu.

“Dokter! Dokter! Dokter tolong aku!” Lian berteriak dari luar, sambil terus menangis.

Gwen yang tengah mengobrol dengan Arya di depan ruang operasi sontak berlari ke depan. Ia terperangah begitu melihat kondisi Lian yang menyedihkan. Mata yang sembab, tubuh yang basah serta napas terengah-engah, ada apa dengan gadis itu.

“Ada ap—”

“Tolong selamatkan anjing saya!” Potong Lian sebelum Gwen menyelesaikan kalimatnya.

Kening Gwen mengkerut. Matanya menatap kondisi anjing di pelukan Lian yang tidak berdaya. Mengerti dengan situasi yang dialami gadis itu. Gwen menyuruhnya masuk dan menunggu. Ia mengambil anjing tersebut dari dekapan Lian.

Menatap anjing itu sejenak, Gwen lantas menghela napas. Firasatnya sangat buruk. Sebelum pergi, Lian menyerahkan makanan sisa yang ia temukan di kamarnya.

“Kamu tunggu di sini. Aku akan periksa keadaannya.”

Lian hanya mampu mengangguk. Arya memapahnya duduk di kursi tunggu. Pria itu menatap iba sebelum menyusul Gwen.

Lian mulai terisak, badannya menggigil karena takut serta kedinginan. Kenapa orang-orang begitu jahat padanya. Kenapa mereka selalu mengambil apa yang ia miliki.

“Arya tolong periksa ini di lab!” Gwen menyerahkan sosis yang dia pegang pada Arya yang baru datang.

“Baik!” Menerimanya, Arya pergi ke ruangan lainnya untuk memeriksa kandungan di dalam makanan tersebut.

AfeksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang