“Kalian mau kemana?” Mom bertanya setelah melihat Gwen datang dengan pakaian rapi, disusul Daniel yang berdiri dari duduknya.
“Kami mau keluar sebentar.”
“Kemana?”
“Ke tempat Daddy sebentar,” sahut Daniel.
“Kami ditinggal dong? Ya udah deh, nanti Mami pergi belanja aja sama Lian.” Mom mulai merajuk.
“Cuma sebentar kok, sore nanti juga pulang.” Gwen bergerak mencium kepala Lian kemudian tersenyum. “Kamu sama ibu aku dulu ya. Nggak lama, kok.”
“Iya, Dok.” Lian mengangguk dan membalas senyum Gwen.
“Panggilan apa itu. Sangat tidak romantis,” cibir Mom.
“Namanya juga pasangan baru, Mom.” Daniel menimpali sambil terkekeh geli.
Lian hanya bisa menahan malu menerima godaan tersebut. Gwen tertawa sejenak sebelum mengajak Daniel pergi.
Mereka duduk di mobil dengan Gwen yang menyetir dan Daniel menunjukkan arahnya.
“Aku penasaran, kenapa kakak mau-maunya melakukan ini untuknya,” ucap Daniel membuka percakapan. “Selain karena cinta, apa ada alasan lain? Sejak awal kakak begitu peduli dengannya,” lanjutnya sambil menatap Gwen.
“Aku kenal baik dengan paman Ronald. Aku dan Liam, kami berteman baik saat SMA. Saat aku baru saja pulang ke Indonesia, aku langsung mencarinya dan aku mendapatkan kabar kalau dia sudah meninggal. Dan lima tahun setelahnya, aku bertemu Lian. Yang saat itu hidupnya benar-benar hancur.”
Gwen teringat pertemuannya dengan Lian pertama kali. Dimana saat itu Gwen dibuat terkejut melihat kondisi gadis itu. Karenanya dia sangat perhatian dan cenderung posesif terhadapnya. Gwen hanya ingin menjaga Lian. Tapi siapa sangka perasannya justru berubah. Tak terbesit dalam benaknya dia akan berpacaran dengan seseorang yang sudah dia anggap sebagai adik sendiri. Jika Liam masih hidup, entah apa yang akan diucapkan laki-laki itu padanya.
“Apa gadis itu tau?”
“Nama dia Lian, dan enggak. Sepertinya dia nggak ingat siapa aku.” Gwen tersenyum kecil. “Padahal dulu waktu dia masih SD, kami sering main bareng.”
“Dan kenapa kakak nggak kasih tau?”
“Biarlah hubungan kami seperti ini dulu untuk sementara.”
“Jadi itu sebabnya? Wow! Di luar dugaan sekali. Tidakkah menurutmu ini takdir?”
Gwen mengangkat bahunya ringan. “Yang pasti Tuhan sudah mempertemukan dia dengan orang yang tepat. Meski aku sudah melalukan tindakan bodoh. Tapi aku tidak akan mengecewakan Liam. Aku tidak akan merusak persahabatan kami dengan menyakiti adiknya.”
Daniel tersenyum bangga. “Itulah kenapa aku bilang mantanmu sangat bodoh telah menyia-nyiakan dirimu.”
“Sudah kubilang jangan bahas mereka lagi!” Gwen menakan klaksonnya kuat-kuat mengeluarkan bunyi yang sangat nyaring menyuruh Daniel berhenti.
Namun laki-laki itu malah terbahak-bahak.
***
“Ada gerangan apa sampai seorang Dokter Gwen datang ke perusahaan?” Dad menyambut kedatangan kedua anaknya dengan senyum jenaka.
“Kakak mau meminta 25% jatahnya,” sahut Daniel santai sambil berjalan duduk di sofa, diikuti Gwen.
“O-OH! Tidak bisa semudah itu!” Dad terlonjak kaget di kursinya. “Kamu datang-datang mau minta warisan. Udah gila,” katanya menatap Gwen tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afeksi
RomanceAfeksi, dimana kasih sayang serta kenyamanan membuatku tidak menyadari dengan siapa aku jatuh cinta. *** Bagi Lian, tidak ada yang lebih menyakitkan dari kematian orangtuanya. Tidak setelah sang kakak meninggalkan dunia 5 tahun lalu. Dalam sekejap d...