Chapter 17 - Family reunited

3.8K 524 1
                                    

Mereka tengah duduk bersampingan di ruang tengah. Gwen sedang menonton televisi dan Lian tengah melipat baju ketika bel rumah berbunyi.

“Sebentar, ya.” Lian mengangguk sambil menaruh baju yang sudah ia lipat di atas meja.

Gwen beranjak dari duduknya, membuka pintu. Dia terkejut melihat kunjungan tiba-tiba yang dilakukan oleh Mom berserta adik laki-lakinya—Daniel Winter—ke rumahnya. Mom langsung memeluk anaknya begitu Gwen membuka pintu.

“Mom kenapa nggak kasih tau Gwen dulu kalau mau kemari.” Gwen membalas pelukan sang mama.

Mom melepaskan pelukannya. “Masa ke rumah anak sendiri harus izin. Ngomong-ngomong kenapa rumahmu terkunci. Apa ada sesuatu di dalam?” Mom menerobos masuk. Matanya berbinar melihat Kylo berlari menghampirinya menggigit kakinya sambil menggerak-gerakkan ekornya. Harus Gwen akui Kylo sangat pintar mencuri perhatian.

Mata Mom berbinar. “Awww, lucunyaaaaa ... Mami nggak tau kamu pelihara anjing.” Wanita paruh baya itu menggendong Kylo, menimangnya layaknya bayi.

“Itu bukan punyaku.” Gwen mengunci kembali pintu rumahnya.

Mom dan Daniel masuk ke dalam. Lian menghentikan kegiatannya sejenak melihat kehadiran mereka. “Kalau gadis manis ini siapa?” Mom duduk di sebelah Lian. Tersenyum manis.

“Nah, itu baru punyaku.” Gwen kemudian tertawa melihat ekspresi terkejut kekasih barunya.

“Oh! Pacarnya Gwen? Sudah berapa lama?” Mom semakin mendekatkan duduknya begitu penasaran mengenai pacar anaknya sambil tersenyum lebar. Lian semakin dibuat terkejut dan bingung. Apa orang itu tidak masalah jika anaknya memiliki kekasih sesama jenis.

Daniel mendekatkan wajahnya ke telinga kakaknya. “Apa yang terjadi dengan Vanessa?” bisik nya tak kalah penasaran.

“Kami sudah berpisah,” jawab Gwen berbisik.

“Ah ...” Daniel mengangguk-anggukkan kepalanya. “Seperti dugaanku,” gumamnya.

“Bagaimana? Kamu sudah mendapatkan apa yang aku minta?”

Daniel mengangguk mantap.

“Bagus. Nanti kita bicara di kamarku.” Gwen tersenyum bangga.

“Gwen!” Mom tiba-tiba berteriak, menoleh dengan wajah garangnya.

“Ada apa Mom?”

“Kerjakan pekerjaanmu sendiri, jangan nyuruh orang lain!”

“Tapi saya memang bekerja di sini,” sahut Lian membuat Mom seketika menoleh kaget.

“Gwen!” Mom kembali menatap anaknya. Kali ini semakin marah. “Ambil pekerjaanmu sekarang! Jadi orang jangan malas!”

“Iya iya.” Gwen berjalan mengambil tumpukan baju di atas meja kemudian menaruhnya di keranjang.

“Dokter nggak perlu melakukannya, taruh saja di kamarku nanti aku kerjakan lagi,” ucap Lian merasa tidak enak.

“Udah nggak apa-apa,” Mom menyahut. “Selagi dia nggak lumpuh, kamu nggak perlu bantu dia. Anak Mama harus mandiri,” lanjutnya membuat Gwen tertawa.

“Biar aku yang mengerjakannya, kamu ngobrol di sini aja sama Mama.” Gwen tersenyum lembut. Ia mengangkat keranjangnya lalu memberi sinyal pada Daniel untuk mengikutinya.

Gwen menaruh keranjang penuh pakaian tersebut di atas tempat tidur. Daniel mendudukkan pantatnya di pinggir kasur. Tersenyum lebar menatap kakak perempuannya.

“Putus dari Vanessa seleramu semakin turun saja.”

“Asal kamu tau, dia lebih baik dari wanita itu.” Gwen masih kesal. Vanessa belum memberikan klarifikasi apapun kepadanya. Siapa pria itu dan apa hubungan mereka yang sebenarnya. Dan juga, mengenai kejelasan hubungannya dengan Gwen saja, Gwen juga tidak tau. Jadi dia menganggap semuanya sudah berakhir. Semua hubungannya dengan Vanessa berakhir tanpa penjelasan yang jelas.

AfeksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang