“Siapa dia?” Vanessa mengulangi pertanyaan karena tak ada yang menjawab.
Sambil menggendong Kylo, Lian berlalu meninggalkan mereka tanpa mengucapkan sepatah kata. Hal itu semakin membuat kecurigaan Vanessa kian membesar. Dia menoleh melihat Gwen dengan wajah menyesal yang tercetak jelas.
“Aku yakin sekali kamu nggak punya adik perempuan. Jadi siapa dia? Kekasih gelap mu?” Vanessa bertanya curiga. Kentara sekali dia tidak menyukai keberadaan Lian di rumah itu.
Agar mereka semakin nyaman mengobrol berdua, Gwen menarik tangan Vanessa mengajaknya masuk ke kamar. Setelah mengunci pintunya Gwen duduk dengan lesu di tepi kasur. Perasaannya benar-benar carut-marut.
“Aku sama sekali nggak nyangka diam-diam kamu punya selingkuhan. Dan—apa itu? Anak SMA? Selingkuhan mu anak kecil seperti dia?” Vanessa menatap tidak percaya.
“Dia bukan selingkuhan ku.” Gwen menjawab pelan.
“Lalu kenapa pecun itu ada di rumah ini?”
“Jangan menyebutnya seperti itu!” Gwen berteriak, menatap marah. Emosinya langsung tersulut mendengar Vanessa menghina Lian.
Vanessa terkekeh menghina. “Sekarang kamu menunjukkan siapa kamu yang sebenernya?”
Mendecak kesal, Gwen membalas memarahi Vanessa. “Harusnya aku yang bertanya begitu padamu! Kamu datang padaku jika ada perlunya saja!”
Tak terima dirinya diteriaki seperti itu, Vanessa balik berteriak dengan lantang. “Jangan memfitnahku! Kamu yang membuat hubungan kita menjadi lebih sulit! Kamu selalu memintaku menuruti semua keinginan mu tanpa menyadari posisiku!”
“Aku hanya ingin perhatian darimu.” Gwen meluluh, menatap sedih. Dadanya berdebar mendengar teriakan Vanessa.
“Aku sudah memberikannya.”
“Itu dulu! Sekarang aku nggak mendapatkannya lagi!” Gwen kembali emosional.
“Kamu jangan kayak anak kayak kecil, deh!” Vanessa tampak sangat kesal. “Tiap kamu meminta pasti kamu selalu ingin dituruti saat itu juga! Aku nggak bisa begitu terus!”
“Kenapa nggak bisa? Aku begitu karena kamu pacarku. Apa salahnya aku meminta perhatian dari kekasihku?” Nada melas ucapan Gwen tak menggoyahkan kemarahan Vanessa.
“Ya aku punya kegiatan lain! Agenda ku banyak! Nggak cuma merhatiin kamu aja! Kamu udah dewasa harusnya kamu mengerti!”
Dengan gusar Gwen mengusap wajahnya kasar. Apakah jalan-jalan dengan seorang pria masuk dalam agenda kegiatan wanita itu. Tidakkah Vanessa tau bahwa kekasihnya pernah memergoki dirinya bersama seorang pria. Sampai detik ini Vanessa tidak juga menceritakan perihal laki-laki itu. Haruskah dia menanyakannya langsung? Tapi bagaimana jika wanita itu tidak jujur padanya. Gwen takut jika ternyata dugaannya benar.
“Jadi siapa anak kecil itu? Kenapa dia ada di rumah ini?” Vanessa masih menuntut penjelasan tentang siapa Lian sebenarnya.
“Dia bekerja di rumah ini.” Masih menutup wajahnya, Gwen menjawab.
“Bekerja?” Vanessa menatap heran. “Untuk melayani mu? Jadi benar dia pelacur?”
“Tutup mulutmu! Jangan menyebutnya dengan sebutan yang tidak-tidak!” Vanessa melonjak karena tiba-tiba Gwen membentaknya. Hal itu kembali menyulut emosinya.
“Kamu sendiri yang membuatku berpikir buruk tentang perempuan itu!”
“Kamu sendiri yang berpikir seperti itu. Jangan suka membalikkan fakta.” Gwen menatap tidak percaya. Sedangkal itukah pemikiran kekasihnya. Menuduh dirinya berselingkuh dan menganggap Lian sebagai seorang pelacur hanya karena gadis itu tinggal bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afeksi
RomanceAfeksi, dimana kasih sayang serta kenyamanan membuatku tidak menyadari dengan siapa aku jatuh cinta. *** Bagi Lian, tidak ada yang lebih menyakitkan dari kematian orangtuanya. Tidak setelah sang kakak meninggalkan dunia 5 tahun lalu. Dalam sekejap d...