Bab 9

22 4 0
                                    

Cerita ini hanyalah fiksi. Tidak ada satupun kejadian di cerita ini yang teradaptasi dari pengalaman pribadi penulis.

Selamat membaca!

***

Hari jumat. Satu-satunya hari yang mengharuskan siswanya memakai pakaian pramuka. Karena sistem full day, seragam ini hanya dipakai seminggu sekali. Hal itu cukup membuat Tari kesal. Sebab, harinya harus dimulai dengan pencarian kaos kaki hitam yang entah berantah nyasar di mana. Alhasil, dengan bantuan emaknya, Tari menemukan sehelai kain itu di lemarinya sendiri.

Ia datang cukup siang. Nyaris saja bel jam pertama terdengar. Langkah larinya sedikit terhambat karena kerumunan yang entah mengapa ada di lorong kelas. Karena terburu-buru, Tari mengacuhkan mereka dan memutar jalan. Beruntung ia datang sebelum guru muncul di kelas.

"Tumben telat, Tar?" celetuk Isty.

"Tadi ada kerumunan. Aku harus putar arah deh," keluhnya membuka botol minum dan menandaskan setengah isinya.

Isty mengangguk. "Dewan Ambalan kalik. Kelas satu kan masih ada pramuka," tebaknya.

Mendengar kata pramuka, sontak saja wajah Tari tertekuk. "Kita masih ada kemah blok, ya? Malesi banget."

"Aku setuju," sahut seseorang di belakang mereka. Riko nampak termanggut-manggut lalu menatap kedua gadis yang sudah memutar tubuh itu. "Nanti nggak bisa nge-game," imbuhnya membuat kedua gadis itu menatapnya datar.

"Kalian nggak boleh gitu!" Seorang gadis muncul di dekat mereka. Menolak pinggang dan menatap dengan tajam. "Tujuan diadakannya pramuka itu biar kita--"

"Stt! Linda, jangan kampanye di sini," tungkas Riko cepat pada gadis yang selalu memakai jilbab terusan.

Pipi Linda sedikit mengembung, kesal. "Oke, kalau emang kalian nggak paham dengan kata-kata, kita langsung ke prakteknya aja."

Dahi mereka bertiga mengeryit. Senyuman Linda menambah firasat buruk yang hinggap di benak Tari. "Kalian nanti ngajarin anak kelas satu pramuka, ya!" Seketika rahang mereka terjatuh. "Kebetulan banget! Anggota Dewan Ambalan sebagian besar pada ikut lomba Jambore. Jadi, kami kekurangan personil," lanjut Linda melompat gembira seolah mendapatkan teman baru.

"Heh, heh! Kamu jangan mengadu domba, ya!" protes Riko.

"Mengada-ada."

"Ya itulah." Riko mengibaskan tangan menepis perkataan Linda. "Aku itu benci pramuka, tahu nggak sih?"

"Memangnya siswa di sini ada yang suka pramuka?" tanya Linda tersenyum miris. Mengingat banyak yang mengeluh padanya semenjak ia masuk ke dalam organisasi tunas kelapa itu.

"Nah itu tahu! Terus ngapain ngajak coba?"

"Ya udah, gini aja." Linda menghembuskan napas sebelum memasang senyuman miring. "Kalau kalian bersedia membantu, kalian tidak perlu ikut kemah blok tahun ini."

Tari, Riko, dan Isty terbuka matanya. Dengan cepat, mereka berubah haluan. "Oke. Ayo mengajari adik-adik kelas!" perintah Riko memimpin jalan.

"Masih nanti pulang sekolah," ingat Linda menghentikan langkah mereka bertiga yang sudah di ambang pintu. Ketiga orang itu berbalik dan kembali duduk di bangku masing-masing dengan wajah malu.

***

Kegiatan pramuka ini tak langsung dilakukan. Harus ada upacara pembukaan terlebih dahulu. Para siswa kelas X dijemur di bawah terik matahari yang membara. Isty jadi teringat ketika ia dulu di posisi mereka. Lelah karena terlalu banyak berpikir pelajaran, ditambah melawan panas matahari langsung di pukul dua siang ini. Benar-benar neraka dunia.

Pacar Kedua [END MASIH KOMPLIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang