Bab 1

400 16 11
                                    

Cerita ini hanyalah fiksi. Tidak ada satupun kejadian di cerita ini yang teradaptasi dari pengalaman pribadi penulis. Dengan kata lain, penulisnya jomblo dan nggak punya gebetan:'D

Selamat membaca!

***

Perdebatan diantara pasangan itu adalah hal yang wajar. Beberapa bahkan sampai harus berujung dengan perpisahan.

"Kita putus!"

"Oke!" Gadis itu ikut mendengus kesal pada sang pacar. Namun, bibir yang tertekuk itu bergetar dan akhirnya mengeluarkan tawa. "Bisa nggak sih, serius gitu?" protesnya dengan menahan perut agar tidak sakit.

"Apaan? Aku tiga rius kok."

Sang gadis menambah nada tawanya menjadi terbahak. Wajah serius sang pemuda tidak selaras dengan tingkahnya. Wajah tampannya terbalik, tangan dan kakinya pun berada di bawah. Ya, mereka sedang praktek kayang.

"Terserah!" Gadis itu menyerah dari posisi kayangnya dan jatuh terlentang di atas matras. Sedangkan sang pemuda dijatuhkan dengan tidak elit oleh temannya yang menjadi tumpunya melakukan kayang.

"Sekate-kate kau, ya! Kupikir mau ngapain pas diminta merangkak. Malah dijadiin matras," cebik pemuda berkulit sawo matang. Ia lantas membersihkan punggung yang menjadi panggung kayang pemuda gila itu.

"Rese' banget!" kesal pemuda yang sudah berguling-guling gaya roll samping. "Lagi bagus juga suasananya buat putus."

"Terus, nggak jadi nih?"

Pemuda itu berdiri dan beralih ke sang gadis yang menatapnya dari bawah. "Nggak. Salahin Joko karena udah ngerusak suasana."

Bagi pasangan itu, kata putus bukanlah kata pemisah. Putus justru menjadi kata yang membuat hubungan mereka bertahan sudah enam bulan lamanya. Meski begitu, pertengkaran diantara mereka tetap tak bisa dihindarkan.

"Itu punyaku, woe!"

Isty Kasyaira Wikasita adalah namanya. Gadis pendek yang tidak begitu populer di sekolahnya. Wajahnya tak terlalu cantik, begitu juga dengan kecerdasannya. Terlalu biasa, bahkan untuk seorang Aby.

Lelaki yang duduk di sampingnya acuh. Tangannya tetap menyendok nasi kuning milik Isty. "Minta dikit doang, dih! Pelit amat. Kalau gendut, rasain!"

Gumelar Edi Abyasa. Lelaki yang biasa dipanggil Aby, adalah siswa yang terkenal karena kenakalannya. Masuk ke ruang BK adalah rutinitasnya. Sudah seperti obat baginya, harus diminum tiga kali sehari.
Bukannya disegani, ia justru menjadi primadona di sekolahnya. Apalagi jika bukan karena wajah tampannya. Ditambah sifatnya yang senang menggoda para gadis membuatnya semakin terkenal. Buaya mungkin jadi sebutannya. Ia sudah sering bergonta-ganti pacar.

Namun, Isty adalah gadis yang ia pacari cukup lama. Biasanya hanya seminggu atau beberapa hari, ia bosan dan mencari mangsa yang lain.

"Ngeselin!" Hidung pesek Isty kembang kempis. Ia membuang muka dan mendapati sosok lelaki yang sedang berjalan sambil membawa nampan. "Eh, Dra! Aku ikut kamu aja!"

Aby melayangkan protes. Sebelum Isty benar-benar berdiri, ia menarik paksa sang gadis untuk duduk. "Nggak usah aneh-aneh!"

"Apaan sih?! Lepas nggak!"

Telanjur menoleh, Candra memilih menggelengkan kepala dan kembali melangkahkan kakinya. Menghindari perdebatan pasangan yang terkadang membuatnya kesal itu. Isty yang sempat melihatnya menjauh mendengus kesal ke arah Aby.

Candra Kusna Lakeswara. Seorang Ketua OSIS serta teman masa kecil Isty. Mengenal gadis itu dari umur lima tahun, membuatnya tak bisa menahan rasa untuk tidak mencintainya. Namun, ia memilih bungkam. Karena lelaki pendek itu tahu, Isty hanya menganggapnya sebagai teman.

Pacar Kedua [END MASIH KOMPLIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang