Cerita ini hanyalah fiksi. Tidak ada satupun kejadian di cerita ini yang teradaptasi dari pengalaman pribadi penulis.
Selamat membaca!
***
Kembali di hari pertama Aby, Isty, dan Nafa bertemu. Hari yang menjadi hari penyesalan bagi mereka, kecuali Nafa tentunya.
"Ngotot banget sih!" kesal Aby sedikit mendengus. Kalimat yang mengakhiri pertengkaran keduanya yang berlangsung cukup lama. Isty pun terdiam. Ia tahu jika Aby sudah memalingkan wajah, pemuda itu telah menyerah.
Nafa menghabiskan burgernya. "Baiklah. Kalian mau pakai perjanjian?" Keduanya mengernyit bingung. "Iya, perjanjian. Masing-masing dari kita mengajukan satu persyaratan. Gimana?"
Isty mengangguk saja, kala itu ia hanya berpikir untuk cepat putus dengan si buaya darat itu. Kediaman Aby diterka Nafa sebagai jawaban iya. "Kalau dari aku, waktu. Kita boleh berkencan di hari apa saja kecuali hari senin."
"Yah, aku juga ada kegiatan ekskul sih. Tapi, kenapa?" tanya Isty penasaran.
Gadis itu nampak menimang sesuatu. "Aku harus kontrol di waktu itu," jawabnya santai. "Stop! Aku tak akan memberitahu kalian lebih lanjut perihal hal itu. Privasi, oke?" lanjutnya menghentikan rasa penasaran dari keduanya.
Lantas Nafa menyorot ke arah Isty. Memberi isyarat bahwa ini gilirannya. "Aku nggak ada syarat apa-apa sih. Tapi, kalau bisa lebih cepat lebih baik."
Nafa mengangguk. Giliran Aby yang terakhir. "Aku ingin memastikannya. Jika kau gagal, apa yang akan kau lakukan?" tanya pemuda itu serius.
"Nggak mungkin gagal sih. Tapi, kalau kau ragu, begini saja bagaimana?" Gadis itu mendekatkan wajah. Refleks, keduanya ikut mendekat. "Aku hanya akan menjadi pacar Aby sampai bulan Juni berakhir. Jika gagal, aku akan putus dan kalian tinggal melanjutkan hubungan kalian," usulnya setengah berbisik.
Aby mengangguk, sedangkan Isty pasrah-pasrah saja. "Karena kau tadi bicara perihal privasi, sekalian saja ditambahkan. Dilarang memaksa untuk membeberkan privasi. Meski pun tahu, tidak ada yang boleh membocorkannya," kata Aby sok bijak. Itu membuat kedua gadis tercengang.
"Eh, tunggu. Kita nggak bermaksud menyembunyikan status ini, kan?" Sejoli itu memberikan ekspresi seolah itu hal yang wajar. Nafa pun menggerang, menolak mentah-mentah keinginan mereka yang ingin menyembunyikan hubungan gila ini.
"Kau gila, apa? Masa kita kasih tahu gitu aja?" tanya Aby tak percaya.
"Justru ini poinnya! Kalau kita sembunyi-sembunyi, kau malah dikira selingkuh! Nanti dikira aku yang ngerebut Aby. Padahal kan aku yang bantu kalian."
Pemuda itu tak bisa melawan lagi. Pemikiran gadis itu terlampau gila dan sembrono. "Sudahlah, Aby. Ngapain bingung, sih? Toh, julukanmu kan udah buaya. Kamu selingkuh juga bukan hal yang mengejutkan lagi," imbuh Isty yang entah mengapa ikut ke dalam kubunya Nafa.
Telak. Melawan satu cewek saja Aby kewalahan, apa lagi dua. Akhirnya mereka pun menyetujui perjanjian itu. Hubungan gila mereka dan awal cerita ini pun dimulai.
***
Waktu sekarang, di mall kota.
Hari jumat, hari weekday terakhir sebelum menyambut weekend. Walau pun begitu, mall tetaplah ramai dikunjungi. Entah untuk mengantisipasi ledakan pengunjung di pengunjung pekan itu atau hanya iseng saja. Kegiatan para pengunjung pun beragam. Ada yang berbelanja kebutuhan, bermain, hanya melihat barang dagangan, atau berdiri terdiam di pinggir lorong.
Seperti halnya Aby dan Isty sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Kedua [END MASIH KOMPLIT]
Teen FictionCerita ini berbahaya. Buat kamu yang berencana menikung temanmu sendiri:) Selingkuh, menikung, merebut pacar orang adalah hal yang biasa di dalam sebuah hubungan antar kedua manusia. Keadaan klise yang bisa dan selalu menghancurkan ikatan benang mer...