Bab 12

24 4 0
                                    

Cerita ini hanyalah fiksi. Tidak ada satupun kejadian di cerita ini yang teradaptasi dari pengalaman pribadi penulis.

Selamat membaca!

***

Seminggu sebelum acara Dies Natalis.

"Ehem, minta sumbangannya teman-teman," deham Riko di depan kelas XI IPA 6, tempat menghabiskan waktu belajar dan masa mudanya.

"Perhatian maksudnya?" tutur Isty yang berdiri di sampingnya. Dengan membawa setumpuk kertas yang baru saja ia dapatkan dari ruang OSIS.

"Nanti aku dikira modus minta perhatian."

Tari menanggapi dengan nada kesal. "Apaan sih? Langsung aja kenapa?"

Riko menyengir dan menatap seluruh penjuru kelas yang menatap balik ke arahnya. Ia mulai berbicara tepat ketika Candra membuka pintu. "Seperti yang disampaikan oleh Ketos kita tadi, kita bakal bahas lomba yang diadakan selama Dies Natalis," jelasnya melirik ke arah Isty, selaku Wakil Ketua Kelas.

"Lombanya dibagi menjadi tiga, lomba olahraga, lomba bakat, dan kontes kecantikan." Isty membacakan satu per satu peraturan setiap lomba yang ada. Acara lomba dilakukan selama seminggu. Puncak acara pada hari terakhir, saat pengumuman pemenang sekaligus hari ulang tahun sekolah itu.

"Lomba olahraga dibagi menjadi lomba futsal putra, basket putri, dan catur campuran. Kita langsung aja bagi orangnya," lanjut Isty sambil membuat tabel di papan tulis. "Ada yang mau mengajukan diri?"

Candra yang bersandar di pintu mengangkat tangannya. Riko menatapnya heran. "Lho, emangnya Ketos boleh ikut serta? Nanti dikira curang gimana?"

"Aku cuma Ketos, bukan ketua panitia. Yang nggak boleh ikutan itu cuman panitianya aja. Terus, aku mau ikut futsal sama catur," jawabnya tanpa beban.

"Kau yakin?" tanya Isty. Mengingat fisik dan stamina pemuda itu yang tak sebugar yang lainnya.

Candra tersenyum miring. "Tenang aja, aku punya rencana."

Langkah pertama untuk menghancurkan gadis Wajendra itu. Batinnya lalu mengambil alih kelas dan menjelaskan apa yang ia pikirkan. Semua orang mengangguk, selain karena jabatannya sebagai Ketua OSIS, mereka tak memiliki rencana yang lebih baik dibandingkan dirinya.

"Agar bisa keluar sebagai juara tahun ini, tak perlu terlalu ambisius dengan memenangkan tiap cabang lomba. Kita fokus pada apa yang bisa kita lakukan. Mencetak hasil yang maksimal untuk menutupi kekurangan. Aku yakin, tahun ini kelas kita pasti jadi Juara Umum," jelas Candra sebelum menutup ceramahnya. Setelah mendapat tepukan tangan, ia kembali keluar kelas karena jam istirahat telah dimulai.

Sepanjang perjalanannya, Candra masih melamun. Meski rencananya nampak rapi dan luar biasa, gadis gila itu menjadi masalah lain.

Candra membatin, karena dia dari keluarga itu, gadis gila itu pasti mengikuti semua lomba yang bisa ia ikuti. Ini bukan kompetisi biasa. Akan kutunjukkan padanya siapa pemenang yang sebenarnya!

***

Waktu sekarang. Kembali ke panggung hiburan.

Laras dengan lihainya menerangkan kembali susunan acara pada hari ini. Perlombaan olahraga adalah hal pertama yang mereka lakukan. Setiap cabang dilakukan secara serentak. Dengan lawan yang sudah pilih dengan undian sebelumnya.

Pacar Kedua [END MASIH KOMPLIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang