Sang surya dengan percaya dirinya memancarkan sinarnya. Menghalau awan-awan putih yang menutupi kecantikannya. Ia juga mengundang si langit biru untuk bergabung dengannya. Saling tersenyum menertawakan manusia yang ada dibawahnya.
Setidaknya, itulah imajinasi seorang Estu. Pemuda suram yang antisosial. Andai bukan karena ia pemain cadangan, Estu dengan pasti memilih untuk berdiam di kelas dan menikmati AC. Sebuah penyejuk yang membawanya ke surga dunia.
"Panas!" keluhnya mengusap peluh. Padahal ia tak ikut bermain, tapi seluruh tubuhnya terasa seperti lem, lengket. "Kenapa finalnya nggak sorean aja sih? Panas banget ini, tolong."
"Protes ke panitia sono! Percuma ngeluh ke sana ke mari kalau nggak digubris mah." Joko mengibaskan tangannya, mencoba membuat angin. Namun, sia-sia. Tidak ada yang bisa mengalahkan matahari di pukul satu siang ini. Rasanya Joko ingin berubah menjadi Irongirl.
"Estu mana berani ngomong?" Nafa ikut menimpali. Gadis itu tak terlalu merasa panas karena ia membawa payung yang melindungi kulit-kulit mulusnya. "Paling panitianya siapa aja nggak kenal. Ya, kan?"
Estu tertegun, tak bisa menyangkal. Kepalanya tertunduk, ikut menumpang payung hitam milik sepupunya itu. "Eits! Yang boleh numpang cuman Aby, ya! Kamu cari sendiri payungnya!" Nafa menjauhkan payungnya.
Estu merucutkan bibir. "Masa kamu lebih sayang pacarmu dibanding sepupumu yang gemoy ini?"
Joko dan yang lainnya sontak bergedik ngeri. Efek panas membuat Estu menjadi gila rupanya. Tiba-tiba, seorang gadis datang dengan menggembungkan pipi. Tangannya memisahkan jarak antara Nafa dan Estu.
"Nafa iih! Walaupun kalian sepupu, jangan bikin cemburu dong!" kesal Laras tak terima pacarnya berkata manis di depan Nafa.
Gadis bermata sipit itu hanya tertawa. "Udah, sana balik jadi MC lagi."
Laras berjalan dengan menghentak-hentakkan kaki. Cemburu besar. Gadis itu juga memberi isyarat pada Nafa jika ia mengawasinya. Namun, saat ia menoleh pada Estu, wajahnya langsung sumringah. Ia memberikan ciuman jarak jauh.
Estu merasa pipinya memerah. Entah karena cuacanya yang panas atau apa. Saat ia menoleh, tatapan para lelaki jomblo membuatnya kaget. Mereka berdecak kesal dan juga iri.
"Sebentar lagi akan dimulai, Final Futsal Putra antara Kelas XI IPA 6 dengan XI IPS 1!" Sang komentator berkata dengan penuh gelora. "Semua pemain, dimohon masuk ke lapangan!"
Semua tim utama masuk beriringan ke lapangan. Tatapan mereka mengarah ke lawan. Tim XI IPS 1 dengan seragam biru dan Tim XI IPA 6 dengan seragam merah. Begitu menyala dengan sinar surya. Sorak demi sorakan terdengar dari penjuru lapangan. Mendukung tim favoritnya masing-masing. Langkah tegap dan percaya diri masing-masing pemain berikan.
"Aduh!"
Semua orang menoleh ke bawah. Dalam acara penuh khidmat dan mempesona itu, Joko merusaknya. Terlalu sibuk menatap lawan, ia tak memperhatikan jalan dan akhirnya terpeleset jatuh. Semuanya sontak tertawa. Teman-temannya menepuk dahi dan menatapnya malas.
"Sorry, guys," sesal Joko menahan malu dan kembali berdiri.
Setelah semuanya berbaris, Aby dan Riko mengambil satu langkah ke depan. Di tengah mereka terdapat wasit yang menjelaskan kembali peraturan. Mereka lalu melempar koin untuk menentukan siapa yang mendapatkan bola pertama.
Wasit menunjuk tim Riko. Aby dan timnya langsung mundur dan membentuk formasi pertahanan. Riko menendang bola tepat ketika wasit meniupkan peluit. Tanda permainan babak pertama dimulai.
Riko menendang bola dan mengiringnya ke sayap kanan. Aby dengan cepat merebut bola dan menyerang balik. Tim Riko langsung menarik diri mundur. Mata Aby mencari temannya. Namun, sayang, Joko dijaga oleh dua orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Kedua [END MASIH KOMPLIT]
Teen FictionCerita ini berbahaya. Buat kamu yang berencana menikung temanmu sendiri:) Selingkuh, menikung, merebut pacar orang adalah hal yang biasa di dalam sebuah hubungan antar kedua manusia. Keadaan klise yang bisa dan selalu menghancurkan ikatan benang mer...