Bab 7

29 4 0
                                    

Cerita ini hanyalah fiksi. Tidak ada satupun kejadian di cerita ini yang teradaptasi dari pengalaman pribadi penulis.

Selamat membaca!

***

Tari menghentikan kunyahan permen jahenya ketika beberapa siswa di dekatnya memekik. Heran, apa yang membuat para gadis itu heboh? Tak lama setelahnya, sepasang manusia melewatinya dengan tawa dan senyuman.

Dengan cepat, gadis muslimah itu menoleh ke belakang. Menatap lekat-lekat kedua pungung yang tertutup baju batik biru itu. "Mereka bukannya ...."

Ingatan Tari terlempar sebulan yang lalu. Di pertengahan bulan April, saat pertama kali ia bertemu sosok pacar kedua Aby. Sosok yang memiliki senyum misterius dan dengan terang-terangan membeberkan rencananya dengan teman sekelasnya di hadapannya. Perasaan buruk hinggap di benaknya.

Namun, segera ia tepis dengan menggeleng dan kembali melangkah ke tujuannya. "Semoga Isty akan baik-baik saja," harapnya.

***

Farhana meringis ketika punggungnya bersentuhan dengan lantai dingin kamar mandi. Gadis itu sama sekali tak mengerti. Ia bukanlah penjahat di sini, Farhana adalah korban. Dan sayangnya, tidak ada yang percaya padanya.

"Dasar culun!" teriak Shinta, salah seorang teman sekelasnya. Kedua siswa lainnya tak ia kenal. Sepertinya dari kelas IPS, terlihat dari pakaian yang tak benar mereka pakai. Baju batik yang dikeluarkan serta memakai aksesoris berlebihan.

"Nggak tahu malu. Masih aja kau berani menampakkan wajah burikmu itu?" tanya siswi yang mengikat rambutnya dengan gaya kucir kuda. Tangannya meraih rambut kepangan Farhana ke atas. Membuat gadis itu memasang wajah kesakitan.

Siswi lainnya tersenyum remeh. "Palingan cari mangsa baru. Yang lebih wah dari Kak Hito," ujarnya meludahi wajah Farhana. Ketiga gadis itu sontak saja tertawa.

"Ma ... maafkan aku," cicit Farhana mengeluarkan air mata. Sungguh, ia sudah tak tahan rasa sakit yang memenuhi kepalanya. Tanpa menjawab, Shinta dengan keji menendang perutnya hingga punggungnya harus bertemu dengan wastafel kamar mandi.

Double attack. Farhana tak tahu mana yang lebih sakit. Namun, yang pasti tulang belakangnya terasa akan patah. Ia lunglai dengan air mata yang semakin deras turun.

"Shinta iih. Rambut kusutnya jadi nempel di jariku!" murka si gadis pony tail membuang bebarapa helai rambut Farhana yang rontok. Ia terkejut dengan tendangan Shinta yang tiba-tiba.

"Eh, jangan dibuang. Kan bisa buat nyatet." Siswi di sebelahnya memperingatinya.

Si gadis pony tail itu tersenyum miring. "Bagus juga idemu, Sasa. Ya udah, tinggal cabut lagi," tambahnya dengan cepat menjambak rambut Farhana. Gadis itu meraung, pasalnya bukan sehelai yang ia ambil, tapi beberapa helai hingga membuat petakan baru di kepalanya.

"Nggak usah teriak. Lemah banget sih. Digituin doang." Shinta membekap mulut Farhana cepat. Bogeman tangannya mengudara, hendak memukuli gadis yang sudah tak berdaya itu.

"Apa yang kalian lakukan?!"

Suara itu membuat semua orang menoleh ke arah pintu. Gadis mungil itu menautkan alis marah. Matanya melayang tajam ke arah ketiga gadis yang terkesiap itu. Sasa lalu menghembuskan napas. "Apaan, kupikir siapa. Pacarnya Aby to."

"Ngapain sih? Aku nggak mau cari masalah sama Aby. Jadi, lebih baik kau pergi saja," usir Shinta mengibaskan tangan. Melihat kesantaian mereka, Isty merapatkan kakinya. Menahan diri untuk tidak memukuli siswi kurang ngajar itu.

"Kalian begini pun udah cari masalah, tahu?! Apa kalian bodoh?!"

Cercaan itu membuat si gadis pony tail geram. Ia mendekat pada Isty dan menamparnya dengan keras. Isty terkejut, kedua temannya ikut membelalakkan mata. Dengan cepat mereka mendorongnya mundur.

Pacar Kedua [END MASIH KOMPLIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang