Cerita ini hanyalah fiksi. Tidak ada satupun kejadian di cerita ini yang teradaptasi dari pengalaman pribadi penulis.
Selamat membaca!
***
Setahun yang lalu. Ketika Aby masih duduk di bangku kelas satu.
"Hei, lihat wajahnya."
"Ganteng banget!"
Entah siapa yang sebenarnya bodoh. Para siswi di koridor itu tetap saja berbisik meski suara mereka tertangkap dengan jelas di telinga Aby. Ah, tapi pemuda itu tidak mempermasalahkannya. Memang sudah menjadi kelebihannya memiliki wajah yang tampan.
Tak ingin kehilangan kesempatan, Aby mengukir senyum terbaiknya. Sebentar mengedipkan mata untuk menggoda kaum hawa.
"Gila. Mereka langsung memekik cuman karena kedipan mata. Kalau kau mengajak salah satu dari mereka berpacaran pasti udah modar," komentar Joko. Sang sahabat yang baru saja dikenal Aby belum lama ini.
"Boleh sih. Kan aku tinggal milih." Aby tersenyum miring saat Joko dengan terang-terangan mengumpatinya.
"Yang kemarin udah putus emangnya?"
Keduanya menoleh ke arah yang lain. Andai saja ia tak mengeluarkan suara, Aby dan Joko pasti sudah melupakan sang pria suram itu. "Tumben tanya," curiga Aby mengangkat salah satu alisnya.
"Yah, soalnya ...." Estu sengaja menggantungkan perkataannya dengan menatap ke depan. Kedua sahabatnya mengikuti arah pandangnya. Beberapa gadis yang berhenti tak jauh di depan mereka. Salah satu diantaranya memilin tangan.
Pemuda yang berdiri di tengah itu tersenyum. Alur yang biasa dalam cerita romansa. Kakinya melangkah ke depan beberapa kali. Dengan memasang senyum terbaiknya, ia bertanya, "Ada apa, wahai bunga violet yang mungil?"
Gadis yang memakai bandana berwarna violet di depannya tertegun. Tubuhnya kaku dan pikirannya mulai kosong. Ia bahkan lupa ingin melakukan apa. Namun, mulutnya sudah terlanjur menganga. "Aa! Bukan apa-apa!" pekiknya lantas menyikap kerumunan di belakangnya dan berlari menjauh.
"Hahaha!" Joko tertawa puas melihat wajah Aby yang melongo. Biasanya para siswi berlari tergila-gila ke arahnya, tapi gadis yang tak Aby ketahui namanya itu justru berlari menjauh. Seolah-olah ia adalah monster yang menakutkan.
"Ck! Apaan sih!" decaknya kesal. Baru saja membalikkan badan hendak kembali ke kelas, langkah Aby menggantung. Sosok pria yang memiliki kulit seputih salju berdiri tepat di depan matanya.
Pemuda itu tersenyum. "Bisa ikut aku sebentar? Gumelar Edi Abyasa."
Tanpa menunggu responnya, siswa yang Aby ketahui sebagai ketua OSIS itu berbalik dan mulai berjalan. Mau tak mau, ia mengikutinya dari belakang. Meninggalkan kedua sahabat yang hanya terdiam dan memutuskan untuk menunggunya di kantin.
Sampailah mereka di ruang OSIS. Tidak ada orang selain mereka beruda di ruangan yang tak jauh lebih besar dibanding ruang kelas. Sang ketos menyuruh Aby duduk.
"Jadi, ada apa ya, Kak?" tanya Aby sesopan mungkin. Ia tak mau banyak berulah di tahun pertamanya.
Pemuda di depannya mengambil secarik kertas. "Rani dari kelas XI IPA 3 dan Sonya dari kelas XII IPS 2 hari ini di skorsing. Kau tahu kenapa?" Aby menggeleng. Namanya saja baru ia dengar, boro-boro tahu urusan mereka.
"Mereka bertengkar merebutkanmu."
Aby lantas membungkam mulutnya agar tak tertawa. Astaga, seliar itukah pesonanya hingga membuat kakak kelasnya diskorsing?"Lho? Sebentar, Kak." Aby menyadari suatu hal yang salah. "Terus, kenapa kalau mereka bertengkar? Bukan aku yang salah. Kalau aku menyuruh mereka bertengkar, itu baru masalah," belanya panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Kedua [END MASIH KOMPLIT]
Teen FictionCerita ini berbahaya. Buat kamu yang berencana menikung temanmu sendiri:) Selingkuh, menikung, merebut pacar orang adalah hal yang biasa di dalam sebuah hubungan antar kedua manusia. Keadaan klise yang bisa dan selalu menghancurkan ikatan benang mer...