22 : Semakin Banyak Tanda Tanya

4.3K 663 174
                                    

"Antonio mau apa?"

👻👻👻

Seperti dugaan Hana, baru beberapa langkah mereka keluar dari kantin, tatapan sinis yang sudah pasti ditujukan kepada Hana itu pun terlihat dari mata para siswi yang melihat tangannya dan Garda saling tertaut. Bisikan-bisikan pun keluar dari mulut mereka.

"Ck, gue kira kalo Vivi mati bakal lebih gede peluang gue dapetin Garda, eh malah pembunuhnya yang nempel."

"Kalah jauh lo, dia bunuh Vivi dapet Garda. Lah, lo cuman ngomongin di belakang dapet apa?"

Hana ingin sekali membalas celotehan mereka dengan pernyataan bahwa bukan dirinya yang menyebabkan Vivi meninggal. Namun, ia tahu hal itu hanya akan membuang waktu.

Lain halnya dengan Devo, lelaki itu justru menghampiri kerumunan siswi yang tadi membicarakan Hana, Jesicca yang berjalan di samping Devo memilih untuk mengekori Devo.

"Jaga bicara lo!" tegur Devo sambil menarik ujung bibir salah satu dari gadis yang membicarakan Hana tadi.

"Kampret! Tangan lo asin!" Gadis tadi menyentuh mulutnya yang dengan lancang disentuh oleh Devo.

"Habis ngupil tadi," ucap Devo santai lalu kembali melangkah menyusul Garda dan Hana.

"Makan noh upil!" kata Jesicca sebelum kakinya menyamai langkah Devo.

Mereka semakin mempercepat langkah kaki agar segera sampai tujuan, semakin cepat mereka melangkah, semakin cepat pula seseorang yang mengikuti mereka.

Hap!

Hana terkejut ketika seseorang mencekal lengan kanannya, segera ia menarik diri dan membuat tangannya yang digenggam Garda ikut terlepas.

"Gak sopan," ucap Garda, tampangnya yang sudah datar menjadi semakin datar melihat sosok yang mencekal lengan Hana, Satria.

"Gak peduli," balas Satria acuh.

Hana merasa enggan untuk terlibat percakapan dua orang itu, tujuannya sekarang adalah belakang sekolah. Kakinya ia ajak lagi untuk melangkah, yang kemudian disusul oleh empat remaja lainnya.

"Itu, instingku bilang ada di situ."

Semua mendekat ke arah Hana ketika mereka sudah sampai di belakang sekolah. Mata dari masing-masing manusia itu fokus menatap tempat yang Hana tunjuk.

Sekilas, memang tak ada keanehan dari tumpukan tanah itu, tetapi ketika melihatnya lebih dekat maka siapa pun akan sadar bahwa tumpukan tanah yang memiliki panjang kurang lebih tiga meter itu tak lain adalah makam seseorang.

"Ada apa? Kenapa kita ke sini?" tanya Satria yang mulai bingung.

"Perlu diingat, gak ada yang ngajak lo ke sini," sindir Devo. "Kita ke sini nyari setan, lo pergi sana, nanti nangis gue gak mau tanggung jawab," lanjutnya.

"Gue nangis gara-gara liat setan? Omongan lo harus lo telen lagi ketika gue bilang kalau di sudut sana ada setan yang lagi liat ke arah kita," balas Satria tak mau kalah.

Semua menoleh ke arah yang ditunjuk Satria. Hana dan Jesicca bisa melihat sosok itu, hantu Antonio. Lain halnya dengan Devo dan Garda yang hanya melihat sudut kosong dengan banyaknya rumput-rumput.

Kini Hana percaya pada omongan Satria tempo hari, lelaki itu seperti Jesicca, bisa melihat 'mereka'. Baru saja ingin memastikannya langsung, datang dua orang asing dengan seragam yang sama seperti mereka.

"MEREKA" ADA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang