"Hal yang keliatan baik gak akan selalu baik, begitu pun sebaliknya."
👻👻👻
Siang ini cuacanya sangat panas. Seluruh siswa kelas 11 IPA 3 tampak kelelahan karena mereka baru saja menyelesaikan pelajaran olahraga, Hana dan Vivi duduk di lantai dekat bangku Hana.
"Huh, untung aja selesai pelajaran olahraga langsung istirahat kedua," ucap Vivi sembari mengipas wajahnya dengan buku tulis. Semilir angin buatan ikut menerpa wajah Hana yang duduk tepat di samping Vivi.
Hana mengangguk. "Iya, hari ini panas banget, berasa matahari jumlahnya lebih dari satu."
"Salah satunya kamu," celetuk seseorang yang ternyata Devo. Dia turun dari bangkunya dan bergabung dengan Hana dan Vivi di lantai.
"Gombal troos kerjaannya," ledek Vivi.
Devo tak memperdulikan perkataan Vivi, wajahnya beralih ke Hana, melihat Hana yang berkeringat membuat Devo memberikan sapu tangan berwarna biru muda. Namun, bukannya Hana yang mengambil, alih-alih malah tangan Vivi yang menerima sapu tangan tersebut.
"Heh! Bukan buat lo, buat Hana," omel Devo sembari merebut sapu tangan itu Vivi, aksi saling merebut pun tak bisa dihindari.
"Ini punya Garda, 'kan? Bukan punya lo, udah kasih aja ke gue." Vivi masih dengan sekuat tenaga menarik sapu tangan tersebut agar tetap berada di tangannya.
Garda yang merasa ada yang menyebut namanya, langsung menoleh ke arah Vivi dan Devo. Tak nyaman melihat adanya keributan, mulut lelaki itu berkata, "Udah kasih aja, ribet."
"Lo gak kasian liat gue kepanasan? Lebih baik gue kasih ke Hana daripada si cerewet ini," ucap Devo dengan pandangan memelas.
"Gak."
"Dasar tak berperikesahabatan," ucap Devo.
"Dih, panas banget, ini bendahara bukannya beliin AC, malah beli kipas angin, cuman dua lagi," rungut Devo tiba-tiba.
"Heh! Lo mau AC? Bayar uang kas!" Vanya selaku bendahara kelas menatap nyalang ke arah Devo yang hanya menunjukkan senyum konyolnya.
Perut Hana sudah keroncongan, meronta-ronta meminta untuk diisi, dia pun mengajak Vivi untuk ke kantin. "Vi, kantin yuk!"
Vivi mengangguk, Hana dan Vivi berdiri diikuti oleh Devo.
"Eh, mau ke kantin, ya? Ikut dong," ucap Devo.
"Boleh, ajak Bang Garda sekalian," ucap Vivi
Devo mengangguk dan menghampiri Garda yang sedang mendengarkan musik dengan earphone, Garda yang tampaknya juga sedang lapar pun tak menolak ajakan Devo. Mereka berempat berjalan menuju kantin.
Sesampainya di kantin, mereka memesan makanan masing-masing dan duduk di salah satu bangku panjang dengan meja panjang di depan mereka. Hana duduk di ujung meja, Devo langsung mengambil tempat di samping Hana dan Vivi mengambil tempat di samping Garda.
Mereka berempat asyik makan, Hana pun menikmati makanannya dengan santai. Mata Hana yang memang tidak bisa diam, melirik ke seluruh penjuru kantin. Seketika mata Hana terhenti di satu sosok, bukan manusia melainkan hantu Antonio, si hantu resek.
Tapi, auranya tak sama saat mereka bertemu hampir seminggu yang lalu, aura yang Hana rasakan tak baik. Asyik memperhatikan, tiba-tiba mata hantu Antonio langsung mengarah ke mata Hana. Hana terkejut tetapi tak bisa mengalihkan perhatiannya, pandangannya terkunci di mata hantu Antonio.
Hantu Antonio hanya menatap kosong, tetapi ekspresi marah dan sedih dapat Hana lihat dengan jelas di matanya, Hana bisa merasakan itu. Tak berapa lama kemudian Hana langsung tercekat, ketika mata itu berubah warna menjadi merah darah, hantu Antonio menyeringai seram.
KAMU SEDANG MEMBACA
"MEREKA" ADA ✔️
HorrorApa yang terlintas di pikiran kalian ketika mendengar kata indigo? ---------------------------------------------------- Hana Sabita, gadis 16 tahun yang diberi kekuatan untuk melihat "mereka" setiap harinya sejak kecil. Ya, bayangkan saja sejak keci...