"Masalah dalam pertemanan itu biasa, tapi kalau masalahnya dengan hantu, apa masih bisa dikatakan hal biasa?"
👻👻👻
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tiga puluh menit yang lalu. Hana, Vivi, Jesicca, Devo, dan Garda sudah berada pada posisi masing-masing untuk menempuh perjalanan menuju rumah Hana.
Waktu setengah jam tadi terbuang sia-sia karena mereka memperebutkan posisi yang mereka inginkan. Hana yang memang tidak diperbolehkan membawa kendaraan apa pun terpaksa harus menumpang. Jesicca, Devo, dan Garda membawa motor masing-masing, sedangkan Vivi tidak berangkat ke sekolah dengan motornya hari ini.
Devo yang ingin satu motor dengan Hana terpaksa harus menelan harapannya bulat-bulat karena Hana tidak ingin diboncengi oleh lawan jenis. Vivi yang sedari tadi terus merengek agar diboncengi oleh Garda pun harus memanyunkan bibirnya dan rela diboncengi oleh Devo. Sedangkan Hana tak ada pilihan lain selain dibonceng oleh Jessica.
Kicauan tak berguna mereka selama setengah jam itu terhenti karena kalimat nan tegas dari Garda. "Udah sore."
Motor mereka sudah sampai di pekarangan rumah Hana, mereka memasukkan motor mereka ke dalam garasi rumah Hana dan memarkirkannya di sana.
Hana mempersilakankan mereka masuk dan duduk di ruang tamu, tetapi mereka lebih memilih untuk duduk di karpet agar bisa lebih dekat dengan meja. Hana naik ke kamarnya untuk mengganti baju dan mengambil laptop, lalu turun untuk meletakkan laptop di meja ruang tamu dan pergi ke dapur untuk mengambil makanan dan minuman.
"Diminum, ya."
Hana meletakkan nampan yang berisi lima gelas es jeruk dan sepiring potongan kue di atas meja tamu, nampan itu pun langsung disambar oleh tiga tuyul, sedangkan Garda mengambil makanan itu dengan gayanya yang biasa saja tak seperti teman-temannya yang lain.
"Calon istri idaman!" puji Devo. Namun, ucapan Devo malah dihadiahi tatapan sinis dari Jesicca dan Vivi.
"Idih, siapa yang pengen punya suami buaya kayak lo?" cibir Jesicca.
"Jangan cemburu dong, samyang," ucap Devo yang dihadiahi tatapan sinis dari Jesicca.
"Buruan, yang cewek kumpulin materi, gue sama Devo ngetik."
Ucapan Garda langsung membuat semua orang bekerja di bagiannya masing-masing. Entahlah apa yang membuat mereka patuh, padahal Garda tidak berbicara sambil mengeluarkan ilmu karatenya.
"Ada siapa, Hana?"
Suara lembut terdengar dari lantai atas, semua orang yang ada di lantai bawah langsung melihat ke atas dan tampaklah wanita paruh baya yang masih terlihat cantik, Nina—ibu Hana. Dia melemparkan senyum ke semua anak muda itu.
"Ini temen-temen Hana, Ma, kita mau kerja kelompok."
Mendengar jawaban putrinya itu, seulas senyum langsung terbit lagi dari bibir wanita 36 tahun itu, dia langsung bergegas turun. Dia tak menyangka bahwa sekolah baru putrinya sepertinya lebih ramah dari sekolah-sekolah yang sebelumnya.
"Eh, Camer," celetuk Devo saat kaki Nina mencapai anak tangga terakhir. Hana bingung terhadap kosakata yang Devo ucapkan.
"Calon mertua," ucap Vivi yang langsung paham mengapa Hana kebingungan, Hana pun mengangguk pelan tanda bahwa dia paham atas ucapan Vivi.
"Bisa aja kamu, Nak–" Ucapan Nina menggantung.
"Saya Devo, Tante," ucap Devo memperkenalkan dirinya.
"Ah, iya Nak Devo."
"Saya Jesicca, Tante."
"Saya Vivi, Tante."
KAMU SEDANG MEMBACA
"MEREKA" ADA ✔️
HorrorApa yang terlintas di pikiran kalian ketika mendengar kata indigo? ---------------------------------------------------- Hana Sabita, gadis 16 tahun yang diberi kekuatan untuk melihat "mereka" setiap harinya sejak kecil. Ya, bayangkan saja sejak keci...