"Satu! Dua! Tiga! Empat!" Suara Bayu terdengar tengah memimpin gerakan pemanasan kelompok tarinya.
Setelah Bayu tahu, bahwa Hana dan Garda sudah berbaikan, dia langsung mengajak kelompoknya untuk latihan sebelum ada perang lain yang terjadi.
"Cukup, langsung latihan aja, yuk!" ajak Bayu sambil menyalakan musik dari handphonenya yang sudah terhubung dengan pengeras suara. Lagu Sunda dengan judul Manuk Dadali pun mulai mengalun.
"Gerakannya udah ada?" tanya Hana.
"Mampus, kita belum bikin, ya?" Bayu menepuk dahinya sambil tertawa kecil. "Tolol banget ya gue?"
"Iye, tolol banget lo, baru nyadar?" celetuk Devo.
"Diem lo, buaya bermuka babi," sinis Bayu.
👻👻👻
"Na, lo tau gak? Lo itu lebih cantik daripada Mpok Rina tukang batagor di kantin. Padahal menurut gue, dia cewek yang paling cantik di sekolah, terus suka ngasih porsi tambahan kalo gue beli, terus–"
"Bacot lo, kasian Hana lagi belajar!" omel Jesicca.
"Buset ngegas mbaknya," balas Devo.
"Berisik!" bentak Hana yang terganggu dengan pembicaraan Devo dan Jesicca. Setelah latihan menari selesai karena bel masuk berbunyi, Bu Popi selaku guru matematika masuk hanya untuk memberikan tugas lalu pergi dan tak kembali sampai bel istirahat kedua berbunyi.
"Udahlah, Na. Gak usah dikerjain kalo gak ngerti," ucap Devo.
"Makanya, karena aku gak ngerti, sekarang jadi pengen ngerti biar nanti bisa ngerjain."
"Mendingin ngertiin gue aja, ya gak?" goda Devo sembari menaik turunkan alisnya. Hana yang digoda tak merespon ucapan Devo.
"Na," panggil perempuan yang akhir-akhir ini tak bisa dibilang bersahabat dengan Hana. Bukannya Hana yang menjawab, justru Jessica yang membuka mulut.
"Ngape?"
"Nama lo Hana? Gak usah respon kalo bukan nama lo yang dipanggil," sinis Vivi.
"Like like me dong, mouth mouth me," balas Jesicca tak mau kalah.
"Ikut gue," ajak Vivi menarik tangan Hana.
"Mau dibawa ke mana calon ibu dari anak-anak gue?" tanya Devo menahan.
"Kepo lo." Lalu Vivi langsung menarik Hana menjauh dari Jesicca dan Devo.
"Gue kira pas pertama kali gue ketemu lo, kita bisa jadi temen baik, tapi nyatanya malah jadi rival. Lucu gak, sih?" Vivi buka mulut setelah mereka tiba di tempat yang lumayan sepi.
"Maksudnya?" tanya Hana tak mengerti.
"Bukannya lo tau gue suka Garda, tapi kenapa malah lo ikut ngedeketin dia?"
"Jangan salah paham, aku mana ada niatan saingan sama kamu buat hal yang gak penting kayak gitu, Vi." Hana membela diri, sedikit merasa kesal karena dituduh untuk hal tak penting seperti itu.
"Haha, maaf tapi gue gak bisa tertipu sama muka sok polos lo itu," balas Vivi sambil tertawa hambar. "Dengerin, lo udah ngeracik racun yang nantinya bakal nyerang ke diri lo sendiri. Jangan salahin gue, kalo suatu hari nasib lo bakal sama kayak si Alex!"
Hana terkejut dengan penuturan Vivi, obsesi Vivi benar-benar sudah membuatnya buta. Dalam hati ia terus bertanya-tanya, mengapa di saat seperti ini kekuatannya justru tidak bekerja, bagaimana dia bisa tahu bahwa Vivi akan benar-benar melakukan hal buruk padanya atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
"MEREKA" ADA ✔️
HorrorApa yang terlintas di pikiran kalian ketika mendengar kata indigo? ---------------------------------------------------- Hana Sabita, gadis 16 tahun yang diberi kekuatan untuk melihat "mereka" setiap harinya sejak kecil. Ya, bayangkan saja sejak keci...