"Hal yang pergi, pasti akan ada gantinya. Kenangan yang lama, tidak harus dipaksa untuk dilupakan, melainkan dikenang dengan senyuman ikhlas."
👻👻👻
"Gila! gue masih gak ngerti gimana bisa anak itu jadi anaknya Bang Anton?"
"Ya karena burung abang gue yang masuk ke punya dia."
Hana menahan tawa mendengar jawaban Garda. Semenjak kedatangan mereka ke rumah Hana, Devo terus saja berceloteh mengenai fakta bahwa Antonio sudah menjadi seorang ayah.
"Udah damai berarti dia?" tanya Jesicca yang tiba-tiba datang, di tangannya sudah ada sekaleng keripik singkong.
Hana mengangguk. "Semoga dia selalu tenang di sana."
Tiga remaja lainnya juga berdoa dalam hati, memohon kedamaian untuk hantu yang kemarin sudah menemukan jalan kembali.
"Jangan diabisin, Jes! Nanti malem makan apa kalo lo telen semua?!" omel Devo.
Jesicca melotot, tak terima dengan ucapan Devo, bisa-bisanya lelaki ini. "Makanannya masih banyak yang lain, anjir. Ini juga baru dikit gue makan."
"Dikit kepala lo segitiga, tinggal setengah itu lo bilang cuman makan dikit?" Devo menunjuk kaleng yang memang isinya tinggal setengah dari wadahnya.
Hana tak menghiraukan mereka, ia melangkah menuju dapur melirik sedikit ibunya yang tengah mempersiapkan makanan untuk acara nanti malam. Bukan acara besar, hanya kecil-kecilan guna merayakan kehamilan Nina.
Tok tok tok
Pintu utama rumah Hana sedikit bergetar karena diketuk, Hana berlari karena penasaran dengan siapa yang datang.
"KAKEK!" pekik Hana setelah melihat pria paruh baya itu, tangannya memeluk erat sosok di hadapannya itu.
"Hana, udah. Kasian kakeknya!" tegur Andre yang datang begitu saja.
"Nah, lumayan berat nih, ayah nginep?" Andre menenteng tas yang dibawa oleh ayahnya itu.
Pria paruh baya itu mengangguk lantas tersenyum, Hana menarik tangan kakeknya masuk ke dalam. Tiga remaja yang melihat kedatangan kakek Hana hanya berdiri dengan canggung.
"Teman Hana?" Sang kakek membuka suara sembari duduk pada salah satu sofa.
Tiga remaja itu mengangguk kikuk, sembari mengenalkan nama mereka masing-masing.
"Sekolahnya gimana?" tanya kakek Hana.
"Lancar, Kek. Sekarang sudah masuk waktu libur." Jesicca yang menjawab.
"Kamu bisa melihat?"
Jesicca bingung dengan pertanyaan kakek Hana, gadis itu melirik Garda dan Devo yang sepertinya sama bingungnya.
"Iya, Kek. Jesicca bisa liat mereka juga."
Hana tiba-tiba datang dan menjawab pertanyaan sang kakek. Pria paruh baya itu hanya mengangguk. Hening sesaat sampai suara ketukan lagi-lagi terdengar dari arah pintu utama. Hana langsung berlari lagi, menyambut tamu yang entah siapa itu.
"Eh, Mbak Layla. Lho? Satria?"
Jesicca, Devo, dan Garda langsung menyusul Hana tatkala mendengar nama Satria disebut.
"Lo ngapain ke sini, Sat?" tanya Devo, ada nada tak suka dari cara bicaranya.
"Istri gue diundang, ya gue juga harus ikut, dong."
KAMU SEDANG MEMBACA
"MEREKA" ADA ✔️
HorrorApa yang terlintas di pikiran kalian ketika mendengar kata indigo? ---------------------------------------------------- Hana Sabita, gadis 16 tahun yang diberi kekuatan untuk melihat "mereka" setiap harinya sejak kecil. Ya, bayangkan saja sejak keci...