"Semua makhluk hidup pasti meninggal."
👻👻👻
"Jangan biarin ada yang megang tangan lo, gue gamau orang lain liat gue," ucap hantu Alex sesaat setelah mereka sampai di gerbang sekolah, Hana hanya merespon hantu Alex dengan anggukan.
Sesampainya mereka di depan kelas, Hana tiba-tiba merasakan aura yang tidak enak. Ketika dia melirik ke dalam kelas ternyata ada beberapa murid salah satunya Vivi. Hana langsung tahu, bahwa aura tak enak tadi pasti berasal dari hantu Alex yang kini sudah tak ada lagi di sampingnya.
Netra Hana berkelana ke seluruh kelas sembari melangkahkan kakinya menuju bangkunya, nihil, hantu Alex menghilang begitu saja.
"Nyari apa, Na?" Jesicca datang menghampiri Hana.
"Eh, nggak kok, bukan apa-apa."
"Lo ngajak temen lo ke sini, ya?"
"Iya," jawab Hana. Obrolan mereka terhenti setelah bel masuk berbunyi nyaring.
👻👻👻
Menit demi menit dari waktu istirahat Hana habiskan untuk membaca novel remaja yang memang sengaja dia bawa. Sejak bel istirahat berbunyi, Hana tak berniat pergi ke kantin, ia lebih berniat untuk mambaca novel sebagai penghilang rasa bosan.
"Hana!" panggil seseorang yang membuat Hana mengalihkan perhatiannya. Vanya, si bendahara kelas.
"Dipanggil Vivi, disuruh ke perpustakaan."
Hana mengangguk. Setelah mengucapkan terima kasih dia bergegas ke perpustakaan.
"Vi?" panggil Hana setelah netranya menangkap sosok Vivi di salah satu kursi perpustakaan. Pemilik nama yang dipanggil hanya tersenyum sinis dan melangkah keluar dari perpustakaan, Hana hanya mengekori Vivi yang entah akan mengajaknya ke mana.
Rooftop. Di sinilah dua insan manusia itu berada. Matahari yang tak terlalu kejam memberi sinarnya dengan angin yang berhembus pelan menjadi saksi atas kebungkaman dua gadis tadi, sudah lima belas menit lebih dilewati tanpa ada satu pun suara manusia.
"Na."
Vivi akhirnya bersuara. Hana tak merespon, dia hanya melangkahkan kakinya lebih dekat ke gadis di hadapannya ini.
"Lo suka ya sama Garda?"
Pertanyaan Vivi membuat Hana merasa sedikit muak, butuh berapa kata 'tidak' dari Hana agar bisa meyakinkan Vivi bahwa dia memang tidak menyukai Garda untuk saat ini.
Alih-alih menjawab, Hana hanya terdiam menatap pupil mata Vivi, obsesi Vivi benar-benar membuat gadis itu mampu membunuh apa pun. Tunggu? Apa yang ada di balik tubuh Vivi? Seketika Hana sadar dia sudah salah langkah dengan mengikuti Vivi sampai ke tempat ini.
"Ngapain bawa-bawa pisau?" tanya Hana berusaha tenang. Raut wajah Vivi langsung berubah seketika, tetapi terlihat sekali bahwa dia berusaha menyembunyikan keterkejutannya.
"Jawab pertanyaan gue tadi. Gak mau jawab? Berarti lo beneran suka, 'kan?"
Vivi melangkah ke depan, menghabiskan jarak yang ada antara dia dan gadis di depannya. Tangan Vivi mengambil ancang-ancang untuk menikam. Hana bergerak ke belakang, tetapi terlambat.
Sreet
Darah segar mengalir dari lengan kanan Hana, tetapi ia berusaha untuk tak peduli, kakinya terus melangkah berusaha menjauh dari gadis yang bisa saja membunuhnya kapan pun itu.
"Vi, kamu mau Garda? Ambil! Tapi aku mohon, lepasin aku!" Derai air mata Hana nyatanya tak mampu membuat Vivi luluh, dirinya terperangkap sekarang. Dinding di belakangnya, dengan Vivi di depannya membuat Hana kehilangan jalan keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
"MEREKA" ADA ✔️
HorrorApa yang terlintas di pikiran kalian ketika mendengar kata indigo? ---------------------------------------------------- Hana Sabita, gadis 16 tahun yang diberi kekuatan untuk melihat "mereka" setiap harinya sejak kecil. Ya, bayangkan saja sejak keci...