📍BAGIAN 14📍

141 23 1
                                    

Keduanya kini tengah  berada di atas perahu.
Sepulang sekolah tadi, Bastian mengajak Anara untuk menikmati suasana di tengah danau, sekaligus melihat matahari tenggelam dari arah barat.

Bastian senantiasa mendayung dengan sekuat tenaga, serta Anara yang hanya sibuk memotret pemandangan disana dengan kamera handphone nya.

"Pemandangannya bagus banget. Kakak tumben tahu tempat beginian? Tahu darimana?." tanya Anara.

"Apa perlu gue jawab pertanyaan lo itu?"

Anara menggeleng. "Gausah dijawab juga gapapa kak."

Bastian kembali melanjutkan mendayung perahu itu sampai di tengah danau. Ia berhenti disana, menempatkan dayungnya di sebelah tempat duduknya.

"Kok berhenti kak?."

"Gue capek. Kita berhenti disini aja. Nanti senjanya juga kelihatan."

Anara mengangguk. "Kakak pernah kesini?"

"Pernah."

"Sendiri?"

Bastian menggeleng. "Sama calon istri gue."

Mata Anara membulat. "Siapa? Kakak selingkuh dari Anara? Nanti gue bilangin bunda loh!"

Bastian menepuk jidatnya. "Itu maksutnya elo! o'on!"

Anara menyilangkan kedua tangannya di depan dada, dan memanyunkan bibirnya ke depan. "Anara gak o'on! Kata bunda, Anara itu anaknya pinter!"

"Terserah lo aja, Ra!"

Anara mengacungkan kedua jempolnya. "Nah, gitu dong! Cowok itu harus ngalah sama cewek!. Apalagi kak Bastian nanti bakal jadi calon suaminya Anara. Jadi harus ngalah!."

"Kalau gue gak mau ngalah gimana?"

"Ya, Anara tinggal minta cerai sama kakak. Terus cari suami baru."

"Emang kalau kita cerai, lo mau nikah sama siapa?"

Anara nampak berfikir. "Anara pilih kak Jamal. Dia itu orangnya ganteng, baik, terus bisa bikin ketawa orang. Gak kayak kakak!"

Bastian menatap sinis Anara. Bisa-bisa nya ia dibandingkan dengan sahabatnya itu. Sudah jelas kalau ia lebih ganteng dari Al, ataupun Devan.

"Lo mau nikah sama Al?."

Anara mengangguk.

"Lo mau ngurusin monyet nya dia?."

"Emangnya kak Jamal punya monyet?"

"Punya. Monyetnya masih kecil."

"Ih, pasti monyetnya lucu kayak kak Jamal. Kapan-kapan ajak aku ke rumahnya ya kak?."

Bastian menggeleng. "Gak!"

"Kenapa enggak mau? kan Anara mau lihat monyet."

"Nanti lo bisa rabies!"

Anara mengetukkan jari telunjuknya di dagu. "Emangnya monyet bisa menyebabkan rabies ya kak? Setahu Anara, yang rabies itu anjing."

"Monyet nya Al itu langka. Jadi bisa menyebabkan rabies. Udah deh, jangan banyak tanya! Kalau lo mau lihat monyet, kapan-kapan gue ajak ke kebun binatang."

"Gak mau! Gue maunya lihat monyetnya kak Jamal! T I T I K!!"

Bastian menghembuskan nafasnya pelan. "Astaghfirullah, sabar." batinnya.

Saat yang ditunggu pun tiba. Bastian dan Anara sama-sama menghadap ke arah barat, untuk melihat indahnya perpaduan warna senja.

"Ra, sini geser."

Anara menurut. Gadis itu duduk disamping Bastian.

Mereka berpegangan tangan satu sama lain, layaknya pasangan remaja yang berbahagia.

Anara terkagum dengan ciptaan Tuhan yang sedang dilihatnya. "Warnanya cantik ya kak?."

Bastian mengangguk. "iya, cantiknya sama seperti kamu." Ucap Bastian yang masih menatap senja.

Anara menyenggol lengan cowok itu cukup kencang. "Gombal! Belajar darimana?"

"Jangan disenggol dong!. Nanti kalau kita jatuh gimana?."

"Ya, tinggal berenang. Kan Anara jago renang."

"Danau ini dalam Ra. Lo pendek! nanti kalau kelelep terus dimakan buaya gimana?."

"Lo nyindir gue pendek?"

"Enggak nyindir. Tapi kalau kesindir, ya itu bukan salah gue."

"Kak?"

Bastian menolehkan kepalanya ke arah Anara. "Hm, apa?"

"Gapapa. Gak jadi, hehehe."

"Kebiasaan!"

Bastian kemudian melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya.

"Ra, kita pulang yuk! keburu gelap nih."

Anara mengangguk. "Ayok. Anara juga udah laper. Mau makan."

"Makan mulu, tapi badan lo masih segini aja!"

Anara mengedikkan bahunya. "Gak peduli! yang penting Anara makan, terus kenyang."

.....

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


PERJODOHAN DI USIA REMAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang