📍BAGIAN 23📍

125 16 5
                                    

"Dalam dekapan, aku bisa merasakan setitik kenyamanan."
...

Tok tok tok!

"TIAN! MANDINYA CEPETAN!" entah sudah berapa kali Anara mengucapkan kata-kata itu.

Seorang gadis cantik sedang berdiri di depan kamar mandi dengan handuk biru muda yang ia lingkarkan di tengkuk leher, dan dengan posisi menyandarkan punggungnya di sisi pintu kamar mandi yang sudah tertutup sejak dua jam yang lalu.

Gadis itu tengah menunggu laki-laki yang kini berstatus menjadi suaminya selesai mandi.

Entah apa yang dilakukan Bastian di dalam kamar mandi. Padahal kata Dahlia, Bastian mandinya itu cepet. Tapi kenapa kali ini lama sekali?

Dan lebih tepatnya lagi, Bastian sengaja berlama-lama di dalam sana untuk sekedar menggoda istri kecilnya itu. Ia ingin menguji seberapa batas kesabaran yang dimiliki Anara.

Anara yang sudah jenuh menunggu dapat merasakan kakinya pegel linu karena terlalu lama berdiri disana.

Anara juga sesekali memegang perutnya yang sedikit sakit serta terasa sangat nyeri. Mungkin karena hari ini tamu yang tak diundang sedang datang.

"Tian, cepetan keluar!" gadis itu mencoba mengetuk pintu kamar mandi sekali lagi, tetapi juga masih tidak ada jawaban dari dalam sana.

Karena sudah tidak tahan lagi, Anara kemudian berdecak.

Perempuan itu langsung melepas handuk dari tengkuk lehernya lalu mengikatkannya di kepalanya. Anara lalu menggulung baju pendeknya ke atas sampai batasan bahu. "Tian! kalau lo gak keluar sekarang, gue akan jebolin nih pintu!" ancamnya sambil siap-siap mengambil ancang-ancang.

Lagi dan lagi Bastian tidak mengindahkan jawabannya sedikitpun. Cowok itu sengaja menutup kedua telinganya rapat-rapat supaya kepalanya tidak pusing mendengar ocehan yang keluar dari mulut Anara. Kata-kata yang keluar dari mulut Anara seolah masuk dari telinga kanan, dan dengan mudahnya menerobos keluar lewat telinga kiri.

Dengan muka memerah padam dan nafasnya yang menggebu-gebu, Anara akan mulai mengeluarkan sifat samson nya.

Cklek!

Brak!

Anara yang tadinya akan menendang pintu dengan kaki kanannya malah terjatuh terhuyung ke belakang, bersamaan dengan pintu kamar mandi yang sudah terbuka terlebih dahulu. Bokongnya mendarat sempurna mencium dinginnya lantai.

Sudah kakinya pegal linu, perutnya sakit, dan sekarang? tulang ekornya terasa ngilu.

Bastian terbelalak melihat hal itu sebelum tawa pecah memenuhi seisi ruangan.

"Lo ngapain duduk disitu Ra? kan ada kursi."

"Duduk mata lo!"

Bastian yang sedari tadi tertawa, seketika langsung menghentikan tawanya. "Jadi cewek gak boleh ngomong kasar Ra!"

Anara memutar bola matanya malas. "Lo harus tanggung jawab!" ucapnya sambil memposisikan dirinya untuk berdiri.

Mendengar hal itu, iris mata Bastian menjadi terbuka lebar. "L-lo hamil?" tanya Bastian dengan tampang polosnya.

Dengan cepat Anara berjinjit lalu menjewer telinga Bastian dengan kencang. Membuat sang empu meringis kesakitan.

PERJODOHAN DI USIA REMAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang