📍BAGIAN 27📍

162 15 4
                                    

Hay...
Follow akun wattpad ini yuk!
Follow ig : @ ayu.permata28.

Dan berikan vote dan komen kalian disini...

Selamat membaca,

****

Langit cakrawala kini sudah berganti warna. Menyisakan langit malam dipenuhi banyak bintang ditemani satu rembulan. Secercah senyuman juga tak luput dari bibir gadis muda nan cantik yang kini telah menyelesaikan mandi nya. Anara keluar dari kamar mandi mengenakan handuk yang ia lilit untuk menutupi tubuhnya. Ia lalu berjalan ke arah lemari untuk memilih baju yang ingin dia kenakan.

Cklek

Anara menghentikan aktivitasnya memilih baju. Netra matanya membulat lebar saat seseorang membuka pintu kamar secara tiba-tiba. 

"k--kok gak ketuk pintu dulu sih?" Anara bertanya kepada orang yang barusaja membuka pintu tersebut, jangan lupakan Anara yang memejamkan matanya karena malu hanya memakai handuk yang menutupi tubuhnya.

"Kenapa merem?"

"A--aku malu."

Orang itu menaikkan satu alisnya. "Kita udah sah. Jadi jangan sok malu kayak gitu. Takut banget gue apa-apain lo. Kalaupun gue apa-apain lo, itu gak akan jadi dosa. Justru dapet pahala."

Anara membuka matanya perlahan. Ia tersenyum kikuk mendengar ucapan suaminya tadi. "I-iya."

Anara segera melanjutkan memilih baju supaya dapat segera menemukan baju yang pas dan langsung mengenakannya. Takut nafsu dari suaminya itu muncul dan menerkamnya tiba-tiba. Oh tidak, Anara sangat belum siap melakukan hal itu.

"Ra."

"Hm"

"Gue mau ngomong sama lo."

"Ngomong aja, aku lagi pilih baju ih!"

"Pilih baju nya nanti aja. Gue mau ngomong serius, sekarang."

Anara tidak menjawab ucapan Bastian. Ia masih sibuk mencari baju yang cocok. "Ini baju kok gak ada yang pas sih?!" batinnya.

Bastian yang merasa diacuhkan itupun terpaksa menghampiri Anara, lalu menutup pintu lemari yang sedang terbuka dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya ia lingkarkan di pinggang mungil milik Anara.

"Aku mau bicara sama kamu, dear."

Anara seketika mematung saat pinggangnya dipeluk erat Bastian dari belakang. Suara berat dari cowok itu terdengar sangat jelas ditelinganya.

"Dan kamu harus jawab yang jujur." sambung Bastian lagi.

Anara semakin memperkuat memegang handuk yang melilit tubuhnya. Jantungnya berdetak cepat, apalagi saat merasakan deruan nafas yang menerpa lehernya. Antara merinding, salting, dan takut. 

"Ma--mau ngomong apa?"

"Tadi lo pulang sekolah sama siapa hm?"

"A--aku sendiri kok." Anara menjadi gugup.

Bastian mengangkat sudut bibirnya tipis. Cowok itu beralih memutar tubuh Anara agar menghadapnya. Anara yang merasakan tindakan yang tiba-tiba itu sedikit terkejut hingga handuk yang ia kenakan hampir saja merosot. 

"Jujur?"

Anara bersusah payah menelan ludah saliva nya kasar. Nada ucapan yang terdengar datar dan dingin dari ucapan Bastian tadi membuat Anara menjadi keringat dingin. Apalagi kini ia sedang ditatap mata tajam milik Bastian yang seakan seperti harimau yang akan menerkam mangsanya.

Anara menundukkan kepalanya "Aku pulang sama temen aku."

"Cowok apa cewek?"

"Eum, cowok."

Bastian mengangkat dagu Anara agar mendongak menatapnya kembali. "Kok gak izin dulu hm?"

Anara mengedarkan pandangannya agar tidak bertemu mata tajam dari suaminya itu. "Maaf kak."

"Gak akan gue maafin, sebelum lo terima hukumannya."

"Ha? hukuman apa?"

Bastian tersenyum devil. Perlahan ia berjalan maju kearah Anara. Sedangkan Anara bergerak mundur hingga punggungnya membentur lemari pakaian. "Jangan macem-macem kak."

"Satu macem boleh?"

Anara menggeleng kuat. "Jangan kak. Aku-"

Cup

Anara melototkan matanya. "Bibir gue." batin Anara. Gadis itu menahan nafas dan memejamkan matanya saat Bastian mencium bibir nya secara tiba-tiba. 

"Akhh, sakit kak." Anara terpaksa mendorong dada Bastian agar menjauh darinya. 

Anara mendengus sebal saat melihat Bastian yang tengah tertawa. "Sakit. Bibir aku jangan kamu gigit!" 

"Aku marah sama kamu." Anara bersikap seolah marah. "Bibir aku udah gak perawan lagi. Kamu jahat! aku kan waktu itu udah bilang jangan cium bibir. Kalau pipi gapapa."

"Tapi enak kan?"

"Iy- eh enggak! gak enak titik!"

"Bilang aja enak. Turunin gengsi kamu dikit Ra."

"Udah ah. Sana keluar! aku mau pakai baju."

"Gak mau."

"Ih! sana keluar."

"Aku mau disini Ra."

Anara menghela nafasnya kasar. Ia memutar otak agar suaminya itu bisa keluar dari kamar sekarang juga. Dan-

"AWHHH. ANARA, SAKIT!" Bastian berteriak kesakitan saat Anara menginjak kakinya dengan kencang. Tak hanya itu, Anara juga menjambak rambutnya.

Anara tertawa puas lalu melepaskan jambakannya. "Syukurin. Siapa suruh gak mau keluar. Sana keluar!"

"Gak!"

"Owhh, mau aku injek kaki kamu terus jambak rambut kamu lagi?"

"It's not that easy dear."

Anara menjadi panik sendiri saat melihat senyuman Bastian barusan. Ia memasang ancang-ancang untuk berlari tapi sayangnya Bastian menarik tubuhnya terlebih dahulu.

Anara mencoba memberontak saat Bastian menjatuhkan dirinya di ranjang kasur. Tapi usahanya sia-sia karena tenaga Bastian jauh lebih besar darinya.

Anara memejamkan matanya saat tangan Bastian akan mencoba melepaskan lilitan handuk yang melekat pada tubuhnya. "Ja--jangan kak." lirih gadis itu.

"Don't try to rebel dear."

Anara tidak memperdulikan peringatan itu. Ia masih mencoba memberontak dengan mendorong dada bidang Bastian dengan sekuat tenaga. "Jangan sekarang, please!" Anara memohon agar Bastian tidak melakukan hal itu kepadanya. Jujur, Anara sangat belum siap.

"Anggap aja ini hukuman buat kamu sayang." Bastian menatap lekat wajah Anara yang sudah berkaca-kaca.

Anara menggelengkan kepalanya pelan. Sedangkan Bastian sudah tersenyum devil. Mungkin para setan sudah mempengaruhinya. Bastian bergerak maju, dan Anara memejamkan matanya rapat-rapat.

Dan, hal itu pun terjadi....

Bersumbang

Udah, gak usah diperjelas lagi.

Otaknya jangan pada traveling woy, hahaha

Jangan lupa tinggalkan jejak disini!

Thank you, and see you




PERJODOHAN DI USIA REMAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang