📍BAGIAN 25📍

104 11 0
                                    

Vote dan komen yuk

***

Pukul tujuh kurang dari lima menit, Bastian dan Anara sudah tiba di sekolah. Sekolah sudah ramai karena bel masuk mungkin sebentar lagi akan berbunyi.

Anara berjalan di koridor dengan sedikit mempercepat langkahnya. Dibelakangnya terdapat Bastian yang berjalan santai. Satu tangannya memegang tali tas ransel yang tersampir di pundak kanannya. Ia juga menggeleng-gelengkan kepala karena melihat istri kecilnya itu sedang tergesa-gesa.

Anara berhenti ketika menyadari bahwa Bastian tidak ada lagi disampingnya. Ia lalu berbalik badan, menemukan Bastian melambaikan tangannya serta sedang tersenyum manis ke arahnya.

Anara berdecak. Bisa-bisanya suaminya itu masih berjalan santai. Padahal sebentar lagi bel masuk. "Hih! cepetan dong! nanti kalau gurunya udah masuk ke kelas gimana?" omelnya. Anara menghentakkan kakinya ke lantai dengan kesal.

Bastian hanya menjawab oemlan Anara dengan mengedikkan bahunya.

Anara memutar bola matanya malas. Gadis itu kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas, meninggalkan Bastian yang masih berjalan santai.

"Pagi, Anara." sapa Rizky yang sudah berada di depan pintu kelas.

"Pagi juga." jawab Anara ramah.

"Tumben lo berangkat telat Ra?"

"Iya, soalnya tadi gue bangunnya kesiangan." alibi Anara.

Rizky yang mudah percaya dengan alasan itu hanya menganggukkan kepalanya saja. "Dua sahabat lo tadi udah ngomel-ngomel sendiri dikelas tuh. Nungguin lo lama banget. Mungkin mereka ngira lo gak  dateng ke sekolah."

"Ehm"

Anara dan Rizky sontak menoleh kearah sumber suara itu.

"Belajar yang bener supaya pinter, dikelas juga jangan tidur! aku ke kelas dulu." pamit Bastian setelah mengusap lembut puncak kepala Anara. Tidak perduli dengan tatapan Rizky yang sedang menatapnya dengan tatapan bingung.

"Lo ada hubungan apa sama kak Bastian Ra?" tanya Rizky yang menatap intens wajah Anara.

"Owhh itu. Gak ada hubungan apa-apa kok. Cuman sekedar akrab aja."

"Gue kira lo pacarnya dia."

"Ngaco lo! ya enggaklah. Mana mungkin gue pacaran sama kakak kelas kayak dia."

"Gak pacaran sih. Orang dia sekarang udah jadi suami sah gue." lanjut Anara dalam hati.

Rizky hanya mangut-mangut. "Yaudah, masuk yuk!" ajak Rizky dengan menggandeng tangan Anara.

"Eh, gausah digandeng juga kalik. Gue bisa jalan sendiri kok. Kayak orang mau nyebrang aja."

"Hehehe maaf Ra. Refleks tadi."

***

"Bastian?!"

Bastian mengernyit ketika seorang cewek dengan rambut sedikit bergelombang menyapanya. Lebih tepatnya cewek asing yang tidak dikenali oleh Bastian sendiri. "Siapa?" tanya Bastian dengan to the point tanpa menjawab sapaan dari cewek itu.

"Lo gak kenal gue?" tanya balik cewek tersebut. Sedangkan Bastian menaikkan satu alisnya, menatap bingung gadis yang sekarang berada didepannya ini.

"Sorry, gue gak kenal. Lo bisa minggir?"

"Lo beneran gak kenal sama gue?" cewek itu sedikit terkekeh. "Kalau dengan benda ini pasti lo gak lupa kan?" ujarnya sekali lagi sambil memperlihatkan satu gelang yang melingkar cantik ditangan kanannya.

Bastian nampak terdiam sebentar. Raut wajah cowok itu mendadak berubah menjadi serius. Berusaha mengingat dan mengenali cewek asing itu. Selang beberapa lamanya, Bastian teringat dengan satu nama. Dan ia mengingat gelang itu. Gelang yang ia kasih untuk seorang perempuan yang pamit pergi meninggalkannya selama dua tahun ini. Perempuan yang dia cinta sebelum Anara hadir di dalam hidupnya. "Neyla? lo beneran Neyla?" tebak Bastian sedikit ragu-ragu. Sedangkan cewek yang memanggilnya tadi mengangguk seraya tersenyum lebar.

"Iya. gue Neyla. Lo gak mau peluk gue nih? gak kangen ya?" ucap Neyla karena melihat Bastian masih tersenyum sumringah didepannya, tidak merubah posisinya. Gadis ber name tag Neyla Disa itu sudah bersiap dengan merentangkan kedua tangannya mengambang di udara. Berharap Bastian mau berlari kearahnya seraya memeluknya. Jujur, Neyla merindukan pelukan hangat dari seorang Bastian. Cowok yang dia cintai dan sangat dia sayangi. Dirinya belum mengetahui saja kalau Bastian sudah menikah. 

Mendengar itu, Bastian langsung berlari kearah Neyla dan memeluk gadis itu dengan sangat erat. Meluapkan segala kerinduannya selama ini. Walaupun sering tukar kabar lewat Video Call pun tidak bisa mengurangi rasa kerinduannya dengan seorang gadis yang sudah didalam dekapannya saat ini.

"Gue kangen banget sama lo, tau gak? beberapa minggu lalu nomer lo coba gue hubungi tapi tetep gak bisa. Lo kemanasih? udah lupa sama gue ya? pasti bule-bule disana lebih ganteng dari gue. Makannya tuh, lo seketika lupa sama gue." celetuk Bastian dengan panjang lebar. Seakan cowok itu lupa dengan statusnya sekarang yang sudah memiliki satu perempuan yang ia miliki dan sudah diakui secara sah oleh agama, dan juga negara.

Neyla melepas pelukan itu. Dirinya sedikit terkekeh dengan celetukan Bastian barusan. Tidak ada yang berubah. Sifat yang selalu ia kenal dari seorang Bastian tidak ada yang berubah. Selalu sama.

"Kok malah ketawa sih? emang ada yang lucu Ney?"

Neyla menghentikan tawanya. "Maaf Bas, disana gue sibuk banget. Gak sempat ngabarin lo. Pas waktu hubungin lo, hp gue malah kecebur kedalam air. Hp gue jadi mati. Dan gue sekarang ganti nomor. Mau hubungin lo, tapi gue gak hafal nomor lo." ucap Neyla menjelaskan.

Bastian mangut mangut. Mulutnya terbuka membentuk huruf 'o'. "Eh, lo kok pakai seragam yang sama kayak gue. Lo-? 

"Sekolah disini. Bareng lo, Bastian." sahut Neyla dengan cepat.

"Beneran?"

"Iyalah. Kenapa? lo gak seneng kalau gue satu sekolah sama lo?"

"Eh, ya suka lah. Masa gak suka." jawab Bastian cepat.

"Kalian, ngapain disitu? pacaran ya?" ucap seorang guru yang tak sengaja melihat dua remaja itu.

"Eh, enggak kok bu. Saya cuman em cuman mau nganterin siswa baru ini ke ruang kepala sekolah." jawab Bastian mencari alasan yang tepat.

"Yasudah. Antar ke ruang kepala sekolah sana. Kamu jangan mencoba mencari kesempatan dalam kesempitan Bas!" peringat guru itu yang menatap Bastian dengan penuh selidik.

"Yah, telat. Orang gue tadi udah pelukan." ucap Bastian memelankan suaranya.

Untung guru itu sudah pergi. Jadi Bastian tidak mendengar kata-kata mutiara dari gurunya itu.

Bastian kembali memfokuskan pandangannya kearah Neyla. Tangannya terulur kearah cewek itu. "Yuk!"

"Kemana?" tanya Neyla dengan raut wajah bingung.

"Ke ruang kepala sekolah lah. Ya kalik gue ngajak lo ke KUA!"

"Ke KUA juga gapapa."

...

PERJODOHAN DI USIA REMAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang