📍BAGIAN 17📍

113 17 0
                                    

.
.
.

Bastian melangkah ke kelasnya dengan langkah yang santai. Suasana kelas yang ramai dan ricuh menyambut kedatangannya pagi ini. Kebetulan jam pertama pembelajaran kosong karena guru mapel yang bersangkutan sedang tidak hadir.


Hal itu dimanfaatkan semua murid kelas 12 IPS 1 dengan berbagai kegiatan pengisi waktu luang. Di pojok ruang kelas terdapat anak murid laki-laki yang sedang memainkan game online nya dengan memanfaatkan WiFi yang ada di sekolah. Di sudut bangku tengah juga terdapat beberapa siswi perempuan yang mungkin sedang bergosip ria.

Devan sudah duduk di atas meja paling depan tak lupa topi yang terpasang terbalik di kepalanya. Al memegang penghapus papan tulis layaknya vokalis band terkenal. Bastian hanya duduk dengan kedua kaki yang ia letakkan diatas meja meyaksikan apa yang akan dilakukan oleh kedua sahabat konyolnya itu.

"Darimana datangnya cinta?" Al membuka suara.

"Dari Facebook turun ke w.a" sahut Devan dengan semangat.

"Darimana datang kecewa?"

"Pas jumpa wajahnya beda."

"AKU KECEWA..." sahut semua murid yang ada di kelas itu.

"SUNGGUH AKU KECEWA"

"KENAPA FOTONYA TAK SESUAI DENGAN RUPANYA."

"HAHAHAHA" final mereka semua mengakhiri kegiatan absurd nya itu.

Devan kemudian turun dari meja yang sempat ia naiki. Diikuti Al yang berjalan dengan gaya sok cool nya.

"Kantin kuy?"

Bastian mengangguk menyetujui ajakan Devan. Mereka berjalan ke arah pintu kelas dan melangkahkan kakinya menuju kantin.

"Jok, kalau gurunya dateng, bilang aja gue sama temen-temen gue ini lagi gak enak badan." ucap Al kepada Joko, ketua kelas.

°°°°

Berbeda halnya di kelas 10 IPS 2 yang sedang berjalan pembelajaran sejarah dengan sangat serius. Mereka nampak begitu sangat memperhatikan bu Suki selaku guru killer sejarah yang paling ditakuti se angkatan.

Stella yang duduk disamping Anara selalu saja tak henti-hentinya mendumel tentang guru itu. Bayangkan selama 3 jam pembelajaran sejarah, guru itu hanya membaca semua materi yang ada di bab buku paket sampai habis tanpa ada jeda sedikitpun.

Anara memegang bolpoin ditangan kanannya. Perlahan menulis kata-kata yang entah terpikir di dalam otaknya. Ia meluapkan rasa kejenuhannya di dalam tulisan itu.

"Dia hadir tanpa aku minta. Awalnya aku membencinya. Tapi entah kenapa rasa cinta ini muncul dengan sendirinya. Tian, aku menyayangimu. Walau kita dipersatukan oleh ikatan perjodohan, tapi aku yakin kamu adalah masa depan."
-Anara.

Anara tersenyum ketika membaca kembali bait-bait yang terbilang sebagai puisi yang barusan ia tulis. Stella yang duduk disamping Anara menatap aneh ke arah gadis itu. Tidak ada angin tidak ada petir, Anara tiba-tiba tersenyum-senyum sendiri.

Stella menempelkan pergelangan punggung kanannya ke dahi Anara mengecek suhu Anara. Siapa tahu gadis itu sedikit panas.
Pergelangan tangan Stella langsung ditepis oleh Anara. "Apaansih? ganggu gue aja lo!"

"Habisnya elo senyum-senyum sendiri kayak orang sinting. Kan gue jadi takut."

"Gue gak sinting kalik!"

"Terus kenapa lo tadi senyum-senyum? Emangnya tadi lo nulis apaan?. Liat dong!" Stella mengambil paksa buku Anara dan membaca tulisan tinta hitam pekat yang ada di halaman kertas itu.

"Kak Tian? kak Tian itu siapa Ra?" beo Stella.

"Tian itu kak Bastian."

"Owhh, panggilan kesayangan ya?"

"Hem ya bisa dibilang gitu."

"Ssuttt, lo berdua ngobrolin apasih?" tanya Salsa yang tempat duduknya berada dibelakang Anara.

Anara dan Stella saling menatap. "KEPO!" mereka berdua kompak menjawab pertanyaan dari Salsa.

Sedangkan Salsa hanya memutar bola matanya. "Gak asik!."

Kring

Kring

Kring

Bel yang sangat ditunggu itupun telah berbunyi. Bel istirahat seperti kupon berhadiah yang selalu dinanti dan diharapkan oleh semua siswa.

Anara dan kedua sahabatnya kini berada dikeramaian yang ada dikantin. Ketiganya sedang menunggu kantin itu sedikit sepi supaya mereka tidak terjebak dalam desakan para murid.

Anara membawa satu bekal yang akan diberikan untuk seseorang. Mata indahnya menelusuri setiap tempat yang ia lalui. Akan tetapi, ia tidak menemukan orang yang selama tadi ia cari.

Anara masih celingak-celinguk melihat sekelilingnya.

"Lo cari siapa sih Ra?" tanya Stella yang sudah jenuh dengan tingkah Anara yang sedari tadi celingak-celinguk.

"Kak Tian." Jawab Anara dengan santai.

"Owhh. Emang tadi dia gak bareng lo?" kini Salsa mulai bertanya.

Anara menggeleng. "Dia tadi ngabarin gue kalau gak enak badan. Makannya tadi dia gak jemput gue."

"Gak enak badan tapi kok masuk sekolah?"

Anara mengedikkan bahunya. "Gak tau lah. Paling kak Tian nekat."

Stella dan Salsa sama-sama mengangguk.

"Ra. Itu kayaknya orang yang dari tadi lo cari." tunjuk Stella ke arah pria yang sedang duduk bersama kedua temannya di pojok kantin.

Anara menggulung senyum sumringah. Akhirnya orang yang dari tadi ia cari ketemu juga. Ia langsung berjalan ke arah Bastian dengan langkah penuh semangat. Karena suasana kantin yang begitu ramai dan Anara yang tidak terlalu memperhatikan jalan, ia menabrak seseorang yang lewat didepannya.

Seseorang itu menangkap tubuh Anara yang hampir jatuh ke lantai. Keduanya terjadi kontak mata secara singkat karena Anara yang pertama mengakhiri tatapan itu.

"Ya ampun Anara, makannya jalan tuh hati-hati! udah tau ni kantin lagi rame." marah Stella.

Anara hanya menyengir kuda. "Ya maaf, btw makasih ya ky. Lo udah nolongin gue terus."

"Iya sama-sama." Ucap Rizky yang langsung pergi darisana.

"Lo tadi bilang apa Ra? Rizky sering nolongin lo terus?"

"Nah iya, emang si Jeki sering nolong lo apa?"

Anara menatap kedua sahabatnya yang tengah menatapnya balik dengan raut wajah yang penuh dengan kekepoan. "KEPO!"

Anara kembali melanjutkan langkahnya menghampiri meja Bastian dkk. Sebenarnya Bastian juga melihat kejadian tadi ketika Anara tak sengaja di peluk Rizky. Luka yang tadinya kering dan akan sembuh malah kembali tergores. Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan rasa kecemburuan yang ada di dalam diri Bastian.

....

PERJODOHAN DI USIA REMAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang