.
.
."Loh, kakak kenapa minum es? kata bunda, kalau orang sakit itu gak boleh minum es banyak-banyak." ucap Anara yang menyaut satu gelas es jeruk dari hadapan Bastian.
"Lo kira gue peduli?"Anara mengangguk. "Harus peduli dong! Itukan demi kesehatan kakak juga."
Bastian berdiri dari tempat duduknya. Memposisikan dirinya menghadap ke Anara.
"Kesehatan fisik gue gak penting. Justru yang penting itu kesehatan hati gue."
Kening Anara mengerut. "Maksutnya? Kakak sakit liver?"
"Ck! Lo itu emang bego atau pura-pura bego sih Ra?"
"Maksut kakak apa? Anara sama sekali gak tau apa yang Tian maksut."
"Tian?" Tanya Bastian dengan sedikit bingung.
"Iya. Anara manggil kakak dengan sebutan Tian. Bagus kan?"
"Nama gue Bastian. Bukan Tian!"
"Kakak gak suka ya kalau Anara panggil Tian?"
"Gak!"
"Yaudah gapapa. Anara akan tetap manggil kakak dengan panggilan Tian. Soalnya Anara suka dengan panggilan itu."
Bastian berdecak sebal. Ia pergi meninggalkan Anara dan teman-temannya begitu saja.
"Epan!!" Stella berjalan ke arah kekasihnya. Devan.
"Eh Ella." jawab Devan yang merangkul pundak Stella.
"Ella laper. Mau makan."
"Mau Epan traktir?"
Stella mengangguk dengan semangat. Al dan Salsa hanya menyimak keduanya. Dunia seakan hanya milik mereka berdua. Yang lain cuman ngontrak.
°°°°
Anara masih mencoba mengejar Bastian yang berjalan dengan cepat. Ia sudah beberapa kali memanggil nama Bastian. Akan tetapi cowok itu juga tidak memberhentikan langkahnya sama sekali.
"Kakak mau kemana?" Tanya Anara yang mencoba menyamakan langkah kaki Bastian.
"Bukan urusan Lo. Mending lo balik deh!" Jawab Bastian yang masih terus berjalan.
"Tapi Anara mau ngasih bekal ini ke Tian."
"Gausah. Bekal nya Lo kasih ke orang lain aja."
"Tapi ini Anara buat sendiri loh. Masa Tian gak mau makan bekal yang udah Anara buat dengan susah payah sih?"
"Gue gak pernah nyuruh lo bikin bekal itu kan? Jadi terserah gue dong mau nerima apa enggak."
"Tian bisa berhenti gak sih? Anara capek kalau ngobrol sambil jalan kayak gini."
Bastian memberhentikan langkahnya secara tiba-tiba. Membuat Anara menabrak punggung Bastian dengan keras. Anara merasa kesal dengan sikap Bastian hari ini.
"Tian kalau berhenti jangan mendadak dong! Anara jadinya nabrak punggung Tian kan? untung aja hidung Anara gak penyok."
Bastian memutar bola matanya malas. Ia sebenarnya tak tega bersikap cuek kepada Anara. Tapi mau gimana lagi, mana ada orang yang gak marah atau cemburu jika gadisnya jalan ataupun makan berdua dengan cowok lain.
Bastian beralih menatap kotak bekal berwarna biru bergambar super hero di tangan kanan Anara.
"Itu bekal buat gue?"
Anara mengangguk antusias. "Iya. Wadahnya lucu kan? ada gambar superhero nya."
"Lo kira gue anak TK yang bekalnya gambar superhero?"
"Enggak sih. Tapi ini itu lucu. Cocok untuk Tian. Biar Tian makannya juga lahap biar bisa jadi superhero."
"Hih ni cewek gue bungkus juga nih. Bikin gedek gue aja." batin Bastian.
"Tian kok bengong? gak suka sama bekal yang Anara bawa ya? Yaudah deh, nanti bekalnya aku kasih ke orang lain aja."
"Eh, jangan!"
Anara tersenyum. "Kenapa jangan? Tadi katanya gak mau."
"Sini. Ini tuh bekal spesial khusus gue. Jadi gak ada orang lain yang boleh makan!" Bastian langsung mengambil bekal yang Anara bawa.
"Nah gitu dong. Yaudah, Anara mau ke kelas dulu."
Bastian mencegah kepergian Anara dari hadapannya. Cowok itu langsung menarik tangan Anara entah mau dibawa pergi kemana. Matanya membulat ketika melihat perban yang membalut di siku Anara.
"Tangan lo kenapa Ra?"
"Owhh ini. Kemarin Anara naik sepeda tapi malah nabrak pohon. Terus jadinya kayak gini deh. Tian gausah panik ya? ini udah gapapa kok."
Anara tidak menceritakan kejadian sesungguhnya. Ia takut kalau Bastian begitu khawatir kepadanya. Toh, Anara sekarang juga dalam keadaan baik-baik saja.
Bastian tersenyum. Mengacak rambut Anara sampai berantakan. "Makannya, anak kecil gak boleh main sepeda sendirian. Jadinya jatuh kan?"
Anara mengerucutkan bibir mungilnya. "Anara itu bukan anak kecil lagi. Anara udah gede!"
"Lo akan jadi bayi gede gue Ra. Nanti kalau udah halal, kita bikin bayi kecil nya ya?"
Karena Anara adalah gadis polos, ia hanya menganggukkan kepalanya seperti anak kecil.
.....
KAMU SEDANG MEMBACA
PERJODOHAN DI USIA REMAJA
Novela Juvenil|JANGAN LUPA VOTE NYA| Bagaimana jadinya, jika pada usia 16 tahun kalian terpaksa harus dijodohkan dengan orang yang tidak kita cintai? Usia yang seharusnya menikmati masa pubernya, tapi malah mengorbankan masa remaja serta kisah cintanya demi suatu...