📍BAGIAN 24📍

115 12 0
                                    

.
.
.

Selamat membaca,
I wish, semoga kalian suka dengan cerita ini.
-
Vote part ini yuk
☆☆☆☆☆
Mau komentar juga gapapa

***

Bastian memasuki kamar mandi dengan mata yang masih sedikit terpejam.

Disaat Bastian sedang terlelap di dalam dunia mimpinya, Anara tiba-tiba berteriak tepat disamping telinganya sambil memukul-mukul panci yang gadis itu ambil dari dalam dapur.

Setelah sholat subuh bersama tadi, Bastian memang masih merasakan rasa kantuk di matanya, sehingga cowok itu memutuskan untuk tidur lagi. Walaupun Anara sudah mengomelinya, tapi Bastian malah sengaja menebalkan kedua telinganya.

"Awas, nanti lo kepen-"

Belum sempat Anara melanjutkan peringatannya, Bastian terlebih dahulu menubruk tembok putih yang ada didepannya. Sontak hal itu mengundang tawa renyah dari istrinya...Anara.

Bastian mengelus-elus jidatnya yang sedikit benjol. "Siapa sih yang naruh tembok disini?! bikin susah aja." gerutu cowok itu.

"Temboknya gak salah. Lo aja yang jalan sambil merem!" kata Anara yang sedang memasang sepatunya.

Bastian memutar bola matanya malas. Kemudian, ia bergegas membuka pintu kamar mandi dan mulai memasukinya.

***

Kini keduanya sudah berada di meja makan. Memakan masakan yang dibuat oleh asisten rumah tangga mereka yang baru.

Yap! dua hari yang lalu, Bastian dan Anara memutuskan untuk mencari ART atas usulan dari Anara. Anara sudah terlebih dulu mengadu pada Bastian, karena gadis itu tidak sanggup untuk membersihkan rumah yang terlalu besar dan luas... sendirian. Dan akhirnya, Bastian menyanggupi permintaan istri kecilnya itu.

"Terimakasih bibi." Anara tersenyum ramah ke arah bi Ranum selaku ART nya yang baru.

"Sama-sama non. Yaudah, bibi ke belakang dulu ya non." pamit bi Ranum yang diangguki Anara. "Hati-hati bi."

"Sama Bi Ranum aja sikapnya manis. Giliran sama gue, sikapnya udah kayak setan!" gumam Bastian yang masih bisa terdengar Anara.

"Hhhh lo iri sama sikap gue ke bi ranum?"

"Hihihi li iri simi sikip gii ki bi rinim?"

Melihat komuk Bastian yang menurutnya lucu, Anara langsung bangkit dari tempat duduknya dan beralih mencubit kedua pipi Bastian dengan gemas. "Ututututu, suami aku kalau ngambek lucu banget sih. Pengen cubit jantungnya."

Bastian melepaskan tangan Anara dari pipi nya. "Auk ah! cepetan sarapannya dihabisin. Nanti kita bisa terlambat."

"Gapapa terlambat. Nanti kalau dihukum, kan hukumnya bareng lo." ucap Anara yang kembali duduk di posisinya.

"Hallah!. Waktu itu lo baru dihukum sekali aja udah pingsan."

"Ya kan waktu itu gue belum sarapan."

"Nyinyinyinyi. Buruan, sarapan lo dimakan! ngunyah lo sejam sendiri tau gak?!"

Anara yang sedang memasukkan nasi goreng ke dalam mulutnya langsung menatap sinis Bastian yang posisinya tepat di hadapannya. "Kan ngunyah makanan harus tiga puluh dua kali. Gak boleh kurang dan gak bo-"

Uhuk uhukkk

Melihat Anara yang tersedak, Bastian dengan cekatan langsung mengambilkan satu gelas air putih untuk Anara. "Kalau mau ngomong, makanannya di telen dulu cantik."

Anara menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Hehehe. Makasih ganteng."

Setelah selesai sarapan di meja makan, Anara menggendong tas warna biru muda miliknya, dan berlari kearah Bastian yang sudah berada diatas mobil.

"Apakah ibu negara sudah siap berangkat ke sekolah?"

Anara tersenyum. "Ibu negara sudah siap untuk pergi ke sekolah, kapten!"

Bastian terkekeh. Ia lalu mengambil helm yang dipakai khusus untuk Anara. Kedua tangannya mulai memasangkan helm itu ke kepala Anara, dan jari-jemarinya mengaitkan pengait helm tersebut.

"Terimakasih kapten!" ucap Anara sembari tersenyum manis. Sangat manis.

Refleks Bastian langsung mencubit kedua pipi Anara dengan gemas. Dapat terlihat bercak warna kemerahan disana.

Anara mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil yang barusaja ngambek tidak dibelikan es krim oleh ayahnya.

"Jangan ngambek dong. Nanti aku beliin es krim deh."

"A--aku?"

"Kenapa? mulai sekarang panggilnya aku kamu ya?"

Anara hanya mangut-mangut.

"Istri pintar. Yaudah, yuk berangkat!"

"Sudah kapten!" ucap Anara yang sudah duduk manis di belakang jok motor Bastian.

"Pegangan dong. Nanti kalau kamu terbang gimana?"

Anara mencubit pinggang kanan Bastian dengan kencang, membuat sang empu meringis kesakitan. "Modus ih!"

"Yaudah, kalau gak mau pegangan, aku gak mau nyalain motornya."

"Yaudah iya. Pagi-pagi gak boleh berantem, nanti diejek anak ayam."

"Gapapa diejek sama anak ayam, mungkin anak ayam nya iri ngeliat keromantisan kita."

Anara kembali mencubit pinggang Bastian untuk yang kedua kalinya. "Sekarang kamu udah berani gombal ya? belajar darimana sih?"

"Belajar dari mbah Google."

"Masa? pas kamu nanya ke mbah Google, mbah Google nya bilang apa?"

"Kata mbah Google gini Ra. Tuhan itu baik sama kita Ra. Ketika kita meminta kepada Tuhan untuk mengirimkan satu perempuan tercantik dan terbaik setelah ibu, dan yang datang ternyata kamu."

Mendengar penuturan dari Bastian barusan, Anara menjadi salah tingkah sendiri. Pipi yang tadinya merah, semakin memerah karena gadis itu menahan senyum malu-malu nya.

"Kalau mau senyum, senyum aja Ra." kata Bastian yang melirik Anara dari kaca spion-nya.

"Ih! siapa juga yang senyum? enggak kok."

"Masa sih gak senyum? matahari aja tau kalau kamu mau senyum. Udah Ra, senyum aja. Jangan takut kalah saing sama yang lain."

"Hah? maksut kamu? kamu pernah liat senyum cewek lain yang lebih manis dari aku gitu?"

"Eh, gak gitu Ra. Maksut aku, em-"

"Udah ah! buruan jalanin motornya!" ketus Anara.

"Duh, Anara marah lagi. Pasti bentar lagi pasti mendung nih" batin Bastian.

"Cepetan, malah bengong aja!"

"Iya-iya. Jangan marah dong Ra. Tadi aku cuman bercanda kok."

"Hm"

"Tuh kan kamu marah. Kalau kamu marah, nanti aku gak jadi beliin es krim loh."

"Ih! harus jadi! aku mau es krim. Nanti pokoknya beli es krim rasa vanilla dua."

"Satu aja. Nanti gigi kamu bisa sakit kalau makan es krim banyak-banyak."

"Gak! pokoknya beliin aku dua es krim vanilla! kalau enggak, aku akan ngambek selama satu Minggu!"

Bastian mendengus pasrah. "Iya-iya. Nanti aku beliin dua."

Anara menyodorkan dua jempolnya. "Sip. Kapten, pintar!"

...

Jujur ya, aku ngetik part ini sambil senyum-senyum sendiri😭

PERJODOHAN DI USIA REMAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang