18.00
terduduk di salah bangku emergency room, masih menggenggam tangan hoseok
sambil mengelus keningnya
"namjoon"
"iya seokie ? kenapa kamu butuh apa ? mau minum ? makan ? mau aku panggilin dokter ?"
"joonie.."
"iya sayang ada apa bilang sini"
"aku gak mau apa apa, aku minta maaf"
mengerutkan keningnya karena tak mengerti apa yang dimaksud namjoon kembali bertanya
"maksud kamu gimana ?"
"maaf aku ngerepotin kamu"
"seok-"
"no, i'm truly sorry"
"seokie, stop saying nonsense. you have nothing to be sorry about"
"but joonie--"
"listen to me, please"
mengangguk pelan lalu fokus dengan apa yang akan namjoon katakan selanjutnya matanya berbinar
he's truly sorry.
dia sendiri pun tak tau akan ada kejadian seperti ini, takut
tapi kepada siapa?
entahlah, rasa takutnya itu tetap ada. dan terbagi menjadi beberapa
hoseok sendiri pun sudah lelah berlari itu apa yang selaku diajari ibunya bukan?
he's tired of being a coward setiap membahas masa lalunya.
"seokie, kamu gak pernah ngebebanin aku. aku sendiri yang pergi cari kamu kan ? because i know the consequenses already,
even if it mean having to convince both your parents to trust me with you. aku sayang samu kamu
makanya aku ngelakuin ini semua, i was so scared when yoongi hyeong said he doesn't want me to meet you.
but look at us now"
rumah, kata pertama yang muncul dipikiran hoseok setiap berbicara tentang namjoon
iya, dia memang menghindari pertemuan dengan namjoon
tapi bukan artinya dia tak akan berhenti berbicara tentangnya, terkadang menanyakan kabarnya kepada mickey
anjing peliharaan nya.
sekarang mickey juga menjadi tempat dia menumpahkan keluh kesah, mungkin mickey tak bisa menjawab nya dengan bahasa manusia
tapi hoseok tau bahwa mickey mengerti apa yang dibicarakan majikannya itu.
mungkin hoseok mengira dia tak akan pernah bertemu joonie-nya lagi
tapi takdir berkata lain.
here they are, hold each other's hands saling menatap dengan mata yang penuh beban
one more click and they'll go feral with each other's stories.
"aku kangen banget sama kamu kamu tau?"
tersenyum sambil mengelus perlahan forehand hoseok. lesungnya tambah dalam,
senang.
akhirnya dia bisa merasakan ini lagi, duduk berhadapan dengan orang yang sangat dia sayangi.
"promise me, you'll not run away again. please ?"
that's all it take for hoseok to cry in his arms
hoseok justru jarang menangis, jangan kan menangis. marah saja dia hampir tak bisa
senyum cerah tak pernah lepas dari ujung bibirnya.
selalu dikenal sebagai orang yang ceria, bertalenta, dan penuh cerita
mengelus punggung hoseok yang sekarang memeluknya, kepalanya dengan mudah bersandar di leher namjoon
namjoon membiarkan pria manis itu menangis dipelukannya.
"sudah seokie, sekarang kita sudah bersama lagi kan ? nanti kita pulang bareng ke seoul mau ?"
mengangguk lemas sambil tersenyum kecil hoseok mulai tenang
lega, rasanya seperti semua beban di pundaknya terangkat. sekarang dia tak perlu menangis tengah malam bila rindu joonie-nya itu
"mau, nanti kita jalan jalan ya joonie"
"of course baby, anything for my love. tapi sekarang kamu istirahat dulu ya, biar aku yang urus mama papah"
membaringkan kembali tubuh hoseok ke kasur rumah sakit lalu menaikkan selimut nya sampai ke atas dada
lalu mengecup keningnya.
——————————————————
a/n : guys maaf banget delay :( here's the chapter, just a few more then we'll reach the end of " Irresistable "anyways, don't forget to pre-save Permission to Dance !! and keep streaming Butter. have a good day readers <3
KAMU SEDANG MEMBACA
' 𝐈𝐫𝐫𝐞𝐬𝐢𝐬𝐭𝐚𝐛𝐥𝐞 '
Fanfiction"seokie, apa aku butuh waktu 10 tahun lagi untuk bertemu?" "joonie, semua tidak terjadi sesuai keinginan mu. jangan hanya memikirkan kemauan mu." "kamu boleh pergi, you can.. tapi aku tak akan pernah bisa melupakanmu." jawab pria berbadan tinggi itu...