11

236 53 0
                                    

"Yeira!!!" Panggil seseorang saat Yeira berjalan dari perpustakaan menuju koridor gedung utama kampus.

Yeira pun menghentikan langkahnya dan menengok ke belakang, ada tiga laki-laki yang sedang menatapnya.

Salah satu dari mereka mendekat ke arah Yeira. "Lo Yeira kan?" Tanyanya sambil tersenyum manis dan mengulurkan tangannya. "Gue Hansa yang sekeolmpok sama lo di matkul hukum bisnis."

Yeira membalas uluran tangan Hansa dan tersenyum, Yeira baru ingat beberapa kali bertemu dengan Hansa di kelas.

"Gue tadi gak langsung nyamperin lo soalnya keburu laper, boleh minta nomor lo ga? Kalau mau ngerjain tugas kelompok biar bisa kabar-kabar gitu." Ucap Hansa dengan tatapan sedikit ragu, takut jika Yeira tak memberikan nomor teleponnya.

Yeira mengangguk dengan senang hati ia memberikan nomor ponselnya, untuk kepentingan tugas yang memang akan dikumpulkan dua minggu kedepan.

"Thankyou, gue kira lo bakalan cuek ternyata ramah juga." Ucap Hansa diakhiri kekehan kecil.

"Gak kok, santai aja Sa." Yeira tersenyum ramah.

"Okey kalau gitu gue mau balik dulu, udah gak ada kelas soalnya. Ohiya gue lupa kenalin ini temen gue Mahesa, Mario sama Felix in case kalau lo mau kenal."

Satu persatu teman Hansa mengenalkan dirinya kepada Yeira, ada beberapa yang memang sekelas dengannya dan yang lain baru pertama kali bertemu.

"Gue balik yah dah Yeira, lo ada kelas lagi?" 

"Udah pamit dua kali tapi malah nanya macem-macem."  Batin Yeira.

"Iyaa gue ada kelas abis ini." Jawab Yeira masih berusaha ramah.

"Okeydeh semangat kuliahnya, Bye!" Hansa dan teman-temannya melambaikan tangan.

...

"Jun lo kayaknya lagi deketin si Yeira yah? Keliatan banget anjir lo sepik-sepik ke dia!" Tuding Abin pada Arjun yang duduk di depannya.

Mereka berdua sedang asik menikmati makan siang di sebuah warung gado-gado dan lotek yang ada di belakang kampus.

Arjun menyuapkan satu sendok loteknya ke dalam mulut dan memberikan gelengan atas ucapan Abin setelah selesai mengunyah barulah ia menjawab perkataan Abin.

"Gak deketin, cuma temenan doang, dia sama kayak gue ditinggal sama pacar untuk selamanya."

Abin mengangguk paham lalu menyuapkan gado-gado miliknya.

"Menurut lo si Lia cakep gak?" Tanya Abin tiba-tiba lalu meminum es tehnya.

"Kenapa? Naksir lo?" Arjun melayangkan senyuman menyelidik ke arah Abin.

Sedangkan Abin malah menerawang ke sekitarnya sambil berpikir lalu mengangkat kedua bahunya.

"Gak tau, mukanya dia ke inget mulu sih, manis banget kalau senyum hehehe...." Kekehan Abin yang ambigu membuat Arjun ikut terkekeh.

"Coba lo deketin lah, kan kita akrab juga sama mereka, gampang kalau mau deketin." 

"Gak deh, dia kan terkenal banget di kampus pasti banyak saingannya, insecure gue. Waktu itu dia gue lihat balik sama kating yang ganteng itu." 

"Siapa?" Tanya Arjun ikut penasaran.

"Namanya Jendra, setau gue juga dia temennya Bang Dipta." Jawab Abin, lalu menyuap gado-gado terakhirnya.

Arjun terkekeh sambil menepuk bahu Abin. "Sabar yah, yang gue tau temennya Bang Dipta emang cakep-cakep plus tajir gila."

Bahu Abin melemas, pipinya menggembung akibat potongan lontong gado-gado yang terlalu besar dimulutnya.

"Makanya gue insecure." Kemudian menyeruput es tehnya.

"Kalau lo sama Yeira cocok udahan, enak gitu langsung sat set sat set, dapet tuh!" Lanjut Abin.

"Pala lo enak, gue belum ada niatan deketin dia anjir, walaupun yah emang gue akuin sih dia cantik terus pinter juga, gue cuma kagum sama dia, mirip Saira mantan gue pekerja keras."

"Lagian Saira kalau lihat lo bahagia dia juga bakalan bahagia di atas sana Jun."

Arjun hanya mengangguk, memang benar ucapan Abin, bagaimanapun juga Saira sudah bahagia di atas sana maka ia pun harus turut bahagia, bahagia tanpa melupakan Saira sedikitpun pastinya.

"Cabut yok, bentar lagi kelas nih." Abin bangkit dari duduknya.

"Bu berapa? Gado-gado satu, lotek satu sama es teh dua"

"Dua puluh delapan ribu Mas."

Arjun mengeluarkan duit dari sakunya sebesar tiga puluh ribu rupiah dan memberikannya kepada Bu Kasim sang penjual gado-gado dan lotek yang sudah menjadi langganannya dan teman-temannya sejak kelimanya berada di masa orientasi.

"Gausah kembalian Bu, pergi kelas dulu Bu." Pamit Arjun lalu keluar dari warung sederhana tersebut.

"Besok giliran gue yang bayarin lo."

"Gausah kali, santai."

...

Lagu good days milik Sza terputar di seluruh penjuru kafe ryu, Yeira baru saja tiba di kafe dan langsung bersiap bekerja dengan apron yang sudah melekat di tubuhnya, hari sudah mulai gelap pengunjung biasanya ramai di saat seperti ini, sedangkan Ryu sedang mampir ke rumahnya sebentar untuk mengambil perlengkapan baru untuk kafe.

Ting!

Ponsel yang ada di kantung apronnya berbunyi ada sebuah pesan masuk.

[nomor tidak dikenal: haii gue hansa.

okeeyy

[nomor tidak dikenal]: save ya ra

okeee hansa

Hansa: lo lagi ngapain ra? udah kelar kelasnya?

gue lagi kerja sa

Hansa: serius? kerja dmn?

kafe ryu, punya temen gue

Hansa: gue boleh main kesana gak?

boleh kok

Hansa: sharelock dong hehe

[send location]

Hansa: otw

tbc...

After Met You | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang