21

230 53 3
                                    

⚠️ anxiety , depression , guilty feeling⚠️

Ketika semua orang yang menunggunya sudah tertidur pulas Yeira tiba-tiba terbangun dari tidurnya, dilihatnya Arjun masih di posisi yang sama, pandangannya teralih pada langit-langit ruangan.

Dirinya kembali memikirkan ucapan Hansa bahwa keduanya adalah anak dari ayah yang sama. Yeira ingin lepas dari jeratan-jeratan masalah yang membingungkannya, dirinya hanya hendak kembali sedikit tenang, ia merasa telah membuat orang lain kerepotan karena dirinya.

Jika hidupnya memang seperti ini bisakah dirinya mengakhiri saja semua cerita ini? Yeira sudah lelah berada dalam jeratan perlakuan ayahnya, berada dalam rasa bersalah saat melihat ibunya yang telah melahirkan dirinya dan harus menerima hidup yang buruk.

Air matanya mengalir lagi, kondisi Yeira benar-benar belum stabil, esok pagi dirinya memang sudah di jadwalkan untuk melakukan konsultasi pada poli jiwa untuk memastikan keadaan Yeira secara batin.

Lambat laun tangisan Yeira semakin kencang, dirinya tidak dapat mengontrol emosinya, di pikirannya hanya ada kata sampah, merepotkan, tidak berguna, tidak pantas dan tidak layak untuk hidup. Rasanya kepalanya begitu ramai dan menganggu dirinya semua ucapan verbal dan perlakuan fisik yang pernah ia alami seakan kembali berputar di otaknya.

Kepalanya seakan berputar, hatinya begitu sesak dengan detak jantung yang tidak karuan, tangisannya semakin kencang sampai tubuhnya pun ikut terguncang hebat.

Yeira menjambak rambutnya sendiri, dirinya benar-benar sudah berada di luar kendali, emosi dalam dirinya seakan hendak meledak.

"AAAAKKKKKKK!!! AAAAKKKKKK!!!" Teriakan Yeira membuat Arjun dan Ryu yang memang menjaga Yeira malam ini terbangun.

Yeira menutupi kedua telinganya sambil terus berteriak dan meronta-ronta membuat infus yang tertancap pada lengannya terlepas dan mengakibatkan darah segar mulai bercucuran.

Arjun yang melihat keadaan Yeira seperti ini untuk kedua kalinya pun menitikan air mata sambil berusaha menahan pergerakan Yeira yang dapat melukai dirinya sendiri.

"JANGAN PEGANG GUE ARJUN!!! JANGAN PEGANG GUE!!! JANGAN BANTUIN GUE LAGI!!! GUE GAMAU REPOTIN ORANG LAGI!!! ARJUN PERGI AAAKKKK!!!" Arjun berusaha menahan pergerakan Yeira sedangkan Ryu sibuk menekan tombol perawat.

Ryu dan Arjun sama-sama merasakan panik melihat kondisi Yeira yang memburuk.

"Yeira gakpapa, gue gakpapa di repotin, gue gakpapa." Arjun terus berusaha menahan Yeira yang masih berusaha mendorongnya untuk menjauh, Arjun menangis sambil berusaha memeluk Yeira menyalurkan kekuatan yang mungkin dapat berpengaruh pada kondisi Yeira saat ini.

Tapi nihil Yeira masih terus meronta-ronta.

"ARJUN KENAPA BERISIK BANGET SIH??? KENAPA BERISIK BANGET KEPALAKU ARJUN!!!" Yeira masih berusaha menjambak rambutnya sendiri.

"RYU TOLONG AKU!!! RYU SURUH PERGI SEMUANYA RYU!!!

Baik Ryu dan Arjun hanya ikut menangis melihat kondisi Yeira saat ini, hingga perawat datang.

Setelah mendapat suntikan obat dari perawat barulah Yeira dapat tenang dan tertidur kembali. Arjun mengusap puncak kepala Yeira yang penuh dengan peluh akibat teriakan dan gerakan paniknya tadi.

"Gue bener-bener pengen dia bebas dari apapun yang sekarang ganggu kepala dia." ucap Arjun sambil memandangi setiap rinci wajah Yeira.

Ryu mengangguk, dirinya benar-benar yakin bahwa Arjun akan selalu bersama dan melindungi Yeira, entah hanya perasaan kemanusiaan atau perasaan lain yang juga timbul, apapun itu Ryu bersyukur ada seseorang yang telah baik kepada sahabatnya itu.

"Jun perasaan apa yang lo rasain waktu lihat Yeira, jauh sebelum lo tau keadaan dia yang sebenarnya kayak sekarang?" tanya Ryu sambil melihat Arjun.

Arjun beralih menatap Ryu lalu kembali memandangi Yeira.

"Gue pertama kali ketemu dia di makam, kita sama-sama pernah kehilangan, awalnya gue ngerasa punya temen yang bernasib sama, tapi lama kelamaan gue penasaran sama cara dia jalanin hidupnya, akhirnya kita sering ketemu kan di kafe lo."

"Lama kelamaan tau tentang dia gue jadi ngerasa gue lemah, sedangkan dia sosok kuat, disitu gue punya rasa tanggung jawab untuk jagain dia dari dunia yang kadang suka bercanda, gue juga bingung perasaan apa yang sebenernya ada dan lagi gue rasain, dia persis banget Ryu sama orang yang gue sayang, gue gak mau kalau perasaan gue ini ternyata cuma karena mereka mirip satu sama lain." Arjun menghela napasnya lalu duduk di kursi sebelah Yeira.

"Tapi gue mau bilang makasih dulu sama lo Jun, semenjak Yeira ketemu lo waktu di makam itu, dia selalu ceritain tentang lo ke gue, kebaikan lo ke dia, gue gak tahu pasti perasaan Yeira gimana, tapi kayaknya Yeira seneng ada di deket lo." Ryu tersenyum ke arah Arjun lalu bergantian memandnag Yeira, dirinya sama sekali tidak membayangkan bagaimana menjadi seorang Yeira.

Arjun mengangguk, "kalaupun Yeira nganggep gue sebagai Jaevin kedua, gue gakpapa akan hal itu, gue pengen Yeira terus hidup dan gak menyerah untuk hidupnya."

tbc...

After Met You | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang