15

219 55 0
                                    

Tubuh Yeira masih bergetar hebat, ia memeluk tubuhnya sendiri sambil terus menangis, ia merasa tidak pantas lagi untuk siapa-siapa, merasa dirinya seperti sampah, apakah dia sehina itu? Sampai-sampai mengalami kejadian seperti ini? Apakah ini semua balasan karena dirinya adalah anak yang tak di harapkan karena hubungan perzinaan?

Sedangkan laki-laki yang sudah menolongnya masih mengatur napas di depan kemudi, ia juga ikut terluka melihat keadaan Yeira, beruntung dirinya sedikit lebih cepat datang sebelum Hansa berhasil mencium bibir Yeira.

"Yeira maaf ya ... Lo tenangin diri dulu, diminum dulu minumnya." Ucap Arjun, orang yang menolong Yeira.

Bukan kebetulan dirinya berada di kafe yang sama, ini semua berkat Ryu yang meminta bantuan untuk menjaga sahabatnya itu, karena sejak awal bertemunya Ryu dengan Hansa ia memiliki perasaan tidak suka dengan Hansa, maka dari itu ia meminta Arjun untuk menemani Yeira dari jarak jauh dan benar saja hal yang di khawatirkan Ryu terjadi.

Yeira masih menunduk di jok penumpang sebelah Arjun, mereka berdua langsung pergi dari kafe dan berhenti di depan mini market selepas membeli air mineral.

Perasaan kalut masih dirasakan oleh Yeira, ia benar-benar trauma dengan kejadian yang baru saja di alami, menyelahkan dirinya terus menerus di dalam hati, Arjun yang melihat itu kembali mengepalkan tangannya masih belum puas memberi hantaman ke wajah Hansa.

"Ra, gue gak tau harus bilang apa, biar lo tenang, tapi lo di sini sama gue udah aman, gue bakalan jagain lo, lo gak salah apa-apa di sini, okey?" Arjun masih mencoba menenangkan Yeira tanpa menyentuhnya takut kalau-kalau Yeira malah semakin menangis.

"Jun gue udah kotor, seharusnya gue tadi gak ke toilet, seharusnya gue langsung pulang aja." Ucap Yeira yang akhirnya menunjukan wajahnya yang sudah terlihat sangat kacau dengan rambut yang tak lagi terikat dan air mata yang sudah membasahi wajahnya serta mata merah yang membuat Arjun ikut merasakan sakit di hatinya.

Arjun menggelengkan kepala dan menyilangkan tangannya. "Gak Ra, ini semua salah Hansa, jangan salahin diri lo sendiri ya, boleh gue minta tangan lo sebentar aja?"

Dengan gerakan ragu Yeira mengulurkan tangannya, Arjun membuka tutup botol air mineral dan memberikan botol tersebut ke tangan Yeira sambil menuntun Yeira untuk meminumnya agar sedikit lebih tenang.

"Sekarang minum dulu pelan-pelan ya." Ucap Arjun lembut, berusaha selembut mungkin memperlakukan Yeira.

Setelah Yeira berhasil menenguk sekitar tiga tegukan Arjun kembali bertanya.

"Mau gue telponin Ryu atau Cheryl?" Yeira menggelengkan kepalanya, sudah sedikit tenang daripada sebelumnya.

"Gue gak mau mereka tau, gue gak mau mereka khawatir, gue takut mereka jijik sama gue dan jauhin gue." Perkataan Yeira langsung di bantah Arjun. "Sstt... Gak mungkin mereka kayak gitu ke lo, mereka sahabat lo mereka ga akan ninggalin lo."

"Gue mau tenangin diri gue dulu." Yeira menatap kosong ke depan.

"Okey, sekarang lo tenangin diri dulu, gue bakalan temenin lo di sini, lo aman sama gue Ra, gue gak bakal macem-macem ke lo."

"Gue percaya, makasih ya Jun." Yeira berusaha untuk kembali tersenyum.

Keheningan menerpa keduanya Arjun sibuk dengan ponselnya mencari cara agar Yeira merasa lebih baik setelah kejadian yang menimpanya.

Namun suara histeris Yeira tiba-tiba kembali terdengar, kali ini bukan hanya histeris tapi Yeira juga memukulkan kepalanya pada dashboard mobil di depannya, dengan segera Arjun menarik tubuh Yeira ke rangkulannya sambil mengusap kepala Yeira dengan lembut.

"Ra please udah yah, jangan gini nanti kepala lo sakit." Arjun kembali mencoba menenangkan Yeira, rasanya seperti kembali ke masa dimana Saira menyalahkan dirinya sendiri akibat penyakit yang di deritanya.

"Arjun! Gue takut...." Suara Yeira yang bergetar kembali menyayat hati Arjun, ia mengeratkan rangkulannya.

"Di sini ada gue, di sini lo aman okey, ga perlu takut Ra ada gue di sini." Arjun mengusap perlahan pundak Yeira mencoba menenangkan perempuan di dalam rengkuhannya yang sekarang terlihat tak berdaya.

Di dalam hati Yeira merasa kembali tenang, sejak kepergian Jaevin tidak ada lagi yang mampu menenangkannya di saat ia kalut, tidak ada pundak baginya untuk bersandar lagi, tapi hari ini Arjun ada di sampingnya melindungi dan menyelamatkannya, bahkan berkenan memberikan pundak untuk bersandar. Air matanya kembali jatuh bukan karena ia kembali teringat kejadian yang membuatnya trauma tapi menangis karena kembali merasakan rangkulan seseorang yang membuatnya nyaman.

Sekitar lima menit Arjun terus menenangkan Yeira memberikan kata-kata yang sekiranya membuat Yeira tenang, sampai perempuan itu terdiam sambil menutup mata, tertidur.

Arjun dengan perlahan melepaskan rangkulannya memasangkan sabuk pengaman dan pergi meninggalkan area parkir.

tbc...

After Met You | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang