Satu tahun berlalu, hari-hari Yeira masih berat seperti tahun lalu, dirinya masih kerap mendapat kekerasan dari sang Ayah, Ibunya masih mendapat perlakuan kasar, rumah Yeira masih sama seperti tahun sebelumnya, tapi ada satu hal yang setidaknya membuat Yeira merasa sedikit memiliki semangat untuk melanjutkan hidup selain karena ingin menemani sang Ibu, sekarang dirinya memiliki Arjun di hari-harinya.
Selama satu tahun mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, keduanya jarang sekali bertengkar, menjalani hubungan secara dewasa tanpa mementingkan ego masing-masing, rasanya benar-benar menyenangkan dan Yeira tidak bisa jauh dari Arjun begitupun sebaliknya.
Keluarga Arjun juga sangat menerima Yeira dengan penuh kasih sayang, tak heran jika Arjun menjadi pribadi yang baik dan penyayang persis Ibunya.
"Hei!" Sapa Arjun, sambil mengetuk meja kasir dimana Yeira sedang fokus bekerja, mengatur alat kasir untuk digunakan mencatat transaksi hari ini.
"Mau pesen apa tuan?" tanya Yeira sengaja mengajak Arjun bercanda.
"Bukannya kamu yah yang mesen?" Arjun balik bertanya, membuat Yeira mengerutkan keningnya.
"Aku? Kok aku?"
"Pesenan sang putri, dimsum bikinan Mama." Arjun mengangkat kotak makan yang sedari tadi ia bawa, berisi dimsum buatan Ibunya, makanan favorit Yeira.
"Ya ampun!!! Mama kamu beneran bikinin buat aku?" mata Yeira langsung berbinar saat menerima kotak makan yang berisi dimsum buatan Ibu Arjun.
"Itu buktinya, dia seneng banget, tau kamu suka sama dimsum bikinan dia." Senyum tak lepas dari bibir Arjun, manis sekali membuat hari-hari Yeira penuh dengan kehangatan.
"Makan dulu, kafenya baru buka tiga puluh menit lagi kan?" Yeira mengangguk dan mengajak Arjun untuk duduk bersamanya menikmati dimsum bersama.
"Enak banget!!! Titip pesan ke Mama kamu ya, bilang kalau dimsumnya enak banget!!!" Yeira tampak sangat bahagia jika berada di sisi Arjun.
Rasa bahagia Yeira tidak seutuhnya bisa ia rasakan, saat kakinya sudah memasuki rumah, maka dirinya langsung merasa cemas dan takut.
Pada suatu saat, Yeira pernah mendapatkan perlakuan buruk dari sang Ayah hanya karena dirinya lambat membuatkan minuman, sehingga dirinya menerima beberapa pukulan dan tamparan. Setelah itu Yeira harus pergi ke kampus dengan pipi yang memerah, Arjun yang melihat hal tersebut langsung memeluk Yeira ke dalam dekapannya.
"Ayah kamu ngelakuin itu lagi ya?" tanya Arjun, Yeira hanya bungkam sambil mengeratkan pelukannya.
Arjun dengan perasaan yang ikut tersayat mengusap rambut Yeira dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Nangis aja dulu gakpapa, ada aku di sini, nanti kalau sakit bilang yah? Biar kita obatin sama-sama, aku sayang kamu." suara Arjun yang lembut serta kecupan ringan yang mendarat di pipi Yeira seakan menjadi penyembuh luka yang sudah menganga.
Arjun bagaikan sayap pelindung Yeira, beberapa bulan lalu, Arjun berkunjung ke rumah Yeira, saat sampai di halaman dirinya langsung di sambut dengan Yeira yang hendak di guyur oleh air hujan yang tertampung di ember oleh sang Ayah, dengan gerakan cepat Arjun berhasil menghalangi air tersebut dengan tubuhnya.
"Siapa kamu?! Anak itu harus di kasih pelajaran!" Entah apa yang menjadi permasalahan kali ini, namun Arjun kali ini tak ingin tinggal diam.
"Om maaf kalau saya lancang masuk ke halaman rumah Om, saya pacarnya Yeira." Yeira membulatkan matanya, terkejut atas pengakuan Arjun yang kelewat berani.
"Apa? Pacar?! Mau jadi apa kamu hah Yeira?!" bentak sang Ayah dan berusaha menarik rambut Yeira yang langsung dihadamg oleh Arjun.
Ayahnya yang emosi langsung menampar Arjun tanpa aba-aba membuat Arjun langsung tersungkur ditambah bajunya yang sudah basah kuyup.
"Yah... Stop yah..." mohon Yeira yang hendak membantu Arjun, namun rambutnya langsung di tarik oleh Ayahnya.
"Pacar kamu itu buta, bisa-bisanya dia suka sama kamu dan sok jadi pahlawan kamu, kamu kasih apa dia hah?" Yeira hanya terus menangis tanpa bisa menjawab pertanyaan Ayahnya.
"Om stop!!! Yeira itu anak Om, dia ga boleh di kasarin terus-menerus kayak gini!"
"Tau apa kamu hah?! Gak usah ikut campur!!!" bentak sang Ayah.
Dengan emosi yang membuncah Arjun berusaha melawan Ayah Yeira, melepaskan jambakan dari rambut Yeira dan membawa Yeira ke sisinya.
Ayahnya langsung ingin menampar Arjun, namun berhasil dihalang cepat.
"AYAH STOP YEIRA CAPEK LIHAT SIFAT AYAH KAYAK GINI!!!" Teriak Yeira dengan sekuat tenaga, membuat Ibunya yang berada di taman belakang berlari ke halaman depan dan terkejut melihat Yeira berada di balik seorang laki-laki dengan baju gang sudah basah kuyup.
"KAMU PIKIR SAYA GAK CAPEK LIHAT KAMU HAH?!"
"Om! Kalau Om nyakitin Yeira lagi, saya akan melaporkan Om ke polisi!" ancam Arjun yang sama sekali tak dihiraukan Ayahnya, justru malah tertawa remeh menertawakan ucapan Arjun.
"Kamu ini tau apa sih?"
Arjun benar-benar geleng kepala menanggapi Ayah Yeira, ia segera menarik Yeira pergi dari rumah, membawa ke tempat Yeira dapat menenangkan diri.
Dua tahun berlalu, Ayahnya tertangkap ikut dalam kasus korupsi bersama pejabat daerah dengan total hampir 100 milyar di awal tahun, membuat seluruh aset dan perusahaan sang Ayah harus tersita, ditengah kejadian yang membuat Yeira dan Ibunya syok berat, Yeira juga harus menyelesaikan skripsinya, untungnya kepahitan itu tidak berlangsung lama, karena Yeira dan Ibunya berhasil bangkit kembali bahkan jauh lebih bahagia dari sebelumnya.
Setelah menyelesaikan studinya Yeira langsung mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan milik pemerintah, hubungannya dan Arjun semakin terlihat serius beberapa kali keduanya membicarakan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius.
Mungkin ada yang bertanya kemana perginya Hansa setelah dirinya membongkar rahasia besar di kampus sore itu. Kehidupan Hansa setelah itu berjalan miris sesuai dengan apa yang telah ia perbuat, dirinya di keluarkan dari pihak kampus dan pindah ke luar kota bersama keluarganya yang ternyata juga terlibat dalam kasus korupsi tersebut, entah apa yang dilakukan Hansa diluar sana, Yeira dan Arjun sudah tak pernah membahasnya kembali.
Begitulah kisah Yeira dan Arjun yang berakhir bahagia, kerap kali keduanya mengingat saat pertama kali mereka bertemu, di sini makam yang bagi sebagian orang merupakan tempat menyeramkan tapi lain hal dengan Yeira dan Arjun, tempat ini adalah sebuah jalan untuk kembali menemukan sang rumah baru dan mengukir cerita baru bagi keduanya, sama-sama kehilangan dan sama-sama menemukan.
"Jaevin aku kesini sama Arjun lagi, ohiyaa Ibu kamu udah gak marah lagi ternyata sama aku, setelah tahu pelaku sebenarnya, aku harap kamu juga di sana udah lega yah, karena kasus kamu udah tuntas dan pelakunya udah di tangkap. Satu lagi, Arjun mau ngomong sama kamu." Yeira melirik Arjun yang ada di sebrangnya, mempersilahkan untuk Arjun berbicara.
"Bro! Kita gak kenal, bahkan gue cuma lihat foto lo di hp Yeira doang. Ada yang mau gue sampein kali ini." Arjun mengeluarkan sesuatu dari kantongnya.
"Ini undangan pernikahan gue sama Yeira, lo dateng ya..." Arjun meletakkan undangan pernikahannya di depan nisan Jaevin sambil tersenyum.
"Kamu pasti datang kan?" harap Yeira pada sebuah nisan yang terdiam, namun ia yakin Jaevin mendengar semuanya dan akan datang ke pernikahan ia dan Arjun.
Selanjutnya keduanya beralih ke makam Saira dan mengucapkan hal yang sama, mengundang sang pemilik nisan untuk ikut datang. Keduanya berterima kasih kepada garis takdir yang berakhir bahagia sesuai waktunya, tidak terburu-buru dan tidak terlalu lamban, hanya berjalan seiring waktu yang kian berkurang sampai pada batas yang ditentukan, keduanya kini telah menemukan sebuah kebahagiaan.
_END_
KAMU SEDANG MEMBACA
After Met You | End
FanfictionArjun dan Yeira, keduanya sama-sama kehilangan dan dipertemukan disebuah pemakaman tempat dimana orang yang mereka cintai beristirahat, siapa sangka takdir tersebut membuat Yeira kembali menemukan pondasi hidupnya yang runtuh serta menemukan bahu un...