MAFIA || 29

6.4K 389 42
                                        

Ini sudah sebulan semenjak kejadian itu. Taehyung tak kunjung sadar, namun kondisinya mulai stabil dan di pindahkan ke ruang inap. Sedangkan Risa sedang dalam masa penyembuhan.

Risa begitu kaget ketika mendengar kabar tentang keadaan suaminya itu.

Sebenarnya tak ada yang ingin memberi tahu Risa keadaan suaminya seperti apa, jika di tanya semua dia,karena keras kepalanya Risa nekat mencari sendiri dan bangkit dari brankarnya, namun nahas ia malah terjatuh dari brankar membuat tulang belakang semakin tarasa sakit.

Pertama kali melihat Suga, Risa mati-matin mengusirnya tak mau melihat wajah lelaki itu, ia benci penghianat! Namun setelah bibi Jung menjelaskan semuanya Risa mulai sedikit paham dan menerima.

"Risa mau lihat bang Taehyung," pinta Risa pada bibi Jung. Gadis ini memutuskan untuk memanggil Taehyung kembali, dengan sebutan abang.

"Tapi kondisi Nona masih belum pul—"

"Gak pa-pa bi, Risa masih kuat," potong Risa. Wanita paru baya itu mengangguk pasrah.

Bibi Jung membantu Risa untuk duduk di kursi roda. Ia merindukan suaminya, sudah beberapa hari ia tak menemuinya karena sedang masa pemulihan.

Sesampainya di ruangan Taehyung bibi Jung mengarahkan kursi roda Risa di dekat brankar, setelah itu ia meninggalkan Risa bersama Taehyung, bibi Jung tahu batasan, ini suami istri.

Risa menggenggam lembut tangan Taehyung, meskipun tubuhnya masih terasa sakit untuk di gerakan.

"Kau kapan bangunnya?"

"Ini sudah sebulan."

"Apa kau akan terus berada di posisi seperti ini?"

"Berbaring lemah, dengan banyak selang yang menghubungi tubuhmu."

"Apa kau merasa nyaman?"

"Jika kau tidak merasa nyaman kembalilah, aku mohon," lirih Risa, air yang sejak tadi ia tahan sekarang mengalir dengan sendirinya.

Apakah tak ada niatan untuk Taehyung sadar dari tidurnya?

"Kenapa kau tak lekas kembali?"

"Apa kau sudah nyaman dengan keadaanmu sekarang? Jawab!! Kenapa kau hanya diam!" pekik Risa.

Risa menangis sembari terus mengenggam erat tangan Taehyung.

"Jika kau tak bangun, bagaimana aku menghadapi dunia. Aku tak punya siapa-siapa selainmu. Sekarang yang aku punya hanya kau, hanya kau... Jika kau tak sadar aku akan sendiri, kau tahu hidup sendiri itu tidak enak."

"Jadi cepatlah sadar..."

"Aku mohon..."

Tangisan Risa semakin menjadi, ia tak tega melihat keadaan Taehyung sekarang. Jika kalian di posisi Risa apa yang akan kalian lakukan? Apakah sama seperti yang Risa lakukan, menangis? Atau menerima keadaan?

Semua ini sudah di atur Tuhan, bukan? Kita hanya perlu menjalankan apa yang kita jalankan. Tapi, jangan hanya diam dan menunggu, kau harus melakukan sesuatu untuk sebuah hasil.

"Nona..." panggil bibi Jung.

Risa tak menanggapinya, ia masih saja menangis dengan menggenggam tangan Taehyung ia benar-benar takut kehilangan.

"Nona makan dulu ya.. sendari tadi Nona belum makan apa-apa," ujar bibi Jung.

Risa menggeleng pelan.

"Bibi suap 'kan saja ya, Nona."

"Risa gak laper Bi," tolak Risa.

"Tapi, Nona jika Nona seperti ini apa Tuan Taehyung senang melihatnya?" papar bibi Jung.

Risa perlahan menoleh ke arah bibi Jung, menatap sendu, mata yang semakin membengkak akibat menangis.

"Jika Nona tidak makan, Tuan Taehyung akan marah. Tuan tidak akan pernah sadar jika Nona menyiksa diri sendiri seperti ini, Nona juga harus sehat biar ketika tuan Taehyung sadar Nona tidak dalam keadaan lemah, tuan Taehyung akan senang melihatnya," bujuk bibi Jung.

Katakanlah Risa seperti anak kecil yang sedang merengek karena tidak di belikan mainan oleh orang tuanya, lalu di bujuk agar tidak merajuk lagi.

"Tapi, apa bang Taehyung akan sadar kalau Risa makan?" tanya Risa polos pada bibi Jung.

Bibi Jung mengangguk cepat, lalu mengambil makanan yang ada di nakas untuk menyuapi Risa.

Risa perlahan memakan makanannya, walaupun makanan itu amat tak sesuai dengan lidahnya, Risa tetap memakannya ini demi Taehyung. Bukankah bibi Jung bilang, jika Risa makan Taehyung akan sadar?

Risa memakan makanannya sampai habis membuat bibi Jung tersenyum senang.

Risa kembali memandangi wajah pucat Taehyung, ia menunggu suaminya itu sadar.

"Risa udah makannya, habis juga. Tapi, kenapa kau belum sadar?" gumamnya.

"Ayoo bangun... Kanapa kau terlalu nyaman tidurnya."

"Biasanya kau akan terganggu jika Risa memegang tanganmu dengan sangat erat ketika tidur seperti ini,"

"Apa kau tak berniat sama sekali?"

"Kau tahu... Aku merindukanmu meski ragamu di sini, tapi dirimu?"

Risa menghela nafas kasar. "Risa janji, Risa tidak akan membantah lagi."

"Risa akan jadi yang terbaik," ujar Risa, sembari mengangguk, menghapus sisa air mata yang masih mengaliri lalu tersenyum. Ah jika seperti ini terus apa Risa akan mengalami gangguan jiwa?

.

.

.

TBC.

MAFIA || KTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang