MAFIA || 30

7.3K 361 88
                                    

6 bulan berlalu. Risa kembali menjalankan hidup, ia kembali bersekolah, kembali berinteraksi dengan sekitarnya walau tidak ramah seperti sebelumnya. Jujur saja Risa menjadi lebih pendiam.

Perlu di ketahui jika tulang belakang Risa mulai membaik atau bisa di sebut mulai sembuh, Risa bersyukur untuk itu.

10 hari dari sekarang ia akan menyelesaikan sekolah menengah pertama, SMA.

Risa tak menyangka ia akan tamat sekolah tanpa seseorang di sisinya, semua pergi, Risa sendiri.

Apakan tidak iri jika nanti seseorang akan hadir bersama orang tuannya di acara perpisahan? Sangat membuat iri bukan? Namun, apalah daya. Ini takdir.

Risa duduk di balkon kamarnya, memandangi langit sore. Ia merindukan sosok suami dan juga sosok abang.

"Apa kau dapat yang terbaik?" monolog Risa sembari memandangi langit seolah-olah sedang berbicara pada seseorang yang yang sangat rindukan itu.

"Risa harap iya. Risa merindukanmu."

Risa masuk ke dalam kamar, ia tidak tinggal di mansion lagi, setelah kepergiannya Risa memutuskan untuk kembali tinggal di kontrakan.

Walaupun begitu, penjagaan Risa sangat ketat, penjaga suaminya itu selalu saja di mana-mana. Tapi mereka tahu privasi. Risa tak mepermasalah itu.

"RISA!!! How are you?" pekik seseorang dari luar kamar. Risa mengenali suara itu, ia adalah Lisa. Si mak suara cempreng.

Risa keluar dari kamarnya, menatap sahabatnya itu datar. "Bisa gak sih, gak usah teriak-teriak!" kesalnya.

Lisa menyengir. "Iya maap, kebablasan."

"Sini, ngapain lo berdiri di depan pintu, gak baik, gak dapat jodoh entar."

Lisa menuntun Risa bak seseorang yang sedang sakit ke ruang tamu. "Apaan sih Li, gue gak sakit lagi."

"Lo itu masih sakit, Ris," sahut Lisa.

"Sakit apaan coba?"

"Meriang."

Risa menatap Lisa tak mengerti, siapa yang meriang? Gak ada. Lisa memang sangat aneh.

"Merindukan kasih sayang maksudnya," jelas Lisa, yang langsung dapat pukulan oleh Risa walaupun tidak kuat yang sama saja itu pukulan.

Lisa sudah mengetahui tentang status sahabatnya ini.

Flashback on

"Ris, lo kenapa jadi pendiam sih?" tanya Lisa, ia bosan melihat sahabatnya itu terus saja melamun. Kesambet baru tahu rasa.

"Gue gak pa-pa Li," sahut Risa lemah.

"Gue udah berapa kali bilang, kalo lo punya masalah cerita sama gue! Lo anggap gue apa sih Ris. Lo seakan gak percaya banget sama gue, lo itu aneh tahu gak!" murka Lisa.

"Lo jangan kayak gini Ris, gue sedih lihatnya, gue itu mau jadi sandaran kalo lo sedih, gue mau lo cerita sama gue jangan di pedem. Kalo lo gak cerita, lo akan terus ngerasain sakit itu."

"Gue tahu semua juga punya privasi, tapi seenggaknya kali ini aja lo cerita sama gue," sambung Lisa.

Risa menatap Lisa sendu. "Li gu-gue," lirinya.

Risa tak dapat bicara ia langsung saja mengeluarkan air mata yang sendari tadi ia tahan.

Lisa membawa Risa kedalam pelukannya, menenangkan sahabatnya itu. "Gak pa-pa nangis aja kalo mau nangis, sampai lo sedikit merasa lebih baik," ujarnya menenangkan.

MAFIA || KTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang