03

14.7K 575 2
                                    

Satu hari sudah Sean mendiami Vio membuat gadis itu jengkel. Dia tak tahu apa penyebab Sean bersikap seperti itu. Bahkan saat semalam Vio kerumahnya hendak membujuk Sean agar mau bicara lelaki itu malah mengusirnya membuat Vio hanya bisa berdiam diri di rumah sendirian untuk saat ini.

Belum lagi Daddy nya yang berjanji akan berangkat nanti malam malah sudah berangkat pagi tadi saat Vio masih tidur. Gadis itu tersenyum kecut saat mengingat tujuan ayahnya pergi meninggalkannya sendirian di rumah besar ini.

"Bibi!"

Anum, wanita paruh baya yang menjadi kepala pelayan sekaligus pengasuh Vio berjalan cepat menghampiri Vio yang tiduran di sofa ruang keluarga.

"Iya, Nona."

Vio mendudukkan diri saat melihat kehadiran wanita yang sudah seperti ibunya itu.

"Bibi, kak Mitha nya ada nggak?"

"Kak Mitha lagi banyak tugas kuliah Non, jadi gak bisa ikut."

Vio mendesah kecewa saat ternyata Mitha yang merupakan anak gadis Bi Anum juga tidak datang hari ini.

Niat Vio yang hendak kembali berbaring urung saat mendengar suara penjual siomay keliling lewat di depan rumahnya.

Gadis itu segera berlari keluar rumah mengabaikan panggilan Bi Anum. Berlari tanpa alas kaki dan dengan penampilan yang membuat mata pemuda yang berada di balkon kamar seberang rumah Vio membulat lebar.

"Shit! itu cewek emang minta di hajar kali ini." Pria itu segera berlari kencang keluar rumah mengabaikan tatapan penasaran dari sang Mama yang duduk di ruang tamu.

"Bang Ase— huwaa turunin Vio, jangan culik Vio, nanti Arsen marah huwa ...!" teriak Vio yang tiba-tiba tubuhnya terangkat dan sekarang berada di pundak seseorang yang sepertinya tidak asing lagi menurut parfum yang masuk ke indra penciumannya.

"Berisik!"

Nah kan, benar dugaan Vio jika yang memikulnya seperti karung beras saat ini adalah Sean.

"Arsen turunin Vio ih ... Vio mau beli siomay dulu." Gadis itu memberontak membuat Sean memukul kakinya pelan dan itu cukup untuk mengehentikan aksi berontak seorang Violet.

Sean menaiki anak tangga satu persatu menuju kamarnya masih dengan Violet di pundaknya. Setelah memasuki kamar, barulah Sean menurunkan Vio dan menatap gadis itu tajam membuat Violet cemberut.

"Siapa yang ngizinin keluar rumah?" tanya Sean dingin.

"Ya kan cuman ke halaman depan doang." Vio mempautkan bibirnya melihat Sean yang menatapnya tanpa ekspresi.

"Bukannya Arsen udah bilang, kalo mau keluar rumah harus pake pakaian yang sopan!"

"Tapikan, baju Vio sopan Arsen ...," rengeknya tak terima.

"Sopan darimana hah? itu celananya bahkan nggak nutupin setengah paha , sopan begitu?" Sean benar-benar marah sekarang.

Melihat gadis itu berlari keluar rumah hanya dengan memakai hotpans super pendek dan tanktop putihnya membuat kepala Sean mendidih. Terlebih lagi tadi saat Vio keluar rumah, pemuda-pemuda kompleks yang sedang lari pagi berkelompok seperti setiap minggunya sempat menatap gadis itu dengan nakal.

Sungguh, tatapan mereka tadi membuat Sean berniat mencongkel mata mereka satu persatu.

Sean menghela nafas lelah saat Vio hanya cemberut meneliti pakaiannya sendiri.

"Tapikan, biasanya juga Vio pake baju kayak gini kalo sama Arsen," bantahnya.

Sean mendelik mendengar ucapan Vio, yang benar saja Vio memberikan bantahan seperti itu.

violetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang