34

3.3K 165 17
                                    

"Kita akan kemana?" Farhan menatap Maya yang duduk di sebelahnya.

Wanita paruh baya itu justru berbalik menatap Vio yang duduk tenang di kursi belakang. Asyik mengemil cookies blueberry.

"Vio mau kemana, Sayang?"

Vio yang tadinya menunduk menatap toples di pangkuannya, mendongak menatap Maya. Sekitaran mulutnya terdapat remahan membuat Maya meringis.

"Makannya pelan-pelan saja, nanti berantakan baju Vio kotor." Maya mengambil tissu di dashbor  dan mengulurkan tangan menjangkau wajah Vio untuk dibersihkan.

"Deketan, Sayang."

Vio menyengir, memajukan wajahnya. Setelah selesai dibersihkan Vio melayangkan satu kecupan di pipi Maya. Farhan tersenyum. Dia menonton sedari tadi dari spion tengah. Melihat interaksi Maya dan Vio yang begitu akrab membuatnya senang.

"Tadi Mama tanya apa?" Vio memajukan tubuhnya, berada di antara kursi Farhan dan Maya. Tanpa berpegangan, tubuhnya disenderkan ke kursi kemudi.

"Vio mau kemana?" Maya memutar tubuh menjadi menghadap Vio.

Vio memutar matanya, mengetuk dagu dengan jari telunjuk. Hampir lima menit terdiam berpikir sampai Farhan mengedikkan dagu pada Maya bertanya apa yang dilakukan Vio.

"Eumm," gumam Vio pelan.

"Jadi Vio udah mutusin mau kemana?" Maya mengulurkan air mineral untuk Vio.

Vio menerimanya. Kembali duduk tenang di belakang. Kali ini dia merapat ke jendela sebelah kanan. Setelah selesai minum, Vio mengeringkan mulutnya dengan punggung tangan. Maya menggeleng.

"Pake tissu, Sayang." Maya mengulurkan satu lembar tissu.

Vio menggeleng. "Nanti aja Mama. Kan udah bersih."

"Baiklah, lain kali minta pada Mama ya."

"Iya. Eumm, Vio nggak tau mau kemana Mama. Kemanapun Vio senang." Vio tersenyum lebar,

"Jadi, tadi Vio mikirnya lama banget karna bingung mau kemana?" Maya melongo.

"Iya, Vio gatau enaknya main kemana. Vio kan biasanya cuma ngikutin Arsen." Bibir Vio maju, cemberut lucu saat mengingat Sean yang sangat jarang membawanya jalan-jalan dan lebih senang mengurungnya di kamar.

"Vio ada tempat yang mau dikunjungin?" Farhan bertanya, manatap Vio dari spion tengah yang juga dibalas serupa oleh Vio.

"Banyakkkkk, Vio mau liat aurora. Papa tau kan aurora?"

Wajah Vio berseri, tersenyum lebar dengan kepala yang membayangkan aurora yang indah.

"Nanti suatu hari kita pergi bareng-bareng sama Arsen juga. Vio mau?" Maya tersenyum lembut. Dia juga menginginkan hal yang sama. Sudah cukup lama juga mereka tak liburan berempat.

"Vio mauuu." Vio bersorak senang. Menyambut ajakan Maya dengan penuh keantusiasan.

"Okey, jadi buat hari ini kita jalan-jalan kemana?" Farhan menarik Maya dan Vio kembali ke topik utama mereka.

"Main ice skating!"

Vio menatap Maya dan Farhan dengan alis terangkat.

Maya tertawa sedangkan Farhan menggeleng. "Tadi katanya bingung mau kemana." Maya menyindir dengan candaan.

"Vio udah ingat, Mama. Vio mau main ice skating. Arsen selalu bilang nanti terus pas Vio ajakin." Vio manyun. Namun, senyumnya langsung kembali merekah saat Farhan mengiyakan.

"Yeyy ... ice skating!"

"Emang Vio bisa mainnya?" Maya membuka toples cookies Vio dan memakannya tanpa ada protes dari Vio.

violetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang