07

9.3K 441 27
                                    

Selamat Hari Raya Idul Adha buat yang merayakan 🙏😊

———————

'Cklek'

Violet keluar dari salah satu bilik toilet. Dia menatap sekitar. Sepi, tak ada siapapun. Gadis itu hendak berjalan menuju wastapel untuk mencuci tangan, tapi langkahnya langsung berhenti saat melihat cairan merah di lantai toilet. Vio lemas, dia jatuh terduduk di lantai dengan tangan memegangi kepalanya yang pusing, pandangannya berkunang-kunang, nafasnya mulai sesak.

Vio menggeleng keras, bayangan-bayangan buruk itu kembali menghantuinya seperti dulu. Gadis itu mulai terisak kecil, menggelengkan kepalanya keras-keras dengan tangan menutupi kedua telinga. Mulutnya bergumam tak jelas, awalnya kecil lama-lama dia mulai berteriak keras dengan mata tertutup.

"Bukan, Vio bukan pembunuh, pergi kalian semua. Vio nggak bunuh dia, Vio nggak bunuh!" Vio berteriak kalap. Gadis itu menjambak rambutnya kuat.

"Hiks ... bukan, Vio nggak bunuh, Vio nggak jahat. Diam!!" teriak Vio melengking disertai dengan isak tangis.

Vio mengedarkan pandangannya ke sekeliling, semua penuh darah, membuat gadis itu bertambah sesak. "Hiks, hiks ... bukan, bukan Vio. Vio nggak sengaja," lirih Vio. Gadis itu bangkit dari duduknya berjalan menuju wastapel dengan kaki gemetar. Matanya menjelajah mencari sesuatu. Setelah menemukannya Vio langsung membenturkannya berkali-kali ke kaca wastapel di depannya. Membuat kedua benda kaca itu pecah.

Vio menggenggam beling dari Vas bunga di telapak tangan kanannya. Dia menatap tangannya yang mulai berlumuran darah. Gadis itu menatap bayangannya di kaca wastapel yang hancur sebagian.

Vio menangis pilu, dia menatap bayangannya lekat. "Lihat, dia pegang begini, hiks ... terus, terus dia taro di tangan." Vio mendekatkan beling di tangannya ke arah pergelangan tangan kirinya. "Terus, hiks ... terus, banyak darah. Gara-gara Vio hiks ... bukan, bukan Vio, Vio, hiks ... nggak sengaja. Kalian gak tau!! Vio bilang bukan!!" Vio melempar beling di tangannya sembarangan. Kemudian, membenturkan dahinya ke ujung wastapel dengan keras sebanyak tiga kali, membuat pandangannya kabur, semua bergoyang membuat gadis itu pusing hingga akhirnya kegelapan menyapanya. Vio hilang kesadaran.

'Brak'

"Vio!!"

***

Sepuluh menit Sean menunggu Vio di kantin. Tapi hingga bel berbunyi gadis itu masih belum muncul setelah pamit pergi ke toilet.

Sean berdecak kesal. "Ck, Vio kemana, sih. Lama banget." Sean menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya, dia khawatir terjadi sesuatu dengan Vio.

"Kenapa?" Kenan bertanya saat melihat raut khawatir di wajah tampan Sean.

"Vio lama," balas Sean singkat.

"Eh, iya ya. Dari tadi tu bocah belum balik-balik." Rio menimpali, pemuda itu melihat ke arah pintu masuk kantin.

"Mungkin aja lagi main air sebentar, dia kan suka gitu kalo ada air." Perkataan Deo mendapat anggukan dari Azam.

Sean bangkit. "Nggak mungkin. Vio nggak bakalan main air di sekolah. Pasti ada sesuatu." Setelah mengatakan itu Sean segera berlari keluar kantin dengan diikuti Kenan dan yang lain di belakangnya. Keano menyempatkan untuk meninggalkan uang seratus ribu untuk membayar belanja mereka di atas meja kantin, kemudian menyusul berlari ke arah toilet.

Di tengah koridor seorang gadis berlari kencang, saat melihat keberadaan Sean dia segera menghampiri dengan nafas tersenggal-senggal.

"Se‐an. I-itu Vi—." Gadis itu ngos ngosan menunjuk ke arah toilet di ujung koridor.

violetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang