15

7.2K 267 4
                                    

'Bruk'

Vio dan Sean refleks berbalik dan sudah mendapati motor Sean yang tergeletak di atas aspal dengan seorang bocah laki-laki berdiri di sebelahnya.

Melihat dari gelagatnya Sean tau dia lah penyebab motor Sean jatuh. Cowok tujuh belas tahun itu menghela nafas kasar, dia kembali menarik Vio berjalan menghampiri motornya.

"Ups ... punya, Om ya? Sorry ya, Om Alan nggak sengaja. Lagian salah Om nya sendiri sih ini, ngapain markir motor di tengah jalan begini, kan jadi ngalangin jalan," omel bocah laki-laki itu saat Sean dan Vio sudah berdiri di hadapannya.

Mulut Vio menganga lebar, sementara Sean melotot tak terima saat si bocah yang memanggil dirinya sendiri Alan itu malah menyalahkannya.

"Minggir!" ketus Sean.

Sean mendorong Alan agar sedikit menyingkir dan memberinya ruang untuk memberdirikan motornya lagi.

Namun, memang sepertinya malam ini Sean sedang dalam masa sial. Dia yakin dia mendorong Alan cukup pelan, jadi kenapa sekarang bocah itu bisa terjatuh dan sepertinya sedang bersiap untuk menangis karna ekspresinya saat ini sama dengan ekspresi Vio jika akan segera menangis.

Vio menutup mulutnya dengan kedua tangan, dia kaget, bagaimana bisa Arsen sekasar itu pada anak-anak yang bahkan mungkin tak sengaja menjatuhkan motornya.

"Ihh ... Arsen kok gitu sih, kan adeknya jadi nangis. Nggak boleh kasar tau," gerutunya memukul lengan Sean cukup keras dan beralih membantu Alan untuk berdiri.

"Maaf ya Alan, eh Alan kan nama kamu?" Vio memiringkan kepalanya ke sebelah kiri, menatap Alan dengan kening berkerut.

"Hu'um." Alan mengangguk polos dengan mata yang berkaca-kaca.

"Maafin ya, Alan. Nanti biar Vio marahin deh Arsen-nya. Eh, tapi nanti ya, soalnya kalo kata Mama Maya ... kita nggak boleh marahin orang di tempat ramai, itu bisa buat mental dia jatuh. Jadi nanti Vio marahnya di rumah Vio aja ya Alan. Alan jangan nangis."

Vio menangkup wajah Alan dan mengelus pipinya dengan lembut membuat wajah Alan memerah malu.

Sean yang sedang mengamati mereka setelah berhasil memarkirkan motornya dengan benar mendelik, tapi tak urung dia menarik senyum tipis saat melihat sifat lembut Vio. Namun, senyum itu tak bertahan lama karna selanjutnya seorang wanita muda berlari kearah mereka dengan berteriak memanggil nama Alan membuat banyak orang memperhatikan mereka saat si wanita sudah sampai di hadapan mereka.

"Alan, ya ampun. Mama cariin kamu dari tadi, kemana aja sih, Sayang?" Wanita muda itu memeluk Alan dengan erat, tampak sekali dari wajahnya jika dia sangat mengkhawatirkan si bocah itu.

Sean dan Vio, yang sudah berdiri si sebelah Sean saling tatap seolah sedang bicara dari tatapan mata masing-masing.

'Itu Mamanya Alan?'

'Mungkin'

Sean mengedikkan bahunya, lalu kembali menatap interaksi ibu dan anak itu.

Wanita muda itu tampak membolak-balik tubuh Alan, kemudian saat menatap kaki bocah kecil itu dia langsung menagkup wajah Alan dengan mata melotot dan tubuh sedikit gemetar.

Sean mengernyit bingung. "Ehm ... permisi."

Ibu dan anak itu langsung menatap Sean yang mungkin baru disadari sang ibu berada dibelakangnya sedari tadi.

"Ma-maaf, kalian ...." Perkataan wanita itu terputus saat Alan menyentuh bahunya untuk menarik perhatian wanita muda itu.

"Mama, Om itu dorong Alan."

violetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang