13

7.4K 350 30
                                    

Anyyeong yeorobun👋
.
.
Absen dulu hayuk!
.
.
Happy reading
.
.
.

"He is mine!" Vio menangkup wajah Sean yang menatapnya lekat, lalu menyatukan bibirnya dengan bibir Sean yang sedikit terbuka.

Tak ada yang bersuara, semuanya terlalu terkejut dengan tindakan Vio barusan. Sean sendiri masih mematung meski Vio susah melepaskan ciuman nya, ralat kecupan nya.

"Vio!" Teguran Kenan yang pertama menyadari situasi membuat yang lainnya ikut tersadar.

Vio mengerjap, terkejut saat mendengar suara Kenan yang sedikit keras. Ini pertama kalinya Kenan bersuara keras kepadanya, dan itu terlihat menyeramkan, lebih menyeramkan daripada Sean.

Keano yang melihat Vio menunduk dengan mata berkaca-kaca menendang kaki saudara kembarnya pelan, memberi pelototan sebagai peringatan.

Kenan menghela nafas. "Siapa yang ngajarin cium-cium begitu?" tanyanya.

Vio mengeleng. Dia memutar duduknya, yang tadinya duduk menyamping di pangkuan Sean menjadi berhadapan dengan cowok yang masih belum sepenuhnya sadar itu. Dia mengalungkan kedua tangannya di leher Sean, menenggelamkan wajahnya di cerukan leher cowok itu untuk menghindari tatapan Kenan yang masih tertuju padanya.

Keano yang melihat ekspresi melongo teman-temannya memperhatikan Vio keseluruhan, dan sedetik kemudian dia melempar tatapan tajam, saat tau mereka memperhatikan paha Vio yang terekspos bebas.

Keano berdecak. "Bawa ke kamar!" perintahnya tajam kepada Sean yang seperti orang linglung. Dia menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan reaksi Sean.

Sean mengangguk kaku, dia berdiri, membawa Vio menuju kamar gadis itu kembali. Saat akan memasuki kamar Vio, Sean masih bisa mendengar suara gelak tawa Nadya, Sean hanya menggelengkan kepalanya dengan bibir manahan senyum.

Sepeninggal Sean dan Vio, ruang keluarga kembali gaduh dengan suara tawa Nadya dan umpatan-umpatan dari teman-teman Sean.

Kenan melayangkan tatapan tajamnya kepada Nadya yang hanya cengengesan.

"Apasih, ah?" Nadya berubah cemberut saat tatapan mata Kenan tak pernah beralih dari nya.

Perhatian yang lainnya segera tertuju kepada Nadya yang baru bersuara.

"Lo kenapa sih, dari tadi perasaan heboh terus, heran."

Nadya berdecak kesal mendengar penuturan Deo.

"Lo yang ngajarin?" tanya Kenan dengan suara tenangnya.

Kening Nadya mengernyit bingung. "Ngajarin apa?"

"Ngajarin Vio."

Keano menatap Nadya curiga. Benar, dia merasa ini ada hubungannya dengan gadis jadi-jadian di sebelahnya. Iya di sebelahnya, karna Sean yang sebelumnya ada di antara mereka telah pergi.

Nadya segera menggelengkan kepalanya. "Mana ada ya, jangan asal nuduh," ucapnya tak terima.

"Kalo bukan lo siapa lagi, Vio itu temannya cuma lo doang." Keano, Deo dan Azam mengangguki ucapan Rio.

Kenan menatap Nadya meminta penjelasan. Dia curiga kepada Nadya karna melihat tawa puas gadis itu tadi.

"Vio nggak bakalan ngelakuin itu kalo bukan karna ada contoh atau ada yang ajarin," ucap Kenan menatap mereka satu persatu.

Dia tak bisa membiarkan Vio bersikap seperti itu. Vio masih terlalu lugu, terlalu polos sehingga membuatnya selalu khawatir. Dia percaya, gadis itu tak mengerti dengan apa yang dilakukannya tadi.

violetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang