03

4.2K 462 30
                                    


Semua Tokoh Milik Masashi Kishimoto.

Warning! Bad EYD, typo. Mengandung kata-kata kasar bahkan lebih dari itu, (18+).

.

Note : disarankan untuk baca ulang. Dikarenakan ada banyak perubaham pada chapter ini.

.

Marah.

Sakura tak bisa menggambarkan hal itu selain membanting pintu kamarnya hingga dinding ikut bergetar. Apa dunia lebih memilih untuk memihak Karin dan Itachi? Betapa mudahnya kedua orang itu mengendalikannya. Meski begitu Sakura pun cukup tunduk. Memegang kendali kursi roda Sasuke saja membuatnya histeris jengkel dalam hati oleh ulah Karin. Pernikahan yang ia kira menghitung hari atau setidaknya tujuh hari lagi malah akan diadakan hari esok. Itu kemauan Itachi. Jadi ada yang bisa menjelaskan kenapa Sakura harus ikut dalam percakapan mereka beberapa saat lalu kalau dirinya sendiri tak di ijinkan untuk berpendapat? Lalu ini Karin? Sialan. Kakak terburuk di dunia yang pernah Sakura miliki. Mungkin hanya dirinya seorang yang memilikinya.
Demi ubun-ubunnya yang hampir meledak karena emosi, Sakura sangat berhasrat untuk mencakar wajah Karin. Suara Karin yang lewat bermenit-menit lalu itu masih berputar di otaknya. Sakura benci ini. Sangat membenci semua ini. Seolah dirinya telah menjadi budak yang sangat patuh. Hidup akan berakhir jika menentang sebuah perintah.

"Ya Tuhan." Dadanya kian berdebar. Menampung segala emosi yang sayang sekali tak bisa ia lampiaskan pada apapun dan siapapun kecuali pintu yang ia banting tadi. Sakura menggeram sambil berlari ke atas ranjang. Membuang tubuhnya begitu saja. Tak bisa ia pungkiri, kedua sudut matanya mulai menampung air. Siap tumpah andaikan seseorang tidak mengetuk pintunya. Menarik perhatiannya untuk segera bangun dan membukanya dengan sangat tidak rela.

Ayolah, Karin tak akan mengetuk pintu kamarnya. Alih-alih melakukannya gadis merah itu lebih memilih untuk menerobos pintunya. Namun siapa yang bisa menduga banyaknya kejutan dalam dunia. Ternyata yang berdiri di balik pintu adalah Karin. Bersama dengan senyum tipisnya.

"Sialan."

Sakura tak bisa menahannya. Merasa menyesal menahan air mata dan menekan hasrat membunuhnya. Demi apapun Karin membuatnya kesal dan marah.

"Aku mencoba untuk melakukan hal baik. Dengan menjaga pintu ini. Mengetuknya dengan hormat tanpa menerobosnya dan membantingnya. Kenapa kau tidak bisa menjaga kelakuanmu? Kau pikir kami tidak mendengarnya?"

Dua pertanyaan yang Karin keluarkan hanya berbalas gelengan keras oleh Sakura. Karin mendekat, mendorong langkah Sakura untuk mundur dan mulai bicara.
"Aku tau, banyak pertanyaan bersarang di sini." Karin menunjuk dada Sakura. Menggeleng pelan ketika Sakura mendorong tangannya menjauh.
"Intinya kita tak butuh pesta pernikahan. Semua juga tau kau juga tidak butuh hal itu. Sasuke juga. Semua demi kenyamanan kalian. Karena itulah pernikahan kalian di percepat."

Lalu Sakura membusung maju. Menyisakan jarak beberapa senti saja dari Karin yang tak mundur.
"Siapa yang mengusulkan itu? Dia sangat mengerti tentang diriku." Sakura pura-pura tersenyum. Sadar nada suaranya yang bergetar. Usaha untuk menekan amarah gagal ia sembunyikan. Sakura memang tidak membutuhkan pesta. Kalau perlu pernikahannya ini juga sangat tidak ia butuhkan. Lain cerita jika sosok calon suaminya normal.

Normal.

Bisa berdiri. Tanpa kursi roda.

"Itachi. Aku tau. Lalu kenapa dia pura-pura tutup mata dari fakta yang ada? Bahwa aku sama sekali tidak pernah menyetujuinya." Sakura merasa dadanya tertekan saat melanjutkannya. Sangat ingin memberontak tapi tak memiliki kuasa.

"Lalu siapa yang berdiri di depanku kemarin? Itu bukan dirimu?" Karin masih berdiri di sana dengan segala kebenaran di tangannya. Sakura sudah berjanji untuk ini dan Karin tak akan membiarkannya ingkar.

Hello DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang