Takdir

457 40 0
                                    

~Tak ada yang bisa merubah takdir~

Dengan elegan Alina berjalan, sambil memakai headset di telinganya.

Tiba lah, dimana disekitarnya banyak orang-orang yang memperhatikannya dan itu adalah para santri dan santriwati.

Mereka menatapnya dengan sopan, di memandang sambil tersenyum, ternyata itu untuk memberi salam kepada sang kyai di hadapan Alina.

"Ada apa dengan mereka?" Bingung Alina, namun tidak peduli.

Dari tatapan mereka banyak tersimpan pertanyaan yang membuat mereka sangat bingung dan terkejut, siapakah gadis itu? Rasanya ia sangat spesial, bisa-bisanya ia di sambut langsung oleh kyai.

Lalu langkah kaki kyai itu berhenti.

"Baiklah Alina, sampai disini aja ya saya mengantar kamu, selanjutnya kamu bisa nerjalan sendiri." Berkata lembut.

"Ke arah mana?" Tanya Alina.

"Maju saja, nanti kamu ketemu pengurus asrama."

"Baik!"

Kyai itu meninggalkan Alina, dan Alina berjalan sendiri namun, ia melewati keramaian ada banyak orang di sana, apalgi sambil memperhatikannya dengan tatapan yang berbeda-beda.

"Siapa itu?" Bisik santriwati.

"Masyaallah cantik sekaliii!" Bisik santri.

"Hust, Astagfirullah jaga pandangan!" Jawab Santri lainnya.

"Yaelah aku kan muji ciptaan Allah yang sungguh indah."

Alina mendengar bisikkan tersebut.

"Apa lo liat-liat!" Jutek Alina.

"Eh mba, galak amat si." Sahut santri itu.

"Gak pernah liat cewe cantik ya lo?" Sahut Alina dengan arogan.

"Astagfirullah" Sahut Santri lainnya.

"Ih apaan si, sok suci amat lu pada."

"Cantik si, tapi gak ada akhlak!"

"Hust, istigfar" sahut Santri lainnya.

"Mending kenalan deh, aku Toni cowo paling cakep seasrama" menyombong.

"Oh."

"Lah gitu doang? Untung cantik,"

"Ih Ton gak boleh gitu ih!" Sahut Damar.

"Apaan si lo, bilang aja mau kenalan juga kan."

"Ih e-enggak ya." Gugup Damar.

"Enggak-enggak tapi salting gitu." Ejek Toni.

"Brisik banget lu pada."

"Eh mereka emang suka ribut mba, ni kenalin saya Deo."

"Mba-mba, pala lu!" Gue Alina bukan mba ngerti!"

"Dih galak banget deh"

"Bodo!" Judes Alina.

"Ada apa ni ribut-ribut" Tanya lelaki misterius yang baru datang.

Alina menoleh. " Apa an lagi s-" terpotong.

Alina yang terkejut saat ia menoleh, pandangannya mengarah lelaki tersebut, yang di dalam pandangannya sangat bersinar sampai menyetuh hatinya.

Seketika waktu terasa terhenti, seperti kenalan lama yang terpisah lalu bertemu kembali oleh takdir.

Lelaki tersebut terdiam menatap Alina dengan tatapan yang tidak bisa terbaca.

"Ekhmm!" Batuk Damar.

"Astagfirullah" reflek lelaki itu sambil mengalih kan pandangan.

"Kamu tampan." Sahut Alina dengan spontan.

Dan disekelilingnya terekejut dengan ucapan Alina, sampai terdengar santriwati yang sedang lewat.

Lelaki itu terdiam.

"Siapa kamu?" Tanya Alina dengan santai sambil menatapnya.

Tobi yang langsung menjawabnya, "Dia itu Angga, tapi lebih gantengan gu-" terpotong.

"Suthh" Mengode untuk diam.

Alina tersenyum.

"Kamu siapa? Ngapain kamu ada di asrama pri-" terpotong lagi.

"Aku suka kamu!" Spontan Alina.

Semuanya langsung terkejut sampai terdengar santri wati yang sedang menguping di balik tembok.

Dan semuanya mengatakan, "Astagfirullah, itu siapa si?! Berani bangettt, bilang kaya gitu ke pangeran akuu."

Seketika para santri wati sakit hati bejama'ah. Idola mereka di perlakukan seperti itu.

Angga terkenal sangat dingin, apalgi terhadap perempuan. Wajar saja jika semuanya terkejut, dengan keberanian Alina.

"Ethss apaan ni?" Sahut Toni yang tidak terima.

"Bisa diam gak lu, dari tadi bacot mulu." Bentak Alina.

Toni langsung terdiam kaku.

"Tolong jaga ucapan kamu." Sahut Angga dengan datar.

"Jaga gimana? Gue kan cuma ngutarain perasaan." Polos Alina.

"Mending kamu peri dari sini, ini bukan lingkungan kamu, tidak baik jika kamu ada disini." Sahut Angga.

"kenapa? Emang salah ya?" Tanya Alina.

"Ini asrama pria, dan kamu wanita, ngerti gak?"

"Lah sama aja kan, terus kenapa kalo ini asrama cowo?"

Angga menghela nafasnya. "Aku gak peduli kamu dari lingkungan dimana, dan kalo kamu ada disini sudah seharusnya mengikuti peraturan yang ada, wanita dan pria harus berjarak ngerti?"

"Kenapa?" Polos Alina.

"Damar jelasin. Aku ada urusan, aku pergi dulu, dan kamu harus cepat pergi." Angga langsung berbalik pergi dari Alina.

Damar yang langsung menjelaskannya. "Jadi-" Terpotong lagi.

Alina berbalik dan sepontan Alina teriak ke arah Angga. "Angga Lo mau gak jadi pacar gue!" Dengan bangganya Alina mengutarakannya dengan lega dan tersenyum, seakan-akan dunia hanya milik mereka. Entah pesona apa yang dimiliki Angga.

Semuanya terkejut dan syok berat, apalagi santriwati yang mendengar jelas, langsung histeris dengan apa yang di lakukan Alina.

Dan saat itu pula, langkah Angga terhenti dan terdiam.











Santri CoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang