"Kenapa ngga telfon?" tanya Jeffrey saat Nara sudah masuk ke dalam mobilnya.
"Lupa."
Jeffrey menghela nafas, tangan kirinya meraih tangan Nara untuk di genggam, sedangkan tangan yang satunya ia gunakan untuk menyetir.
Nara mencoba melepaskan genggaman Jeffrey. "Mas, tolong jangan begini," ucap Nara risih.
"Kenapa? Kita kan pacaran."
Nara menatap Jeffrey dengan tatapan tidak percaya. "Maaf, tapi kita ngga pacaran!" ucap Nara tegas.
"Kamu masih sama Bian? Dia udah hianatin kamu loh."
"Itu bukan urusan anda!" ucap Nara lalu menyentakkan tangan Jeffrey agar melepaskan genggamannya.
Jeffrey terkejut, ck! seharusnya dia ngga bahas Bian. "Ekhm, maaf kalo begitu," ucapnya.
Hening.
.
.
.
.
."Gue harus gimana?"
"Yang cerdas dong njing! Hamilin aja! Kalo lo hamilin Bu Nara otomatis lo bakal di nikahin sama Bu Nara dan Bu Nara bakal jadi milik lo secara agama maupun hukum!" ucap Danang menggebu.
Plak
Rain menggeplak kepala Danang. "Sinting! Jangan di dengerin Jus, setan nih!" ucapnya.
"Tapi bener loh kata Danang. Cuma itu satu-satunya cara biar lo bisa milikin Bu Nara," sahut Nanda.
"Jus, jangan di dengerin duo setan ini!" ujar Rain lalu merangkul Justin.
Nanda mendengus kesal lalu memajukan duduknya. "Lusa kan kita camping tuh ya, nahh! Lo pura-pura aja ilang," ucapnya dengan wajah sumringah.
"Sembarangan lo serangga kayu!"
"Maksud anda mengusulkan saran itu apa wahai bapak Pramandhita?" tanya Rain bingung.
Nanda menatap malas teman-temannya. "Jus, lo pengen tau Bu Nara suka sama lo nggak? Nah dengan usul gue ini, kita lihat, Bu Nara bakal nangis atau khawatir sama lo atau nggak!"
"Gimana-gimana? Gue belum paham," ucap Danang sembari mengalihkan tatapannya dari ponselnya.
"Besok, kita udah ngga pacaran."
"Eh udah seminggu ya?"
"Coba aja Jus!"
"Coba apa? Kalian pada ngomongin apa sih?" tanya Danang bingung.
"Oke."
"Lo udah ngapain aja sama dia?"
Danang mengerutkan dahinya bingung. "Woi! Lo pada lagi ngomongin siapa sih?! Bu Nara?"
"Cium," jawab Justin dengan wajah yang memerah.
"Sial! Gimana rasanya?" tanya Nanda antusias.
"Asu! Pundung nih gue!" ucap Danang karna pertanyaannya dari tadi tidak ada yang menanggapi.
"HAHAHA."
"Kampret lo pada! Jadi gimana si Justin?"
.
.
.
.
.Ting tong
Ceklek
"Cari siapa?" tanya Lina.
Bian melihat wanita paruh baya di depannya ini dari atas sampai bawah. "Eum...Naranya ada Tan?" tanya Bian, ia menebak jika di depannya ini calon mertuanya, ekhm calon mertua?
"Oh ada, silahkan masuk," ucap Lina mempersilahkan Bian masuk ke dalam rumah.
"Nara! Ini ada tamu kamu!" panggil Lina dari dapur.
"Siapa Ma?" tanya Nara ketika keluar dari kamar.
"Ngga tau, nyariin kamu kok."
Nara terkejut saat mendapati Bian duduk manis di ruang tamunya. "Ngapain lo ke sini?" tanya Nara sembari menatap tajam Bian.
"Sayang."
"Ngga usah manggil sayang-sayang! Mau lo apa?"
"Aku ngga mau putus," ucap Bian memelas.
"Bodoamat! Mau lo ngga mau juga tetep aja kita udah putus! Ngerti?! Mending lo pergi dari sini!" ucap Nara emosi.
"Nara, jangan gini. Aku ngga mau pisah sama kamu, aku sayang sama kamu."
Nara tersenyum sinis, "Gue nggak peduli! Pergi lo!" ucap Nara sembari mendorong tubuh Bian agar keluar dari rumahnya.
Setelah mengusir Bian dari rumahnya, Nara langsung masuk ke dalam kamar dan menangis sejadi jadinya hingga membuat Lina bingung.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bapak-Anak : First Sight ✔
FanfictionNgga tau mau seneng apa sedih dicintai sama bapak dan anak. "Masyaallahh! Ini calon Mama baru Justin." "Jodohku fix!"