35

1.7K 80 11
                                    

Dika menyuruh bawahannya untuk melacak keberadaan Justin dan Nara.

"Kalian bisa ngga sih?! Lama banget!" bentak Dika kepada bawahannya yang sedang berkutat dengan komputer di depannya.

"M-mereka ada di jalan Lingga Pak," ucap bawahannya itu gugup.

Tanpa banyak bicara, Dika langsung melesat ke tempat yang di ucapkan bawahannya tadi.

"Dika! Kamu mau kemana nak?" tanya Mama Dika.

"Dika mau nyusul Nara Ma," jawab Dika sebelum masuk ke dalam mobil.

"Nara, Nara dimana?" tanya Lina一Mama Nara kepada Andra yang baru saja keluar dari ruangan untuk melacak tadi.

"Sekarang Nara ada di jalan Lingga Tan. Tante yang sabar ya," jawab Andra.

"Bu Nara sama siapa?" tanya Nanda, dia ikut panik.

"Teman kamu."

"Hah? Temen aku siapa?" tanya Nanda, otaknya sedikit ngeblank karna kejadian ini.

"Justin."

"What the一" umpat Nanda namun ia segera menutup mulutnya sebelum umpatannya berlanjut.

.
.
.
.
.

Kasian ya.

Kayaknya mereka mau kawin lari deh! Liat baju mereka.

Gini nih kalo ngga dapet restu orang tua.

Masih pada muda-muda padahal.

"Tolong beri jalan!" ucap petugas rumah sakit kepada para warga yang mengerumuni tempat kecelakaan Justin dan Nara.

Para warga minggir sembari memperhatikan Justin dan Nara yang berada di brankar.

Itu yang cewek meninggal?

Iya, kasian banget ya.

Innalillahi.

Kalian yang anak muda jangan sampai kaya mereka.

Cantik banget.

Iya, cantik banget.

Tin tin

Para warga refleks menengok ke arah mobil yang membunyikan klaksonnya.

Dika keluar dari mobilnya dengan raut wajah yang bingung, "Permisi, ini ada apa ya rame-rame?" tanyanya kepada salah satu warga di sana.

"Itu mas, ada yang mau kawin lari tapi malah ketabrak truk."

Dika langsung menerobos warga yang masih berkerumun. Dika melihat mobil taxi yang terbalik hancur.

Kemudian ia melihat petugas rumah sakit yang sedang mendorong brankar. Dengan tergesa ia menghampiri brankar tersebut.

Air matanya menetes saat melihat wajah cantik Nara bercucuran darah. Kebaya putihnya berlumuran darah.

"NARA!" Dika menangis pilu melihat Nara yang terbujur kaku di atas brankar.

Para warga, petugas rumah sakit maupun polisi yang berada di sana bisa merasakan saat mendengar tangisan pilu Dika.

.
.
.
.
.

"Hiks Papa, anak kita," tangis Lina setelah di kabari jika Nara meninggal di tempat saat kecelakaan.

"Ini semua karna bocah itu! Papa, a-anak kita hiks anak kita," Lina meraung raung di pelukan suaminya.

Keluarga Dika dan Nara benar-benar shock mendapat kabar tersebut. Acara pernikahan Dika dan Nara pun di bubarkan.

Jeffrey menghampiri orang tua Nara dengan raut yang senang karna ia tidak tahu mengapa pernikahan ini di bubarkan.

"KAMU! GARA-GARA ANAK KAMU, ANAK SAYA MENINGGAL!" ucap Lina dengan nada yang tinggi sebelum Jeffrey berhasil mendekatinya.

Jeffrey mengerutkan dahinya. Dia tidak tahu apa-apa.

"GARA-GARA ANAK KAMU ANAK SAYA MENINGGAL!" Lina meraung raung mencoba memukuli Jeffrey namum di tahan oleh suaminya.

Hati Jeffrey mencelos saat mendengar kata meninggal yang di ucapkan Lina. Ia melihat Andra yang juga menampilkan wajah sedihnya, "Ini ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Jeffrey kepada Andra.

Andra mendongak menatap Jeffrey tajam. "Anak kamu! Dia menculik Nara dan membuat calon adik ipar saya meninggal!"

Jeffrey membulatkan matanya, "Apa maksud anda? Tidak mungkin anak saya berbuat seperti itu," ucap Jeffrey tidak percaya.

Andra masih menatap Jeffrey tajam. "Seharusnya anda mendidik anak anda dengan baik. Orang tua macam apa anda hingga membuat anak anda melakukan hal seperti ini."

Jeffrey tersulut emosi saat mendengar ucapan Andra. Namun saat ia akan membalas ucapan Andra, istrinya menangis sembari memanggilnya.

.
.
.
.
.

Justin membuka matanya perlahan. Setelah seminggu koma, akhirnya Justin sadar dari komanya.

Jian yang stay di samping anaknya terkejut saat melihat Justin yang mengerjap ngerjapkan matanya.

"Justin, Justin kamu sadar nak," ujar Jian terharu.

Ceklek

Pintu terbuka, menampakkan Jeffrey dengan penampilan yang acak acakan seperti seminggu yang lalu setelah menghadiri pemakaman Nara.

"Mas, anak kamu sadar."

Jeffrey langsung melihat Justin. Ia mendekati Justin sembari menatap anaknya tajam. "Gara-gara kamu Nara meninggal!" bentak Jeffrey kepada Justin yang baru sadar.

Justin langsung menatap Papanya tajam, ia tidak mungkin salah dengar.

"Mas! Kamu apa apaan sih?! Justin baru sadar!"

"Seharusnya kamu aja yang mati! Kenapa harus Nara?! Hah?!" ucap Jeffrey dengar air mata yang mengalir begitu saja. Ia masih tidak terima dengan apa yang terjadi.

"Mas! Sadar kamu! Justin anak kamu!"

"Diam kamu!" bentak Jeffrey sembari menunjuk wajah Jian.

"M-maksud Papa apa?" tanya Justin dengan suara paraunya.

"Nara meninggal," lirih Jeffrey, selang beberapa detik ia kembali menatap anaknya tajam. "Seharusnya kamu yang mati!" ucap Jeffrey sembari mencoba mencekik Justin.

Namun usahanya terhalang oleh Jian yang sudah memukul kepala Jeffrey dengan pot bunga. Jeffrey langsung terjatuh pingsan.

"M-mama?"

Dengan tangan yang masih bergetar, Jian menatap anaknya dengan wajah yang sudah di banjiri air mata.

"Nara meninggal? Bener Ma? Ma? Jawab Justin?!"

"Iya."

Air mata Justin langsung menetes.

.
.
.
.
.

AAAAA!

AAAAA!

Teriakan itu menghebohkan warga yang berada di rumah sakit. Mereka berbondong bondong keluar rumah sakit untuk melihat apa yang terjadi.

Di sana, Justin dengan kepala yang hancur akibat jatuh dari atap gedung rumah sakit menjadi tontonan.





End





Hehehe udah end
Terimakasih buat kalian yang udah mau baca cerita aku
Aku doa in semoga sehat selalu, rejeki jalan terus, amin

Jangan lupa baca cerita baru aku ya!
Dan jangan lupa berikan voment dari kalian!

Dirumah aja ya, stay healty readerskyu 💚

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bapak-Anak : First Sight ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang