18

746 73 4
                                    

Sebelum pergi ke kantornya, Jeffrey mampir ke rumah Nara terlebih dahulu untuk sekedar mengambil hati Mama Nara.

"Pagi-pagi banget Jeff, kalian tiap hari gini?" tanya Lina sembari meletakkan susu di depan Nara.

"Nara tuh ngangenin Ma, di tinggal sebentar aja langsung kangen," ucap Jeffrey lalu mengacak rambut Nara pelan.

"Kalian romantis banget sih! Jeff, cepet lamar atuh. Umur kamu juga udah ngga muda lagi, ntar keduluan orang loh!" saran Lina lalu memakan sandwichnya.

Tubuh Nara menegang, ngga bisa di biarin! Nara ngga mau dicap jadi pelakor, pengen banget buat ngomong yang sebenarnya tapi kalo liat orang tuanya menatap Jeffrey berbinar, Nara tidak bisa apa-apa.

"Udah jam setengah 7, kamu cepet berangkat sana," ucap Lina setelah melihat jam di ponselnya.

"Ayo sayang. Ma, kita pergi dulu ya?" ucap Jeffrey lalu menyalimi tangan Lina.

"Iya, hati-hati"

.
.
.
.
.

"Makasih Mas," ucap Nara setelah Jeffrey menghentikan mobilnya di samping gerbang sekolah.

"Iya, nanti pulang jam berapa?"

"Ngga tau, soalnya nanti ada rapat."

"Yaudah, nanti telfon aja ya, biar aku jemput."

"N-ngga usah Mas, aku bisa pulang sendiri."

"Nanti telfon," ucap Jeffrey lalu mengulurkan tangannya. "Salim," ucapnya.

Nara menyalimi tangan Jeffrey untuk mempercepat keadaan. "Hati-hati," ucap Nara lalu keluar dari mobil Jeffrey.

Jeffrey tersenyum lebar, makin sayang deh! batinnya.

.
.
.
.
.

"Sayang?" panggil Justin saat memasuki ruangan Nara. Justin berjalan mendekati Nara lalu mengecup bibir Nara singkat.

"Kamu ngapain ke sini?" tanya Nara berusaha manahan emosinya. Semakin hari, Justin semakin semena mena dengannya.

"Nyamperin pacar dong! Kamu udah makan belum?" tanya Justin lalu duduk di sofa sembari menatap Nara yang masih duduk di kursinya.

"Udah," jawab Nara seadanya, dia benar-benar muak sekarang. "Justin, gimana ya bilangnya?"

"Kamu mau bilang apa?"

"Perjanjian kita bakal selesai mulai besok."

Justin terdiam, "Iya, aku ngga lupa kok," ucapnya santai namun dalam hati ia benar-benar takut jika harus melepas Nara.

"Bagus!"

"Sini," panggil Justin sembari menepuk sofa di sebelahnya.

Nara duduk di sebelah Justin, tubuhnya yang kecil tiba-tiba saja di angkat oleh Justin kepangkuannya.

"Kamu apa apaan sih! Awas!" ucap Nara marah sembari mencoba melepas tangan Justin yang memeluk pinggangnya.

"Kenapa? Kamu kan pacar aku," ucap Justin tenang.

"Justin, kamu jangan macem macem! Ini area sekolah!" ucap Nara marah.

"Berarti kalo bukan di area sekolah ngga papa dong?" tanya Justin sembari mengerlingkan matanya menggoda.

Nara menggeram, "Justin!"

"Kalau kamu nurut, aku ngga bakal macem-macem," ucap Justin sembari mengelus pinggang Nara.

"Justin, pliss," mohon Nara sembari mencoba menghentikan tangan Justin yang nakal.






___

Bu Nara harus banyak-banyak istigfar :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bu Nara harus banyak-banyak istigfar :)

Bu Nara harus banyak-banyak istigfar :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meresahkan!

Tbc...

Bapak-Anak : First Sight ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang