Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sayang?"
"Hm?"
"Main yuk?"
"..."
"Mas?"
Jian mendongak melihat suaminya yang malah senyam senyum sendiri melihat ponselnya.
"Kamu selingkuh ya?!"
Jeffrey terlonjak kaget, "Kamu nih! Ngagetin aja sih! Siapa juga yang selingkuh! Kamu kali yang selingkuh!"
Deg
"Kok diem? Beneran selingkuh?"
"Y-ya nggak lah!" jawab Jian lalu ia merangkak ke tubuh Jeffrey lalu duduk tepat di junior Jeffrey. "Mana mungkin aku selingkuh kalau kamu suaminya," ucap Jian lalu membuka kancing baju tidur Jeffrey.
Jeffrey tersenyum miring, "Sayang, maaf. Aku ada urusan sekarang," ucap Jeffrey sembari mengancingkan baju tidurnya kembali lalu pergi ke dalam kamar mandi untuk mengganti pakaian.
Mas Jeffrey tau? Aku harus gimana? Nggak! Mas Jeffrey ngga boleh tau! batin Jian lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.
. . . . .
"Lo udah cerai-in si Jian?" tanya Fajar antusias.
"Belum, gue harus cari bukti dulu."
"Gue bantuin!"
"Abis itu lo embat Jiannya shh," saran Deka sembari menikmati kuluman di bawah sana.
"Anjing lo Ka! Gue pulang dulu lah! Mau minta jatah istri!" ucap Fajar lalu pergi meninggalkan 3 temannya.
"Pesen aja, gue yang bayarin ssh yahh," ucap Deka sembari mengelus rambut wanita di bawahnya.
Adam menatap Jeffrey, "Lo ngga pulang?"
"Nggak, tolong panggilin 1 jalang."
"Dua! Gue juga mau. Mumpung di bayarin," ucap Adam lalu meminum winenya.
. . . . .
"Eh Jus, lo mau kemana?"
Justin terkejut.
"Yaelah! Kek orang liat hantu aja sih lo!"
"Ya elu! Tiba-tiba nongol aja kek setan!"
"Ck! Lo mau kemana? Mau ngapelin Karina?"
"Kaga!"
"Lah? terus? Ngapain lo keluar malem-malem gini?"
"Kepo banget sih lo Jer! Balik sono!"
Jerry mendengus kesal lalu pergi meninggalkan Justin yang sedang clingak clinguk mencari seseorang.
"Aah itu," gumam Justin girang saat menemukan Nara yang sedang duduk melamun.
Justin mengecup pipi Nara lalu duduk di samping Nara.
Nara menoleh kaget, "Justin?!"
"Sstt jangan berisik," ucap Justin lalu mengecup bibir Nara singkat.
Mata Nara membulat, "Kamu apa apaan sih! Perjanjian kita udah selesai!"
"Siapa bilang?"
Nara menatap Justin geram, anak siapa sih ini? Nyebelin banget deh! batinnya.
"Ayo," ajak Justin sembari menarik tangan Nara agar ikut dengannya.
"Mau kemana?"
"Sstt."
"Justin, kamu jangan macem-macem ya! Ini udah malem!"
"Sayang, jangan berisik ah! nanti ada yang denger loh."
"Jus!"
"Sstt kalo kamu ngomong lagi aku cium ya?" ancam Justin namun bibirnya tak bisa untuk tak tersenyum.
Nara diam, ia menatap kesal pada Justin.
"Ayo duduk."
"Jus?"
"Duduk aja," ujar Justin sembari membersihkan batu yang akan di duduki Nara.
Saat ini mereka sedang di tepi jurang menikmati pemandangan malam. Mereka duduk bersampingan, mata Justin tidak bisa lepas dari wajah Nara yang sedang terlihat gelisah sembari melihat ke seluruh arah.
"Sayang?"
Nara refleks menoleh ke arah Justin, mata mereka bertemu. Nara terpaku dengan tatapan Justin yang dalam padanya.
Justin mendekatkan wajahnya pada wajah Nara dan bibir mereka pun bertemu. Entah kenapa Nara malah menikmati ciuman Justin, ciuman Justin sangat lembut sampai membuatnya terbawa suasana hingga tangannya mengalung sempurna di leher Justin.