16. [Wonho] Step Father

417 28 0
                                    





















Work by.

®_Wind™

















****







Hari Selasa di bulan Juli. Cuaca yang tidak terlalu bersahabat membuat hari ini terasa dingin tanpa rintik hujan yang jatuh dari langit, atau bahkan belum akan turun hujan. Renna menggosokkan telapak tangannya lalu menempelkan di kedua pipinya, meski belum turun hujan angin yang berembus hari ini cukup dingin dan membuat kulit tangan gadis itu memucat.

Ia melangkah santai menyusuri jalan setapak menuju sekolahnya, ujian kenaikan semester baru saja usai membuat kegiatan belajar mengajar sering kali lengang. Renna mendongakkan kepalanya saat ada tetesan air jatuh dari atas, perempuan itu lantas mempercepat langkahnya agar sampai ke area kelasnya.


Sesampainya di kelas, Renna menaruh tasnya di bangku, menepuk pelan rok sekolahnya yang sedikit terkena rintik hujan. Dan benar saja, beberapa detik kemudian hujan turun dengan deras. Gadis itu menghela napas lega lalu menyamankan posisi duduknya.

Suasana kelasnya masih terlihat sepi, baru ada si ketua kelas yang duduk di seberang bangkunya dan beberapa siswi di barisan pojok belakang tengah berbincang. Netranya teralih pada derasnya air hujan yang menghantam kaca jendela persis di samping bangkunya. Aroma petrichor  yang mengudara membuat Renna memejamkan matanya, terasa sejuk dan menenangkan dengan aroma tanah yang mengikutinya.

Berselang dua menit, bunyi derit bangku yang bergesek dengan lantai mengalihkan perhatiannya pada fenomena di luar jendela kelas. Maniknya menangkap seorang gadis yang sedang melambaikan tangannya sebentar sebelum akhirnya ia duduk di samping Renna.

“Bengong aja. Tumben nggak berangkat telat? Biasanya juga terakhir dateng sebelum lima menit bel masuk kelas.” ucap Kaila sambil membenarkan letak tasnya di bangku.

“Semalem aku ketiduran terus bangun jam empat pagi, nggak bisa tidur lagi jadi ya ... Aku bisa berangkat lebih awal.” balas Renna lalu membuka sweter yang sempat ia pakai, hawa panas tubuhnya sudah mulai ia rasakan.

“Aku kira kamu lagi kerasukan setan rajin.” Kaila tersenyum lebar setelah membalas ucapan Renna dengan nada mengejek, gadis di sampingnya itu kemudian mencebik malas.

“Eh! Nanti waktu pengambilan rapor mama kamu dateng ‘kan? Aku di wakilin sama om ku soalnya.”

“Kenapa? Tumben kamu di wakilin, orang tua kamu kemana emang?”

“Biasa ... Ada perjalanan bisnis dan ayah minta temenin mama. Di luar kota soalnya, kamu tau ‘kan kalau ayah aku bucin banget ke mama ku?” tutur Kaila membuat Renna terkekeh.

“Tapi kalau di pikir, orang tua kamu lucu juga ya? Sama-sama nggak suka di tinggal.”

“Gitu deh ... Kadang aku suka kesel sendiri liat mereka mesra di depan anaknya, kayaknya yang lain cuma numpang napas doang.”

“Nggak apa-apa lah ... Syukur orang tua kamu masih utuh, nggak kayak aku Kai.” tutur Renna mengembuskan napas pelan sambil menerawang jauh ke arah depan.

Imagine With IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang