32. [Sunoo Enhypen] Primadona

394 19 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











Rambutnya hanya sebatas pundak, dia juga banyak di sukai teman-teman di kelasku. Selain karena menurut murid lain cantik dia juga mudah bergaul, sangat berbanding terbalik denganku yang sering kali dijauhi entah apa sebabnya.

Ini hari pertama masuk sekolah di tahun ajaran baru, tentu teman sekelasku kali ini berbeda dari ajaran sebelumnya. Setiap tahun sekolah akan mengacak kelas murid-murid di mana mereka akan di tempatkan, mungkin bertujuan agar saling akrab dengan satu sama lain. Dan kali ini juga aku berharap akan menemukan teman akrab- atau paling tidak rela sebangku denganku.

Para murid sedang berdiri di sekitar ruang kelas, kudengar mereka sedang berbincang di kelas mana mereka akan di tempatkan namun berbeda denganku yang tidak peduli. Sesaat mataku tertuju pada sosok cantik yang tengah mengobrol dengan murid lain, si primadona kelas.

Aku berdiri agak jauh dari kerumunan teman sekelasku yang lalu, berusaha agar keberadaanku tak terlihat murid lain sampai pada akhirnya seorang guru berbadan tegap melewati para murid yang sedang bercengkerama dan berhenti di depan kelas 11-B. Kulihat ada beberapa murid yang senang termasuk si primadona, entah ini sebuah rezeki atau bagaimana dia tersenyum dan tidak lama menoleh ke arahku. Ya, kami berbalas tatap. Aku balas senyum manisnya dengan canggung serta anggukan singkat.

"Sunoo! Kadieu maneh,"

Hampir saja aku tergelak mendengar logat Sundanya, dia sering kali kelepasan mengucapkan logat asalnya walau sebenarnya dia tidak lahir ibukota Jawa Barat itu. Aku hanya membalas dengan mengacung jempol.

"Buat apa panggil si Cina, sih? Sudah bagus dia ada di sana nanti datang kemari, Sastra." kata teman di sebelahnya sambil melirik sinis ke arahku.

Namanya Sastradinata Kencana Rahmanindya. Bagus bukan? Aku bahkan sempat mengira dia laki-laki karena nama panggilannya sewaktu pertama kali masuk ke sekolah ini.

"Congorna maneh, gue tarik pakai tang nanti." Sastra memelototi temannya. Kalimat sarkas nan frontal tak dihiraukannya dan malah di tertawai, sebagian besar teman sekelas memang sudah tahu omongannya yang kasar hanya sebuah candaan.

"Sunoo Kim? Ada tidak?"

Aku tidak tahu seberapa lama aku melamun sampai aku terkejut mendengar suara lantang dari guruku.

"Iya, Pak. Hadir," Aku segera menghampiri lalu mencium tangan.

"Kamu duduk ... sama Sastra." ucap guruku sambil melihat secarik kertas di tangan.

Cukup terkejut memang, pandanganku langsung mengedar mencari keberadaan si primadona, tak sulit karena dia duduk di bangku baris ketiga berjarak satu bangku dari depan tepat di depan papan tulis.

"Pak Jar, tukar bangku di depan ya? Kalau nulis suka berbayang tulisannya," Itu suara Sastra yang berusaha menyampaikan keluhan. Memang matanya ada minus dan dia pakai kacamata tetapi suka dilepas kalau tidak sedang menulis.

Imagine With IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang