4. [NCT 127 - Moon Taeil] I, Love, and You

649 42 1
                                    









Work by

®_Wind™































Kamu..
Ingat tidak beberapa tahun lalu saat aku melamarmu?
Saat itu aku merasa sangat bahagia karena kamu terima lamaran aku.

Tapi nyatanya, setelah kita menikah sikap dinginmu padaku masih terus terjadi. Tapi aku tidak keberatan, sama sekali tidak. Karena aku tahu dibalik semua sikap dinginmu, kamu menyimpan banyak cinta dan ketulusan dibaliknya.


****








Taeil POV

Ku langkahkan kakiku memasuki unit apartemen yang menjadi tempat tinggalku bersama Reona, isteriku sejak tiga tahun terakhir. Ruangan depan dan tengah tampak gelap membuatku mengernyitkan kening dimana Reona berada, aku memeriksa ponsel yang ada di dalam saku celana dan mendapati notifikasi jika isteriku tengah berbelanja kebutuhan dapur bersama Ayunindi, anak pertama kami yang berusia satu tahun dua bulan.

Aku kembali tersenyum sumringah memikirkan keberhasilan surprice nanti yang akan ku buat berjalan lancar. Aku segera merapikan ruang tengah dengan berbagai hiasan sederhana di berbagai sudut, aku harus membuat Reona kali ini terharu. Pasalnya, di acara surprice ultah perkawinan kami tahun lalu ia masih terlihat datar saja tanpa menunjukkan ekspresi senang sedikitpun walau aku tahu sebenarnya ia sangat senang tapi raut wahnya jujur membuatku sedikit kesal.

Setelah selesai aku mengambil ponselku menelepon Reona untuk menanyakan keberadaannya.

“Aku masih di supermarket Mas, mau titip sekalian?” Tanya Reona di seberang sana. Aku menggeleng entah pada siapa.

“Mas titip kanebo aja, yang beli minggu lalu Mas lupa taro dimana.” Dapat ku dengar jika Reona menghela nafas kasar.

“Udah berapa kali coba bulan ini kamu beli kanebo Mas?? Kok ilang terus sih?! Kamu makan?”

“Iya maaf Dek, lupa ada dimana.”

“Yaudah, ada lagi nggak?”

“Nggak Dek, kamu masih lama?”

“Iya. Baru juga ambil beberapa barang, Nindi gak bisa diem dari tadi. Dia ngocehin barang yang aku ambil saking mau tahunya.” Aku tersenyum membayangkan wajah bayi mungil itu yang tengah menampakkan gigi susunya. Aku merasa gemas sekali sekarang.

“Kalau udah selesai mau di jemput gak? Kebetulan Mas udah pulang ini.”

“Nggak usah, Nanti aku minta antar langsung aja belanjaan yang aku beli. Aku mau pulang jalan kaki, udah lama juga aku gak olahraga.”

“Yaudah, kamu hati-hati lho ya. Kalau udah capek jalan telepon Mas nanti di jemput.”

“Iya.. Aku tutup teleponnya ya..” sambungan telepon berakhir setelah Reona mengakhiri pembicaraan. Aku tiba-tiba jadi gugup, apa yang harus aku lakukan saat Reona sampai? Aku menatap sekeliling ruang tengah yang sudah rapi, kalimat yang sudah ku susun saat di tempat kerja hilang begitu saja di kepalaku. Padahal kemarin malam aku sudah merasa sangat siap dan tak sabar menanti hari jadi pernikahan kami, aku menatap sekeliling ruangan dan memutuskan untuk ke kamar kami. Ku baringkan sejenak tubuhku yang terasa agak kaku karena seharian di tempat kerja aku hanya duduk memeriksa proposal dan hanya bergerak saat makan siang.

Imagine With IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang