7. [Ateez - Yunho] Difference is Nothing

729 50 4
                                    










®_Wind™
















****







Giandra POV


Pukul empat lebih tiga puluh menit, sudah menjadi kebiasaanku terbangun di pukul itu. Kurang lebih sudah hampir enam bulan belakangan ini, ya ... Tidak juga sih. Sejak kecil aku sudah di biasakan bangun pagi untuk berangkat sekolah namun sekarang bedanya aku sudah tak melakukannya lagi. Terlebih kini aku sudah tak hidup seorang diri lagi, sudah ada yang harus ku urus juga kebutuhannya.


Tidak. Aku bukan seorang asisten rumah tangga apalagi babysitter, aku hanya menjadi seorang isteri.


Aku bangkit dari tempat tidurku lalu menguncir asal rambutku yang berantakkan, melirik ke arahnya yang masih terlelap dengan memunggungiku. Aku menarik selimut agar menutupi tubuh menjulangnya dan segera bergegas ke dapur membuat sarapan. Melongok isi kulkas yang mulai menipis, diriku semakin pusing saat ada beberapa bahan yang sudah habis dan sisanya sudah sangat tinggal sedikit lalu ku tutup pintu kulkas dan balik badan menghadap meja makan. Hah ... hanya ada roti tawar serta selai cokelat disana, dan akhirnya aku memutuskan hanya membuat roti panggang dengan selai cokelat serta susu hangat untuk sarapan. Semoga suamiku tak merajuk karena tak melihat nasi di hadapannya.


Setelah selesai berkutat membuat sarapan, aku kembali ke kamar untuk membangunkan suamiku yang sepertinya belum bangun. Dan benar saja, pria itu belum bangun dan masih berada dalam posisi tidur yang sama. Aku jadi tidak tega untuk membangunkannya, dia pulang pukul sebelas lewat lima menit lalu melanjutkan tugas kuliahnya yang belum selesai hingga pukul setengah tiga pagi, dan terhitung ia baru tidur kurang lebih sekitar satu setengah jam.


Aku berjalan mendekatinya dan menepuk pelan bahu lebarnya hingga ia menggeliat kecil.


“Yunho, bangun dulu sebentar yuk ... udah subuh,”


“Kenapa kak?” ucapnya parau sambil mengusap matanya.

“Bangun dulu, udah subuh.” ia mengangguk lalu merentangkan tangannya mengisyaratkan agar aku memberinya pelukan pagi hari. Setelah memberinya pelukan dan ia sedikit tak rela melepasnya, akhirnya suamiku beranjak ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya serta sholat subuh.


Selagi aku melanjutkan kegiatan bersih-bersih rumah yang sempat tertunda untuk membangunkan Yunho, mataku tertuju pada tumpukan buku dan laptop milik Yunho yang masih terbuka di meja ruang tengah. Hendak membereskannya, aku malah mendapati Yunho yang memanggilku dari arah dapur. Heran, mengapa ia sudah ada di dapur? Bahkan aku tidak mendengar suara langkah kakinya.

“Kenapa?”


“Nasinya mana?”


“Kamu mau makan roti pake nasi?”


Imagine With IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang