13. [Victon - Do Hanse] Husband

413 29 0
                                    












Work by

®_Wind™
















****






Pria yang telah memasuki kepala empat itu merasa terusik dari tidurnya saat suara alarm ponselnya berbunyi, ia mengucek pelan matanya sembari mencari ponsel di nakas samping ranjang. Usai mematikan alarm ponsel ia melakukan peregangan kecil kemudian menghadap ke arah samping, sudut bibirnya tertarik ke atas kala ia mendapati sang istri masih terlelap.

Ia mengelus surai wanita itu dan sesekali mengecup keningnya, dirinya hanya melakukan hal tersebut selama beberapa menit. Dalam hati, ia merasa bersyukur hingga detik ini ia masih diberi kesempatan untuk bisa bersama wanita yang dicintainya.

“Sayang, bangun.” bisiknya pelan di telinga sang istri.

“Hmm ... Nanti Hans.” balas perempuan itu sambil menggeliat kecil. Lelaki yang dipanggil ‘Hans’ itu terkekeh lalu mengeratkan pelukannya pada istrinya.

“Kamu kok jadi males gini dari kemaren?”

“Hanse, jangan bikin aku ngamuk pagi-pagi ya.” ancam sang istri yang tak membuatnya takut.

TOK TOK TOK!

“Ayah...” Hanse menghela napas sejenak saat mendengar anak laki-lakinya itu mengganggu acara cuddle dengan sang istri. Mau tak mau ia bangkit dari tidurnya menghampiri anaknya.

“Apa?” tanya Hanse setelah membukakan pintu.

“Bunda udah bangun?” tanyanya sambil melongokkan kepalanya ke dalam.

“Belum, kenapa?”

“Ayah nggak lupa ‘kan ini hari apa?” ucap sang anak membuat Hanse menggeleng.

“Hari Kamis, dan ini hari libur.” jawaban yang Hanse berikan membuat anak semata wayangnya menggulirkan bola mata malas. Kemudian ia menarik lengan bertato ayahnya menuju ruang tengah.

“Masa ayah lupa?!” kata anaknya gemas.

“Ya terus? Emang kamu kira ini hari apa?”

“Ayah beneran lupa sama ulang tahun bunda, ya?” tanya sang anak sekali lagi.

“Ulang ta– Oh ya! Hari ini ‘kan?!” sontak saja Hanse membesarkan matanya. Bagaimana bisa ia melupakan hari kelahiran istrinya?

“Ih, ayah! Jangan keras-keras ngomongnya, nanti bunda bangun!”

“Terus ayah udah rencanakan sesuatu ‘kan?” tanya anak lelakinya.

“Belum.”

“Hah? Terus ayah nggak jadi buat kejutan?”

“Jadi, tapi ayah belum siapin apapun! Terus gimana?”

“Ya udah begini aja, kamu yang beli persiapannya. Nanti ayah yang ngalihin perhatian bunda.” Mendengar perkataan ayahnya sang anak justru memicingkan kedua matanya.

Imagine With IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang